2. Now: Our Role as Momma and Dadda

136 12 3
                                    

Aku mendorong trolley menyusuri Walmart. Seperti biasa, setiap weekend minggu pertama tepatnya saat Ian libur bekerja, kami selalu berbelanja untuk memenuhi kebutuhan Panti Asuhan dan Day Care kami.

"Ma! Ma!" Baby Lee berteriak dan menggeliat sambil menunjuk ke arah rak yang penuh dengan sereal kesukaannya. Baby Lee masih berusia 13 bulan, namun ia sangat suka mengunyah -atau lebih tepatnya mengemut- sereal bermerk Froot Loops. Ia tidak suka biskuit. Bayi yang aneh bukan?

Aku segera berjalan ke rak yang penuh dengan macam-macam sereal dan mengambil empat box Froot Loops sekaligus.

"Nanggung amat." Ian tiba-tiba mengambil satu box Froot Loops dan memasukkannya ke dalam trolley.

"Empat aja cukup, hih." protesku sambil memukul lengan Ian pelan.

"Gacukup. Buat gue juga lah." Ian nyengir kuda dan menaik turunkan alisnya, menggodaku.

Aku hanya memutar kedua bola mataku sarkastik dan melanjutkan ke bagian health hendak membeli persedian pembalut. Saat sampai di bagian rak yang berisi khusus pembalut, aku hendak mengambil dua macam kemasan pembalut untuk sianh dan malam dan malah didahului Ian yang langsung mengambilkannya untukku.

"Yan? Lo mens juga? Ih kok pembalut kita sama sih?" aku menggodanya dengan menunjukkan raut wajah yang seakan terkejut.

"Najong lo." Ian memutar kedua bola matanya dan berjalan ke area Baby care dan mengambil popok Bayi milik Lee. Yang ternyata ia malah salah kemasan.

"Yan bego sih lo. Yang Huggies dong. Lee gabisa pake merk Good Baby." aku memprotes merk pilihan Ian dan ia segera menggantinya.

"Abis warnanya sama, M. Gue kan ambil yang warnanya merah aja." Ian mencari alasan.

"Giliran pembalut gue aja lo apal. Popoknya Lee lo lupa."

"Punya lo kan emang beda sendiri namanya. Always. Aneh banget kayak nyumpahin bakal berdarah terus aja. Trus punya lo juga satu-satunya merk Pads yang stoknya selalu penuh dan kita seakan jadi pembeli pertama tau nggak."

"Cerewet lo."

"Eh, lagian bedanya Pads, Tampons, Cups apaan?" Ian menoleh padaku agak sedikit tertunduk karena tinggi badanku yang lebih rendah darinya.

"Pokoknya Pads buat perawan. Kalo Tampons or Cups itu dipakenya dimasukkin ke dalem V. Berhubung gue perawan dan gamau ngerusak selaput dara gue, ya gue pake Pads lah. Ntar jebol gara-gara tampon atau cups kan ga lucu." jawabku panjang lebar sambil sedikit terkekeh. Membayangkan teori yang kuciptakan sendiri. Tapi itu mungkin saja kan?

Ian tidak menanggapi dan mengalihkan pandangannya dariku. Mungkin sedikit terganggu dengan pernyataanku yang terlalu frontal?

Ian mengambil keperluan prianya dan memasukkannya ke dalam trolley. Sesaat ia berhenti dan memperhatikanku dan Baby Lee bergantian.

"Paan?" tanyaku heran dengan tingkah laku Ian.

"Sini gantian ntar lo tambah pendek gara-gara kelamaan gendong Lee" Ian mengendurkan ikatan Baby carrier pada pundakku dan mengambil alih Lee. Ian memeluk Lee yang masih terbungkus di dalam Baby carrier, hendak menggendongnya dari bagian depan. Sama seperti yang aku lakukan tadi.

"Lee sukanya sama gue. Ga enak pasti di gendong sama lo." aku berusaha mengambil Lee kembali namun Ian tetap memeluk Lee erat hingga aku sulit mengambil alih Lee.

"Cuma karna lo punya bantal di dada, bukan berarti Lee nyaman digendong lo." Ian mengejekku masih dengan memeluk Lee erat.

"Dih, ya jelas lah punya gue kan mantep. Pasti enaklah digendong sama gue. Ya kan Lee?" aku mencari pembelaan dari Lee yang hanya dijawab dengan dua kedipan mata.

The AnswerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang