5. Then: Annoying Boy

105 12 1
                                    

Hari ini adalah hari kedua sekolah. Aku memutuskan untuk datang ke sekolah lebih cepat dari biasanya. Untuk apa? Tentu saja aku akan berpindah tempat duduk.

Aku tidak mau duduk di bangku yang dekat dengan Darren dan Ryan. Mereka sangat menggangguku untuk belajar. Ini adalah tahun terakhir dan aku berusaha untuk mendapat nilai yang baik agar aku lebih mudah untuk masuk ke Universitas yang terbaik. Entah dimana, lihat saja nanti, yang pasti nilaiku harus membaik.

Setelah menyisakan tempat untuk Jenna di sebelahku, aku mencoba untuk tidur sejenak dengan bersandar di atas meja. Aku merasa tidak enak dengan Jenna. Kemarin, aku selalu saja pergi keluar kelas tanpa berpamitan dengannya. Sebenarnya tujuanku adalah menghindari Ryan karena dia selalu menggangguku.

Aku baru bisa terlelap karena posisi yang tidak nyaman namun bel kembali menyadarkanku. Aku mengangkat kepalaku dari meja karena terkejut dan melihat ke sekitar. Jenna sudah datang dan ia masih duduk di tempat yang sama seperti kemarin begitu juga dengan Ryan dan Darren. Saat aku melihat ke arahnya sekilas, Ryan melambaikan tangannya ke arahku.

Ugh, he annoys me so much.

-

"Baiklah saya rasa cukup sampai saat ini. Kita masih punya waktu 5 menit. Saya persilahkan kalian untuk istirahat makan siang lebih cepat. Selamat siang." Mrs. Carson menutup kegiatan belajar mengajar dan keluar meninggalkan kelas.

Aku segera berjalan keluar dan hendak menuju ke kelas teman-temanku saat Ryan tiba-tiba muncul di depanku dan menghalangi langkahku. Ia hanya menghalangiku dan tersenyum padaku tanpa mengucapkan satu patah katapun. Heran dengan kelakuannya, akh mengangkat sebelah alisku dan memberinya tatapan 'Are you serious right now?' yang di balasnya dengan satu kedipan mata. Setelah beberapa detik saling bertatap muka, Ryan akhirnya mempersilahkanku untuk lewat dan aku segera memanfaatkan kesempatan itu.

Aku mengintip ke kaca yang terdapat di pintu ruang kelas 12 Physical Science 4 dan mendapati Ms. Roberts yang sedang mengajar mereka. Ms.Roberts adalah guru mata pelajaran Sastra Prancis yang baru lulus sarjana. Ia adalah satu-satunya guru yang tidak memberikan kami banyak pekerjaan rumah dan tugas proyek. Pribadinya juga cukup menyenangkan. Berjiwa muda dan tidak 'mematikan'. Tidak mematikan dalam artian, ia tidak menyebalkan seperti guru-guru lainnya. Jika guru-guru lain bertindak tidak profesional dan selalu mengungkit masalah pribadi baik karena mereka membenci murid tertentu atau malah menyukainya, Ms. Roberts tidak. Ia sangat profesional dalam bekerja. Hal inilah yang membuatku nekat mengintip lewat kaca yang terdapat di pintu ruang kelas ini

Tujuan utamaku adalah melihat teman-temanku, namun yang tertangkap mataku adalah sosok Reynold. Ia sedang fokus mencatat materi yang terdapat pada slide di depan kelas. Matanya sangat tajam dan ia sesekali mengetuk ujung penanya pada meja saat ia berhenti menulis sejenak. Ia selalu menggigit bibir bawah bagian kanannya saat membaca. Hal yang sudah sangat aku hapal mengingat aku adalah teman dekatnya sejak kelas 10.

Aku merasakan kehadiran seseorang di sebelahku. Aku menoleh dan mendapati Ryan sedang menatap ke arahku. Ia menaik turunkan alisnya dan membuat wajah aneh. Kali ini ia berhasil membuatku tertawa. Tidak tertawa. Hanya terkekeh.

"Pelit banget ketawanya" protes Ryan. Aku hanya menjawabnya dengan memutar kedua bola mataku dan berjalan menjauh untuk duduk di bangku yang terletak di depan kelas Reynold.

"Lo nunggu siapa, Maddie?" tanya Ryan ingin tahu. Ia duduk di bangku yang sama dengan yang kududuki. Singkatnya, ia duduk di sebelahku.

"Temen gue, mau bareng ke kantinnya. Lo?" aku memainkan kakiku, mengetuk-ngetuknya menciptakan irama tersendiri.

"Hillary. Mau minjem buku catatan" jawabnya singkat.

"Padahal mau modus" gumamku. Namun ternyata Ryan menangkap perkataanku dan ia segera tertawa ringan.

"Maddie, gue ini ga segitunya" elak Ryan.

"Oh ya? Semua orang tau kali. Lo itu naksir sama Hillary dari dulu tapi malah friendzone" ejekku. Menurut gossip yang kudengar, Ryan sudah sejak awal tahun SMA mengincar Hillary. Hillary terkenal seperti malaikat. Paras cantik, hati baik, otak pintar dan orangtua yang kaya. Namun aku dan teman dekatku percaya bahwa Hillary adalah serigala berbulu domba. Ia selalu memanfaatkan tiap laki-laki yang tergila-gila padanya untuk dijadikan sebagai mainannya. Pertama-tama membiarkan mereka mendekat padanya, memperlakukan mereka seakan satu-satunya laki-laki yang ia pedulikan, lalu menjadikannya teman dekat agar mereka mengencaninya. Namun saat si laki-laki ingin mengencaninya, ia malah berkata 'Aku sudah berkomitmen dengan diriku sendiri. Aku tidak akan berpacaran atau berkencan dengan siapapun sebelum aku lulus. Tapi aku menyukaimu. Sungguh'. Kukatakan padamu, gadis macam ini tidak hanya ada di film atau novel. Gadis ini nyata. Hillary contohnya. Mereka saja yang terlalu bodoh untuk melihat yang sebenarnya.

Ryan hanya terkekeh pelan tidak menjawab perkataanku. Dari gelagatnya, ia tidak bisa mengelak perkataanku. Ryan adalah salah satu orang bodoh yang dijadikan Hillary sebagai mangsanya.

Bel berbunyi dan Ryan segera bangkit dari tempatnya, mengabaikanku. Dasar aneh, sebentar mendekatiku lalu menjauhiku begitu saja. Aku mempertahankan posisiku dan memilih untuk menunggu teman-temanku untuk keluar dari kelas mereka.

"Gue denger classmeeting dimajuin ya tanggalnya?" aku mendengar salah satu teman Rey mengobrol dengannya.

"Gatau sih, tapi semoga aja sesudah Highschool Basketball League." jawab temannya yang lain.

Ah, tentu saja. Highschool Basketball Leauge akan diadakan di awal tahun ajaran. Reynold merupakan salah satu pemain dalam tim inti Basket di sekolah kami.

"Hey, Maddie" tegur Reynold dan aku langsung menjawabnya "Hey"

"Jadi, gue denger-denger bakal ada yang main nih tahun ini, jadi kapten gak?" godaku sambil menyenggol bahunya.

"Ga. Gue ga sejago itu lagi" jawabnya polos.

Bersamaan dengan itu, teman-temanku keluar dari ruang kelas dan memanggilku. Aku langsung berdiri dan berpamitan dengan Rey.

"Rey, duluan ya" pamitku. Rey hanya mengangguk dan tersenyum padaku.

Teman-temanku menatapku dengan cengiran khas mereka. Beberapa me-naik-turun-kan alis mereka menggodaku. Mereka seperti ini jika ada seseorang yang baru saja didekati sang idola. Bukan sang idola, orang yang disuka. Okay, okay, aku mengidolakan Rey. Sekaligus menyukainya. Puas?

Aku mengabaikan teman-temanku dan berjalan lurus ke depan menuju cafetaria. "Lima salad dan lima lemontea seperti biasa ya Julia" Lacey memesan makanan yang sudah biasa menjadi santapan kami berlima saat makan siang. Selain alasan diet, kami memang mencurigai kebersihan makanan di cafetaria. Ya walaupun salad bisa saja tidak dicuci, ia tetap saja sayur organik yang memang dipesan sekolah kami. Jadi kami masih merasa aman.

Setelah mendapat pesanan, kami langsung menuju bangku yang biasa kami gunakan untuk makan siang dan bergossip tentunya. Girl's stuff. Tempatnya berada di samping pintu keluar menuju taman dan taman menuju parkiran sekolah. Kami menyukai spot ini karena udara yang segar akan memanjakan kami selama makan siang.

Setelah kami makan beberapa menit, Ryan dan teman-teman satu tim footballnya lewat pintu dan berhenti sejenak. Aku mencium bau rokok yang sangat menyengat dari mereka. Menyebalkan. Belum cukup aroma keringat di tubuh mereka, kini mereka menambahkan aroma rokok.

Mereka berjalan menuju bangku kesukaan mereka sambil menjahili beberapa murid. Bahkan, salah satu yang lewat di depan mereka malah didorong samai terjatuh.

Kami menghentikan kegiatan kami dan berdiri hendak meninggalkan cafetaria. "Lima belas menit tigapuluh detik. Rekor tercepat mereka merokok sebelum makan siang" celetuk Prilly di sebelahku sambil memperhatikan jam tangannya.

Aku hanya menggeleng prihatin sambil melihat ke arah mereka satu persatu. Saat mataku hendak melihat pada Ryan, teman-temannya menoleh ke arahku dan juga Ryan. Mereka sudah terbiasa seperti itu. Mungkin membicarakanku yang 'menyukai' Darren. Aku mengabaikan mereka dan berjalan menuju taman bersama teman- temanku. Mengabaikan Ryan.

The AnswerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang