10. Then : The Smoker

6 2 0
                                    

Bel pulang sekolah berbunyi. Menandakan bahwa sekarang adalah waktunya untuk pulang. Bel itu begitu merdu kudengar di telingaku. Hey, siapa yang tidak suka dengan bel pulang sekolah?

Aku segera membereskan barang-barangku dan beranjak pergi dari kelas. Aku buru-buru sekali. Hari ini akan ada les. Aku ingin masuk Universitas terbaik, Kau tahu? Maka dari itu aku mengambil les untuk membantuku belajar demi lolos tes dan masuk Universitas di Boston.

Setelah sampai di depan gerbang sekolahku, aku mencari-cari keberadaan teman-teman satu les ku. Kemana mereka semua?

Tempat lesku berada tak jauh dari sekolahku. Hanya cukup berjalan beberapa menit, lalu sampai. Aku memutuskan untuk berjalan sendirian menuju tempat lesku. Aku tidak ingin terlambat. Karena jika terlambat, aku pasti akan malas untuk mencatat.

Aku mendapati Ryan dan teman-temannya sedang merokok di gang dekat sekolahku. 'ugh. Mereka ini' batinku. Aku berhenti sejenak untuk menatap mata Ryan. Akhirnya ia menyadari keberadaanku. Matanya melotot dan bibirnya tersenyum merekah. Ia berjalan menghampiriku masih dengan rokok yang berada di bibirnya.

"What the fuck, Ryan? You're a smoker too?" kataku setelah ia cukup dekat denganku.

"Lo mau kemana?" tanyanya tak menghiraukan perkataanku.

"Les" jawabku ketus sambil beranjak pergi.

"Wait. Gue ikut" katanya sambil menyusulku dan berjalan disampingku.

Aku hanya memandanginya terkejut dengan perkataannya. Dia kira dia siapa bisa-bisanya seenaknya seperti itu.

"Oh. Lo belom tau ya? Gue kan udah daftar di tempat Les lo itu. Gue juga mau pinter kali" ujarnya.

"Padahal mau ketemu terus sama Hillary kan?" tanyaku menggodanya. Hillary memang satu Les denganku. Masuk akal. Orang seperti Ryan akan melakukan berbagai cara agar dekat dengan orang yang dia suka.

Senyumnya langsung berubah menjadi cengiran. Betul kan? Hillary-lah motivasinya.

"Oh by the way, setau gue gaboleh ngerokok di kelas soalnya-"

"Ya iyalah bego! Gue kan ngerokok di jalan aja."

"Ew. You better stay away from me. Gue ga mau ikut-ikutan bau rokok." Aku melangkahkan kakiku lebar-lebar meninggalkannya beberapa meter di belakangku.

Tiba-tiba ia mensejajari langkahku. Aku mempercepat langkahku lagi. Ia mensejajariku lagi. Aku mulai berlari.

"Hey, M. Rokoknya udah gue buang!" teriaknya. Sontak aku berhenti. Namun, Ryan yang tidak mengantisipasi itu malah menabrakku dari belakang, membuatnya terpental jatuh ke trotoar.

"Hahahahahaha! Mampus!" aku berlari lagi meninggalkannya dan masuk ke dalam tempat les ku. Biarkan saja Ryan.

Aku masuk ke kelas dan duduk di bangku yang biasa aku duduki. Ternyata baru aku saja yang sampai disini. Yang lain masih dalam perjalanan mungkin?

Ryan masuk dengan wajah sumringah. Bukannya tadi ia terjatuh? Sekarang ia malah tersenyum lebar?

Baru saja ingin menanyakan kewarasannya, Hillary muncul di belakangnya. Oh. Hillary penyebabnya.

Beberapa menit kemudian murid lainnya mulai bermunculan. Kelaspun dimulai. Namun, kali ini aku tidak dapat berkonsentrasi dengan baik. Ryan. Dia sibuk menggoda Hillary sambil melirik ke arahku. Ugh. Menjijikkan.

The AnswerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang