2. Meet

1.2K 36 0
                                        

"Yakali gue dikacangin di grup. Sialan lo pada." Ucap Sahila kesal.
"Lo kan yang nyuruh kita diem Sa, gasalah kita. " ledek Fadilla.
"Suka suka lo deh." Jawab Sahila.
"Lo rame deh, ngantin yuk!" Ajak Nabila seraya berjalan menuju kantin.
Sahila, Fadilla, Devi dan Kamila berjalan  mengekorinya.

"Oit baso yuk!" Seru Devi.
"Ah bosen, mie ayam aja. " Kamila pun menuju stan mie ayam tanpa memperdulikan teman teman nya yang sedang bingung memilih makanan.
"Gue pesen apa ya?" Tanya Fadilla.
"Tiket aja deh. " sahut Sahila, tertawa.
"Somplak lo! Lo kira bioskop " Ketus Fadilla.

"Gue mie aja deh." Kata Nabila, ia kini beranjak menuju stan kantin yang menjual mie.
"Emhh gue gratisan enak kali ya." Gumam Devi.
"Ah lo tuh, mesen makan kek biar badan keisi dikit gitu. Kasian gue liat lo." Sahut Fadilla.
"Males ah." Jawab Devi singkat.

Setelah selesai makan, Nabila dan teman temannya kembali ke kelas. Tetapi...

Bruuuukkkk

"Eh maaf ." Seorang lelaki menabrak Nabila dengan keras. Tak tahu kenapa ia berlari seperti maling yang sedang dikejar .
Lelaki itu hanya mengucapkan kata maaf, dan tidak sempat menoleh kearah Nabila.
Nabila hanya menatap geram melihat punggung lelaki itu. Rambutnya ikal, berkulit putih, dengan tinggi sekitar 175cm dan Nabila sempat melirik ke lengan seragam Lelaki itu, Bed berwarna kuning dan menunjukkan kelas XI MIA 3.
"Sialan, awas aja lo kalo ketemu." Kata Nabila kesal, ia menerima uluran tangan Kamila dan kembali berjalan seperti biasa.

Nabila tak memusingkan apa yang terjadi baru saja, ia cepat melupakan kejadian ini, tapi ia tetap mengusut siapa yang menabraknya di koridor sekolah tadi.

"Nab, gue ama Mila mau balik nih, lo nunggu ama anak-anak gapapa yah." Tanya Fadilla.
"Yah, Hmm gapapa deh. " jawab Nabila Lesu.
"Lo masih lama kan gengs." Tanya Nabila.
"Gue ntar lagi keknya. Tapi gue nungguin abang gue lama bener, padahal udah setengah jam nih. " Cemas Devi.
"Wah gawat tuh." Sahut Sahila sambil menatap tajam Devi.

"Awas kenapa si." Tanya Devi makin cemas.
"Awas lo ga dijemput, trus lo ngejamur deh disini, apa jangan jangan abang lo ga sudi jemput adek kaya lo." Ledek Sahila sambil tertawa terbahak-bahak.
"Setan lo!!" Umpat Devi.
Nabila dan  Sahila masih tertawa melihat ekspresi wajah Devi. Sementara Fadilla dan Kamila sudah berlalu sejak tadi.

"Eh gue dijemput nih, see u. Tiati ya Nab." Sorak Sahila yang sambil berjalan menuju mobil jemputannya.
"Anjing gue ga disapa! " teriak Devi geram.
Sementara Nabila hanya mengangguk sambil tersenyum simpul.

"Nab, gimana kalo abang gue beneran ga jemput dan gue sendiri disini nunggu abang sampe berlumut?! " tanya Devi, tangannya kini menggoyangkan tangan kanan Nabila.
"Aduh positif aja kali, mungkin abang lo kejebak macet, gue juga resah nih Papa ga jemput gue. " Jawab Nabila pelan.

"Ah gue tetep takut, gimana kalo gue naik Taksi aja ya Nab, eh tapi kalo pak taksi nya ngapa ngapain gue gimana Nab? Tapi gue pengen cepet pulang." Rengek Devi yang semakin membuat Nabila jengkel.
"Sapa juga yang mau ngapa ngapain lo sih Dev, jangan parno gitu ah, lagian yah, pak taksinya tuh mikir mikir kali kalo mau ngapa ngapain lo, lo kan... " kata katanya terhenti dan kini ia melirik kearah dada Devi sambil tertawa keras.

Devi langsung terdiam mendengar perkataan Nabila barusan yang sangat sederhana tapi sangat mengena itu.
Tak lama kemudian Devi sudah dijemput oleh abangnya, kecemasan itu kini berpindah ke Nabila yang tak kunjung dijemput oleh
Papanya.

1 jam sudah ia duduk di dekat post satpam, memandangi siswa siswi yang keluar gerbang sekolah. Perlahan ia mulai merasa bosan, sesak kini menyelimuti perasaan Nabila.
Lesu dan letih, mengantuk dan pusing. Itulah yang ia rasakan kini, andai ia naik angkutan umum saja pasti ia sudah sampai dirumah sekarang. Berhubung jam sudah menunjukkan pukul lima kurang seperempat ia yakin pasti sekarang tak ada Angkutan umum yang lewat.

"Dek."

"Adek."

Suara lelaki itu mengagetkan Nabila, ia terlonjak kaget melihat lelaki yang ada didepannya menatapnya bingung.

"Dek, pulang sama siapa? " tanya lelaki yang ada didepannya sambil tersenyum penuh harap.

"Ehmm, dijemput kak." Jawab Nabila singkat.
Nabila menatap wajah lelaki yang ada didepannya, seperti selesai bermain futsal karena ia masih melihat peluh di lehernya.

"Gue Fahmi, kelas XIMIA3, lo Nabila kan?" Cetus lelaki yang mengaku bernama Fahmi itu.
"Iya kak, Aku Nabila." Jawab Nabila sambil tersenyum kecil.

"Woi ayo balik, godain adek kelas mulu lo." Sorak teman Fahmi sambil tertawa.

"Lo duluan aja Christ!" Balas Fahmi.

Lalu, Christ menghampiri Fahmi yang sedang mengobrol dengan Nabila.
"Eh gue duluan ya, pulang lo pulang jangan gangguin anak orang lo, dasar biawak!" Teriak Christ, karena tak ingin mendapat bogem mentah, ia langsung ngebut meninggalkan Fahmi dan Nabila.

Nabila mengamati punggung Christ, mengingat suaranya, Christ seperti yang menabraknya tadi pagi.

Persis banget kaya yang nabrak gue tadi, tapi ini ga seberapa jelas. Tapi, ah bodo amat!! Ngapain gue ngira kak Christ coba

Hatinya bertanya tanya, tapi mengapa ia sampai begini? Padahal ini hanya sepele, dan si penabrak pun sudah meminta maaf walau dengan cara yang tidak sopan.

"Makasi dek, see u. Thx Id Line nya." Kata Fahmi sambil berjalan menuju parkiran motor.
Sekarang, Nabila sudah dijemput oleh Papanya. Rasa cemas sudah mulai hilang dari hati Nabila.
"Maafin papa Laras, tadi ban mobil papa bocor, dan ini papa pinjam motor orang bengkel sana buat jemput kamu." Ujar Budi, i tau pasti anak gadisnya sedang menggerutu kesal didalam hatinya, terlihat dari raut wajah Laras. Panggilan Nabila saat dirumah.

"Iya pa, Laras ngerti kok." Jawab Nabila.

***

Gimana nih ceritanya para readers?? Absurd kah? Iya pasti. Yakalo absurd maaf yaa, aku ga ahli dalam menulis, ini cuma sekedar curhat aja sekalian disini, karena ada ceritanya seperti pengalaman Author wkwk.

So? Enjoy story guys!! Jangan lupa

VOTE
COMMENT
VOTE
COMMENT
VOTE
COMMENT

Untuk kelanjutan cerita, aku nunggu kalian ngevote atau komen dulu, biar aku semangat =))

Makasi udah baca ♥♥♥

CINTA TAPI BEDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang