10. Don't lie to me

5.5K 449 13
                                    

Suara ketukan pintu berkali-kali terdengar dari pintu kamar (nama kamu). Merasa ada yang membutuhkan dia, ia pun membuka pintu itu. Terlihatlah Bibi Inah -asisten rumah tangga di rumah (nama kamu)- dibalik pintu.

"(nama kamu), ada temen kamu dibawah," Ucap Bibi Inah. (nama kamu) mengeryit. Ia melihat kearah jam dinding kamarnya. Dan jam itu menunjukkan pukul tujuh lewat lima belas menit.

"Siapa,Bi? Iqbaal?" Tanya (nama kamu).

"Bukan. Bukan Iqbaal. Dia cowok juga sih, kayaknya baru pertama kesini deh, kalau udah pernah kesini kan Bibi tahu," Jelas Bibi Inah. (nama kamu) masih menerka siapa temannya yang kerumahnya sekarang.

"Udah kamu temuin aja dulu, siapa tahu kan temen sekolah baru kamu," Perintah Bibi Inah. (nama kamu) mengangguk. (nama kamu) pun menuruni tangga untuk menemui seorang teman itu yang kata Bibi Inah  berada di depan rumah (nama kamu). Sementara Bibi Inah, ia kembali ke dapur.

Bibi Inah sudah bekerja di rumah (nama kamu) sejak (nama kamu) masih berumur satu bulan. Ia yang merawat (nama kamu) dan ia juga sangat dekat dengan (nama kamu). Bagi (nama kamu), Bibi Inah adalah mama kedua baginya. Tak salah jika mereka berdua sangat dekat. Bahkan (nama kamu) melarang Bibi Inah  untuk memanggilnya dengan sebutan 'nona'. Dan ia lebih suka dipanggil namanya saja. Mama dan Papa (nama kamu) sendiri berada di Boston. Karena sebuah pekerjaan menuntut mereka harus tinggal disana . (nama kamu) tak merasa kesepian, sebab harinya telah dipenuhi kasih sayang orang sekitar. Ditambah lagi kini ada Iqbaal yang sangat mencintainya dan telah berhasil meluluhkan hatinya.

(nama kamu) membuka pintu rumahnya dan berjalan kearah gerbang rumah. Terlihat disana sebuah BMW i8 berwarna silver terparkir di depan gerbang rumah (nama kamu). Dan yang tidak bisa dipercayai oleh (nama kamu) adalah kebenaran pemilik mobil itu. Dan ternyata teman yang dimaksud Ibu Neni datang kerumahnya adalah seorang Raynald Jonathan.

"Lo?" Seru (nama kamu). Ray yang sedari tadi bersandar di kap mobilnya kemudian berdiri tegap dan mengampiri (nama kamu) di gerbang rumah.

"Lo kenapa bisa tahu rumah gue?" Tanya (nama kamu) pada Ray.

"Cuma rumah lo aja kan? Kenapa gue gak bisa. Nomor handphone lo gue juga bisa tahu kok." Ray mengeluarkan handphonenya dan kemudian menekan sebuah nomor untuk ia telepon. Sekian detik kemudian, handphone (nama kamu) berbunyi. (nama kamu) pun melihat kearah layar handphonenya yang sedari tadi ia genggam. Sebuah nomor yang tidak ia ketahui siapa meneleponnya. Sesaat akan dijawab, panggilan itupun berhenti.

"Gak usah dijawab, entar pulsa gue habis. Itu nomor gue. Lo harus save," Ucap Ray. (nama kamu) kembali mengeryit.

Apa Ray bilang? Lo harus save ? Ini bukan sebuah pertanyaan tapi sebuah.. perintah yang wajib (nama kamu) kerjakan.

"Ngapain lo kesini?" Tanya (nama kamu).

"Ck, gue udah nunggu lo disini sekitar 30 menit dan lo respon gue dengan sinis gitu? Apa-apaan lo." Kata Ray.

"Terserah gue lah, cepetan ada apa?" Tanya (nama kamu) (lagi). Bukannya menjawab, Ray malah menarik tangan (nama kamu). Ia menuntun (nama kamu) ke mobilnya.

"Eh.. eh lo mau bawa gue kemana?"

"Kita mau bikin tugas yang dikasih guru bahasa Indonesia kemarin,"

"Lah kenapa Henni kagak ngomong ke gue? Bentar deh, gue ambil tas sama buku dulu, terus gue juga ganti baju dulu," (nama kamu) ingin kembali masuk ke rumahnya namun dicegah oleh Ray.

"Gak usah. Udah lo ikut gue aja. Masuk." Ray mendorong bahu (nama kamu) pelan. Dan menyuruh (nama kamu) masuk ke dalam mobilnya. Sementara ia memutar untuk menuju pintu pengemudi.

The One // IDRWhere stories live. Discover now