1. Now: What a Nice Morning

205 14 2
                                    

Aku memperbaiki letak kotak Pos yang tertabrak mobil semalam. Tidak parah. Namun, terlihat miring. Yang rusak adalah pintu pagar kayu yang kami miliki. Pintu kayu itu terlepas dan terlindas hingga hancur.

"Well, I guess we didn't need you anymore." Aku mengangkat pintu pagar kayu yang sudah hancur sebagian itu dan memasukkannya ke dalam gerobak.

Aku mendorong gerobaknya dan mengarahkannya ke beranda rumah. Namun, suara benda terjatuh mengejutkanku dan menghentikan langkahku. Aku berbalik dan mendapati seorang laki-laki tersungkur tepat di belakangku. Ternyata bukan benda tapi seseorang.

"Hey Mas? Gapapa?" Aku langsung menghampirinya dan membantunya berdiri. Kepalanya yang tadi tertunduk kini terangkat dan menatapku. Matanya membesar seperti terkejut melihatku.

Oh, Ayolah. Aku tidak secantik itu. Kau tidak harus terkejut.

"Maddie?" Tunggu. Ia mengenaliku? Siapa dia? Bagaimana bisa ia mengetahui namaku?

"Maaf siapa ya?" mataku menyipit dan memasati setiap inci dari wajahnya dari jarak kami yang dekat ini.

"Rey? Reynold? Gila masa lo lupa sih?" Laki-laki yang mengaku bernama Reynold ini membulatkan matanya dan menaikkan kedua alisnya, menunggu reaksiku selanjutnya.

TUNGGU! REYNOLD?

"Reynold yang dulu satu kelas sama gue dua tahun berturut-turut pas SMA? Yang dulu jadi ketua kelas? Si pemain basket? Reynold otak mesum? Temen semesum semati gue?" Aku menaikkan suaraku tidak mempercayai kini Reynold semakin... Well, tampan.

Reynold memutar bola matanya dan tertawa. "Well, Maddie si mesum yang gue kenal yang dulu sama-sama ranking 26 di kelas sama kayak gue sekarang kempes dan malah kaya ibu-ibu." Ia membalasku dan kami berdua tertawa. Ia benar, dulu tubuhku sudah seperti karung beras.

"Lo ngapain tidur di lantai? Masturbasi dengan serpihan-serpihan kayu gue yang seksi itu?"

"Sebenernya, orang bodoh barusan aja ninggalin kantong sampah dan malah bikin gue kesandung."

"Wow. Gue lupa. Eh, masuk yuk. Gue buatin teh deh. Itung-itung sebagai permintaan maaf gue."

"Okay."

Kami berjalan masuk dan aku meninggalkan gerobakku di beranda rumah.

"Jangan ngancurin barang-barang gue. Gue balik dari dapur, semuanya harus tetap di tempat." kataku setelah kami masuk ke dalam rumah.

"Aye-aye Captain Uniboob" Reynold mengangkat tangannya dan menunjukkan sikap hormat.

"Watch your language, butthole."

Aku meninggalkan Reynold dan berjalan menuju dapur. Sesampainya di dapur, aku mendapati malaikat kecil sedang bersusah payah berdiri mencoba untuk meraih laci lemari yang berisi box sereal.

"Lee? Kau lapar, sayang?" Aku segera meraihnya dan mengangkatnya untuk masuk dalam gendonganku.

"Ya, Momma." aku menjawab pertanyaanku sendiri dengan mengikuti suara bayi sambil mencium pipinya. Lee tersenyum dan menggeliat dalam gendonganku.

"Tunggu sebentar ya sayang. Momma buatin susu dulu ya. Momma ada tamu"

Bayi kecil yang ada didalam gendonganku hanya menatapku karena tidak mengerti apa yang kubicarakan.

Aku meletakkannya pada baby seat dan melaksanakan tugasku. Membuat susu untuk Lee dan teh untuk Reynold.

"Tumben weekend gini lo bangun pagi." Suara seseorang mengejutkanku. Aku menoleh dan mendapati Ian yang baru bangun tidur. Masih dengan boxer hitam kesukaannya dan kaus berwarna senada.

The AnswerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang