r

6.1K 1.2K 195
                                    

Entah apa yang merasuki pikiran Manda hingga ia tetap tinggal dan menunggu Calum menghabiskan dua potong martabaknya. Padahal ia bukan tipe-tipe orang yang mudah menerima ajakan orang, terutama orang yang belum ia kenal lama. Mungkin karena cuaca malam itu cukup cerah, bintang di langit dapat terlihat jelas, membuat Manda cukup betah untuk tinggal lebih lama.

"Lo kuliah? Apa kerja?" Tanya Calum di sela-sela makannya.

"Kuliah," jawab Manda singkat. "Lo?"

Calum mengangguk. "Sama."

"Kuliah dimana?"

"Kuliah dimana?"

Lagi-lagi mereka berbicara secara bersamaan.

"Lo dulu, Man."

"Gue di UPI Bandung," jawab Manda sambil memperhatikan Calum yang sedang menggigit martabak. "Lo sendiri?"

"ITB."

"Wih, gila. Pinter juga ternyata lo."

Calum hampir tersedak martabaknya ketika Manda mengucapkan kalimatnya.

"Emang gue keliatan bego, ya?" Tanya Calum tak terima, sedangkan Manda hanya tertawa kecil.

"Nggak juga. Tapi tampang lo bukan tampang anak ITB. Kayak berandalan tapi gagal gitu, deh," jawab Manda, tak peduli reaksi Calum yang terlihat kaget disebut berandalan gagal.

"Gue nggak berusaha jadi berandalan juga, sih."

Manda mencibir.

"Kenapa pilih UPI? Kenapa nggak ITB sekalian? Kan deketan lokasinya," Tanya Calum lagi.

"Di ITB terus ketemu sama lo, gitu?" Manda bertanya balik sambil tertawa pelan.

"Nggak gitu, Man. Maksudnya kan ITB favorit, gitu," jawab Calum.

"Lo kira gampang masuk ITB? Cita-cita gue dulu pengen masuk UI atau ITB atau UGM, tapi nggak kesampean semua. Masih untung gue dapet UPI, negri."

Calum hanya manggut-manggut.

"Jangan-jangan lo nyogok biar bisa masuk ITB, ya?" Tanya Manda dengan nada menuduh.

"Anjir. Nggak lah!" Jawab Calum dengan mulut penuh martabak sementara Manda hanya tertawa melihat wajah Calum.

"Ih, udah gue ajarin berapa kali kalo ngomong telen dulu, Calum!" Tukas Manda sambil membersihkan tangannya. "Lama-lama bau jigong kali tangan gue."

"Ye, nggak bau kok mulut gue," ucap Calum setelah menelan martabaknya.

Calum pun menyelesaikan dua potong terakhir martabaknya. Ia menepuk-nepuk perutnya yang besar. Mereka berdua diam beberapa menit sebelum saling pamit.

"Thanks, udah traktir gue."

Calum mengangguk. "Thanks juga mau nemenin gue makan."

Dengan itu, Manda pun melambaikan tangannya pada Calum dan berjalan pelan meninggalkan meja yang mereka tempati.

"Man!" Seru Calum sebelum Manda berjalan terlalu jauh.

"Ya?" Manda memutar tubuhnya dan mendapati Calum berjalan pelan ke arahnya.

"Kapan-kapan kalo ketemu makan martabak lagi, ya?" Ucap Calun begitu ia sampai di hadapan Manda.

Dan entah mengapa, senyun Manda secara otomatis mengembang di wajahnya.

"Oke."

Mid-day update bc why not
MASA DALAM SEBULAN INI GUE DAPET 2 KALI BANGSAAaaAaAaaaAaaattttt
Jadi gue harus ganti puasa dobel dobel:(

Can u feel me:(

No.

Ok.

Martabak || Hood ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang