Prolog

316 20 0
                                    

Aku menginjak pedal gas lebih kuat lagi. Menambah kecepatan mobil. Aku mencoba untuk menambah kecepatan namun ternyata kecepatannya sudah maksimum.

Pandanganku kabur. Dadaku sesak. Telingaku berdengung. Pikiranku kacau, memutar kembali kejadian beberapa tahun belakangan ini secara acak.

Hujan diluar tidak menghambatku untuk melaju dengan cepat. Yang aku pedulikan hanya satu : lari sejauh-jauhnya dari kenyataan.

Persetan dengan jalanan ini! Persetan dengan bibirku yang terus bergemelutuk kedinginan! Persetan dengan kepalaku yang terasa pening! Persetan dengan hidupku! Persetan dengan semuanya! Persetan! Persetan! Persetan!

Aku menghantam kemudi mobil dengan kepalaku berkali-kali tanpa mengurangi kecepatan. Aku marah dengan diriku sendiri.

iPhone-ku terus bergetar menampilkan nama yang sama yang masih mencoba menghubungiku. Aku membuka kaca mobil dan melempar handphone sialan itu ke sembarang arah.

Kaca mobil aku biarkan tetap terbuka, mempersilahkan derasnya hujan untuk membasahi tubuhku. Andai saja air bisa membasuh jiwa yang kotor.

Aku tertawa ironis. Menertawai diriku sendiri. Betapa naifnya diriku. Berpikir bahwa hidupku mungkin berharga. Berpikir bahwa mungkin aku layak bahagia. Berpikir bahwa mungkin aku layak dicintai.

Aku katakan padamu : tak ada orang yang berharga di dunia ini. Semuanya sampah.

Traffic light yang berada beberapa meter didepanku berubah menjadi merah secara tiba-tiba. Persetan! Aku tidak punya waktu untuk ini.

Aku tetap mempertahankan kecepatanku dan menerobos lampu merah.

Hingga kurasakan mobilku terhantam sesuatu dan membuatnya berputar melayang di udara sebanyak... tiga kali mungkin? Aku tidak peduli.

Aku tertawa sekali lagi dengan sangat keras.Seketika mobilku berhenti berputar dan aku mendengar suara benda menabrak benda lainnya dan suara kaca pecah. Aku merasa sedang berada di posisi terbalik. Darah mengalir dari bibirku lalu turun ke pipi hingga ke dahi dan menetes di langit-langit mobil.

Aku mendengar suara sirene dan seseorang yang terus memanggil namaku. Aku mencoba mengenali wajahnya. Namun semakin aku mencoba, semakin buram pandanganku.

Selanjutnya, semuanya gelap.

The AnswerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang