4. French Kiss

753 55 5
                                    

Kim Namjoon IV ❤❤❤❤
***
Mentari pagi masih malu-malu menunjukkan sinarnya. Titik embun mulai berjatuhan oleh sinar hangat yang menyentuhnya.

Aku menikmati suasana pagi ini. Udara pagi bagus untuk kesehatan paru-paru dan penetralan emosi.

Namjoon mendapat panggilan interview hari ini. Tadi malam ia menghubungiku dan menyuruhku pergi ke rumah sewanya dengan alasan 'buatkan aku sarapan pagi supaya aku lebih semangat'.

Bibirku mengulum senyum. Menunduk, aku tak bisa menyembunyikan tawaku. Namjoon.. Namjoon.. Dasar!

Bus yang kutumpangi berhenti. Astaga! Aku tertawa sendiri dalam Bus, apa anggapan orang-orang nanti? Ini semua karna Namjoon pokoknya!

Setelah turun di halte aku berjalan kaki menuju rumah sewa Namjoon yang letaknya tidak jauh dari halte.

Tidak perlu mengetuk pintu, aku memiliki kunci cadangan rumah kecil ini. Namjoon memberikannya beberapa bulan yang lalu agar aku bisa masuk kapan saja.

Kondisi rumah masih sepi. Padahal sudah pukul setengah tujuh. Satu-satunya kamar didalam rumah menjadi tujuan kakiku melangkah.

Ck,
Sudah kuduga.
Pria berlesung pipi itu masih mengorok diatas kasurnya. Aku menggelengkan kepalaku, melihat kamar pria ini yang justru lebih nampak seperti kapal pecah.

Astaga, bagaimana bisa aku jatuh hati kepada pria yang tidurnya suka mengorok dan sangat jorok ini? Terlebih, Ia sudah membuat hak paten akulah satu-satunya calon istri untuknya.

Aku tidak sanggup membayangkannya. -_-
***
Aku mencium aroma omurice yang baru selesai kubuat. Heum, baunya bikin lapar saja.

Meski kamar Namjoon sangat berantakan, tapi setidaknya dapur miliknya sangat bersih dan nyaman. Aku tahu itu bukan pekerjaan Namjoon, melainkan sepupunya Jin yang rajin numpang masak dirumahnya. Jadi selama ini Jin lah yang rajin membersihkan dapur.

"Sayang~"

Aku mendongak, saat suara husky itu memanggilku. Eih, pacar tampanku sudah bangun ternyata.

"Selamat pagi, pemalas". Aku mengulum senyum mengejek.

Namjoon tersenyum, kemudian menyisir rambut grey-nya kebelakang dengan jari.

"Aku terbangun karna mencium aroma masakan istriku", Ia mendekat kearahku.

Aku mencubit perut seksinya. Ia melenguh sedikit dan seperti kebiasaannya, Namjoon memelukku dari belakang.

"Aku bukan istrimu. Lagipula siapa yang mau menjadi istri pria pemalas dan jorok sepertimu huh?", ucapku seraya menggunting selada dan menaruh dipiring omurice.

"Kau pasti mau jadi istriku, sayang"

"Siapa bilang? Kalau aku tidak mau?"

"Akan kupaksa kau menjadi istriku"

Konyol. Pacarku ini adalah pacar terkonyol sepanjang masa. Dipaksa? Apa kata orangtuaku nanti? Aigoooo..

"Pukul berapa kau interview?", Aku bertanya lagi.

"Pukul sepuluh nanti. Ah, aku tidak menyangka akan mendapat panggilan secepat ini"

Melepas lengan Namjoon yang melingkar dipinggang, aku berbalik menghadapnya. Ia terlihat tampan dengan rambut acak-acakan dan kaos oblong putihnya.

Ah Tidak!
Aku jatuh hati lagi.

"Cepatlah mandi, kemudian kita sarapan bersama. Pacarku sangat bau, uhh"

Aku menutup hidungku sambil mendorong tubuh besarnya kekamar mandi. Namjoon hanya menurutiku dengan malas.

Usai membawa Namjoon kekamar mandi, aku menarik napas lega. Setidaknya aku ada waktu untuk membersihkan kamar Namjoon yang membuat mata orang sakit setiap melihatnya. Heuh.
***
Namjoon tidak memiliki mobil. Ah sebetulnya ia memilikinya, tapi pria itu lebih suka meminjamkan kereta beroda empat itu kepada Yoongi, Sang rental mobil.

'Hitung-hitung investasi'. Kata Namjoon dulu, memang ya. Setiap bulan Yoongi memberinya royalti dari usaha rental sewa yang dijalani.

Heum, mungkin karna uang dari Yoongi, Namjoon bisa membeli parfum Dolce & Gabbana kemarin.

Selama ini, ia hanya menggunakan Motor antiknya pergi kemanapun. Yang kukhawatirkan, jika nanti Namjoon diterima bekerja masihkah ia memakai motor antiknya? Atau mengambil mobilnya kembali?

"Ayo berangkat".

Namjoon keluar dari kamarnya dengan pakaian rapi. Aku suka warna kemeja yang dipakainya. Putih!

"Kau terlihat sangat berbeda dari yang tadi", Aku mengacungkan kedua jempol tangan milikku.

"Apa aku tampan?", Ia bertanya menggunakan kalimat retorik. Aih.

"Aku tidak perlu menjawabnya, Mon"

Namjoon mengambil kotak bekal dimeja tamu lalu memasukkan kedalam backpacknya. Setelah sarapan tadi, aku membuat lagi satu omurice untuk bekal makan siangnya.

"Mon.."

"Heum?"

"Aku tidak bisa ikut mengantarmu"

Namjoon menatapku dengan mata elang-nya. Seolah matanya mengatakan 'kenapa?'

"Aku ada meeting dengan Jungkook di Cafe Ten. Di jam yang sama sepertimu", Memberi alasan logis. Memang ia, tadi pagi Editor novelku menelpon ingin bertemu di Cafe Ten.

Bukan tidak sadar, raut wajah Namjoon sedikit berubah. Ia sedikit sensi mendengar nama Jungkook, rekan kerjaku.

"Jangan negative thinking. Aku hanya meeting untuk diskusi karyaku saja"

"Serious?"

Aku memutar jengah bola mataku.

"Iya tentu saja. Apa aku harus membatalkan meetingku dan mengantarmu?"

Namjoon tersenyum. "Bagaimana dengan Novelmu nanti?"

"Tidak apa. Aku bisa menundanya perilisannya, asalkan aku bisa menemanimu pergi interview hari ini"

Aku merasakan halus kedua tangan namjoon menyentuh pipiku. Sontak aku menatap wajahnya, Ia tersenyum menampakkan lesung pipinya yang membuat seluruh tulangku melemas.

"Never mind. I'll go alone. Be careful with Jungkook. I don't wanna hear bad news later".

Wajah manis itu kian mendekat, dekat dan sangat dekat hingga aku merasakan sesuatu yang basah menyentuh bibirku, dan menghisap bagian atas bibirku.

Namjoon..
Ia menciumku..

Aku memejamkan kedua mataku, menikmati sensasi yang diberikan Namjoon.

Tidak berapa lama, aku merasa bibirku kering. Membuka kedua mata, aku menemukan Namjoon yang tengah tersenyum nakal.

Sial, seperti apa ekspresiku tadi?
Aku melepaskan kedua tangannya dan segera pergi dari hadapan Namjoon.

Aku bisa gila.
Aku bisa gila karna Namjoon dan.. Akh!!!

"Sayang, kau masih berhutang delapan ciuman kepadaku"

Aku menggelengkan kepala. Apa itu delapan ciuman? Delapan ciuman berarti delapan kali mati dihadapan pria manis berlesung pipit disana.

"Aku pergi dulu"

"Doakan aku diterima ya?"

"Tentu saja. Lagipula tidak akan ada yang menolak orang berbakat seperti Kim Namjoon"

Aku tersenyum. Berbalik. Kemudian lari menuju halte bus.

Seperti remaja yang baru merasakan cinta, aku sangat malu. Tapi tak dapat kupungkiri, aku semakin jatuh hati kepada Namjoon.

Milikku.
Semoga sukses interviewnya, Sayang~
***

Kim Namjoon and Me ❤Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang