Aku Denaya Daisy Gitarayu. Panggilanku Naya. 23 tahun. Aku seorang penari kontemporer. Dari luar hidupku terlihat sempurna, aku tidak tinggi dan tidak pula bisa dikatakan pendek. Wajahku meski tidak bisa dikatakan model material atau kelas selebriti tapi banyak yang menganggapku menarik, manis, dan begitu ekspresif (mungkin karena aku seorang penari). Pekerjaan yang sesuai impianku dan penampilan yang lumayan dengan keluarga yang penyayang, sempurna kan!? :) atau setidaknya kupikir sebgitu.
Faktanya aku wanita yang aneh. Aku bisa melihat mahluk yang tak kasat mata. Yup, mungkin setelah tau pekerjaanku dan keanehanku itu kalian tidak akan menganggap aku wanita yang biasa saja. The fact that, actually pekerjaanku itu harusnya tidak kusandingkan dengan keanehanku dalam sesi perkenalan seperti ini. But you better know the bitter part before considering to continue reading my story. Bagi sebagian orang, bisa melihat mahluk tak kasat mata kadang disebut gift tapi bagiku sama sekali tidak ada kelebihan jika hal itu malah membuat orang-orang memandangku aneh, seakan aku berasal dari dunia yang berbeda. They freaked out of me, they just dont know, i did freaked out way more.
Tapi sebenarnya "kemampuanku" melihat ini agak aneh. Jangan bayangkan adegan seperti di film-film dimana aku akan melihat mahluk-mahluk yang menyeramkan dan kemudian menerorku sampai aku menjadi psikopat dan bla bla bla yang serem-serem itu. Fortunately, my gift isnt work that way. Itu juga yang membuatku banyak bertanya, tentunya bertanya dalam hati karena serapat mungkin kututupi pengalaman "melihat-lihat" ini dari siapapun, bahkan keluargaku.
Aku tidak pernah melihat hantu seperti di film-film. Aku hanya selalu melihat sebuah pintu yang selalu terbuka dari pekarangan belakang rumah lama kakekku. Pintu yang selalu dilewati oleh seorang kakek tua dengan jubah putih dan rambut panjang berwarna putih dan sedikit grey, janggut panjang, dan karakter wajah yang terasa begitu tua, begitu bijak, dan menembus jiwa (bahasaku syahdu bener yak hehehe). Seriously, setiap kali melihatnya aku seperti melihat versi Dumbledore-nya Harry Potter atau Gandalf-nya Lord of the Ring. Anehnya, mahluk tak kasat mata yang selalu kulihat hanya dia. Dan dia selalu menatapku, tersenyum padaku dengan ekspresi seakan dia begitu mengenalkan dan menungguku.
Yakali, gimana aku gak freaked out, kalo yang aku lihat semacam lelaki tampan seperti Nicholas Hoult, Harry Styles, James Franco, aktor-aktor hollywood ganteng semacam itulah, nah aku mungkin masih bisa menganggap ada bright side dari apa yang aku alami. Nah ini, kakek renta dan jelas gak berasal dari dunia ini, dan aku yakin emang gak berasal dari dunia ini karena gak ada lagi orang yang make jubah kayak gitu di kehidupan modern ini. Anehnya, (ok ini aku goosebump abis rasanya) aku merasa kenal dengan kakek itu, dan paling anehnya lagi aku juga merasakan deep down, aku juga menantikan dia.
Persoalan "lihat-lihat" ini pertama kali aku alamin saat berumur 17 tahun. Tepat di hari ulang tahunku yang entah kenapa musti diadain di rumah kakek (kata orang tuaku sih sekalian meramaikan rumah kakek karena bentar lagi kakek akan dipindahkan ke rumah paman supaya ada yang menjaganya). Saat tidak sengaja aku ingin menghirup udara bebas di pekarangan belakang, saat itulah aku pertama kali melihat pintu itu terbuka. Tiba-tiba muncul di bawah pohon kamboja kesayangan kakekku, bersinar seakan pintu itu menyerap semua sinar bulan purnama di atas sana, dan muncullah kakek berjubah putih itu. Tersenyum lembut dan menggumamkan sesuatu yang anehnya ku dengar dalam pikiranku "sebentar lagi, naya". Aku berlari ke dalam rumah, dengan kekuatan penuh tentunya, menjerit dan menceritakan kalau aku melihat hantu. Ayahku kemudian mengecek k pekarangan belakang, dan tidak menemukan apapun di sana.
Ekspresi mereka!! Keluargaku yang ada di ruang keluarga rumah kakekku yang tergolong besar ini, Mereka menatapku dengan tatapan takut, khawatir, dan kasihan ku rasa.
Sejak itu, meski kemudian hari kakek berjubah putih itu bahkan terkadang muncul di rumahku, di kamarku, ku telan semua ketakutanku dan tidak pernah kuceritakan kepada siapapun. Rahasia ini kusimpan hanya untuk diriku sendiri. Dia juga tak pernah menggangguku, munculnya pun tak lama. Hanya tersenyum dan bergumam "sebentar lagi" yang tidak pernah kuketahui maksudnya itu.
.........................................................Hari ini seperti hari-hari sebelumnya, penuh dengan rutinitas yang njelimet. Oh iya, selain sebagai seorang penari, aku juga membantu di perusahaan periklanan milik Ayah. Aku anak tunggal dan Ayah meski tidak pernah dengan gamblang mengungkapkannya, tapi aku tahu dia sangat berharap aku bisa menjadi bagian dari perusahaan yang dirintisnya sendiri sedari remaja, bahkan menjadi penerus pemimpin perusahaan ini. Namun, Ayah juga tidak ingin aku meninggalkan mimpiku. Makanya, tidak seperti yang stereotype anak manja, aku melawan. Ataupun stereotype anak penurut, dimana aku melepaskan mimpiku dan berpura-pura kuat. Aku memutuskan menjalani keduanya. Toh aku hanya kadang-kadang saja diminta hadir di perusahaan Ayah, hanya saat aku tidak sibuk berlatih tarian baru ataupun ikut pentas dan lomba.
Kadang aku lelah dengan hidup seperti ini. Aku selalu merasa kosong. Dont get me wrong, am pretty good at my job, both of it. After all, one of it is my dream job. But then, dunno why, Am just feeling empty and feels like i dont belong here. Tapi tetap saja, pekerjaan ini yang menghidupiku, dan membuatku bisa mandiri dan belanja sendiri (eeehhh).
Meskipun aku menganggap rutinitas ini membosankan, pagi ke kantor Ayah dan sore hingga malamnya di studio tari, sebenarnya banyak hal yang aku sukai dari pekerjaan ini dan hidupku tentunya. Pekerjaanku baik dan termasuk favorit (well aku menjadi bagian creative di perusahaan Ayah; yang sejujurnya cukup cocok denganku yang terkenal punya daya imajinasi yang bagus, well, aku kan seniman, penari juga seniman kan *smirk), aku memiliki keluarga yang menyayangiku, aku memiliki sahabat-sahabat yang selalu mendengarkan keluh kesahku, dan meskipun saat ini aku single, namun aku merasa tidak kekurangan apapun.
Yaaaahhh...meskipun kadang ada rasa kosong itu. Tapi bukan, bukan karena aku merasa kurang kasih sayang atau desperately seeking for boyfriend atau apapun itu tapi when you dont feel like you belong to be at one place, no matter how incredibly amazing the state of that place, you just cant hide the other side of your emptiness.
Aku mengenyahkan pikiran bodoh itu dengan tentuny menyibukkan diri dengan pekerjaan, jalan-jalan dengan sahabat-sahabatku serta memperbanyak family time dengan ayah dan bunda. Aku anak tunggal, by the way. Jadi kusimpulkan, perasaan kosong itu mungkin karena aku dari kecil seringnya sendiri, meskipun orang tuaku sangat sayang padaku, tapi tetap saja mereka tidak setiap saat menemaniku karena pekerjaan mereka.
Yah, itu hanya perasaan over-sensitifku saja.
Dan hei, sudah setahun terakhir sejak terakhir kali aku melihat kakek itu lagi. Aku melihatnya saat senja, dan anehnya ia tidak langsung muncul di depanku melainkan dari luar pagar rumah. Menatapku, dan kali ini ia tidak tersenyum. Ia hanya terdiam dan seperti biasanya aku langsung tau apa yang ingin disampaikannya "maafkan aku, naya".
Aku sempat memikirkan perubahan tersebut tapi karena lama setelahnya dia tidak pernah muncul lagi, akupun menganggap bahwa mungkin semua ini telah berakhir. Yang aku lihat selama ini hanya ilusi; atau benar-benar mahluk alam lain tapi dia telah tenang di alam lain tersebut, dan case closed.
Anehnya, aku justru merasa kehilangan._________________________________
Hai..ini project novel pertama saya. Maafin yah kalo masih rough banget hehehehe masih newbie soalnya.
Please please leave comment and vote!!!!!!!!! 😀😀😀
Superb thanks udah baca
KAMU SEDANG MEMBACA
Into The Rain
RomanceCinta itu serupa angin, kadang ia bertiup lembut dan membuai. Kadang ia laksana badai yang meluluhlantakkan. Bertemu denganmu serupa mimpi bagiku. Hanya saja, hingga kini aku belum yakin itu mimpi yang seharusnya kusebut indah atau kusesali. Naya Th...