Bullying 2

5.8K 242 17
                                    

Nida menjatuhkan gunting yang dipegangnya. Dari arah belakang Pak Satpam menangkap gadis itu dan menahan kedua tangannya.

Sedangkan guru-guru yang lain tengah sibuk memanggil ambulans untuk Mirda. Tubuh gadis itu kejang-kejang, matanya terbuka dan menatap tajam ke langit.

"Bertahanlah.. Sebentar lagi bantuan datang." Bu Klara berbisik di samping Mirda, ia berusaha agar Mirda tetap sadar.

Tak lama kendaraan berwarna putih itu datang. Dengan sigap paramedis mengangkat tubuh gadis itu ke dalam.
Seluruh siswa dan siswi bergidik ngeri ketika melihat kaki Mirda yang hampir lepas dari tubuhnya sendiri. Apalagi tulang putih di lututnya terlihat jelas mencuat ke atas. Sudah dapat dipastikan kalau dia tidak akan bisa berjalan lagi.

"Haha." Nida tertawa pelan.

"Hahahahahah..." makin lama tawa itu semakin nyaring dan menarik perhatian semua orang.
Pak Satpam agak sedikit takut melihat respon Nida itu. Disaat teman-temannya ketakutan dan menangis, ia malah tertawa puas sekali.

"Bawa dia ke orang tuanya!" Suruh Pak Wido yang muncul di tengah kerumunan.

Pak Satpam mengangguk dan menggiring Nida yang tangannya sudah terikat menuju tempat parkir. Dan selama itu juga tawanya belum berakhir.

"Mon, gue takut.." Rintih Miranti kepada Monica.

"Gue juga.." sahut Mae ketakutan.

"Sama.." Mutia ikut meringkuk takut.

"Cemen banget sih. Pokoknya kita harus balas dendam!"
Sulut Monica penuh emosi.

Mutia mengerutkan kening, "balas dendam sama siapa?"

"Nida lah. Dia pasti dalang di balik semua ini. Dia yang udah bikin temen kita jatuh dari atap!"

"Lo tau dari mana?" Tanya Mae dan Miranti serempak.

"Kalian sebego apa sih? Jelas-jelas si bangke itu ketawa puas waktu liat Mirda kayak gini! Kalian liat nggak gunting yg dia pegang? Pasti itu dipakai buat ngancam Mirda sampai akhirnya Mirda jatuh dari atap!" Teori Monica dibalas anggukan oleh ketiga sahabatnya.

Pasalnya ketika Nida mengancam di kelas tadi menggunakan gunting, genk M tidak ada di sana.

"Dasar iblis! Ternyata dia mau balas dendam sama kita." Monica tersenyum sinis, dia telah merancang sebuah rencana untuk membalas perbuatan Nida yang mereka yakini telah menyebabkan Mirda jatuh.

Setelah Mirda dilarikan ke rumah sakit, Pak Wido langsung memanggil Bu Klara.

"Saya sudah bilang, kelas itu berbahaya!" Pak Wido menggebrak meja.

"Berbahaya apanya? Saya tidak mengerti."Bu Klara menatap Pak Wido heran.

"Siswi yang jatuh dari atap pasti karena kutukan kelas X IPS1!" Bentaknya.

"Bapak jangan menduga-duga. Tidak ada kutukan di kelas saya. Dan saya yakin, yang menimpa murid saya itu murni karena kecelakaan!" Ucap Bu Klara terpancing emosi.

"Saya permisi, ada banyak murid yang membutuhkan saya sekarang." Bu Klara bangkit berdiri dan meninggalkan Pak Wido yang sedang menggumam sendirian dengan kesal.
···

Seminggu telah berlalu. Dan pada hari senin, secara bersamaan Imelda, Nida dan Mirda muncul setelah sekian lama tidak hadir ke sekolah .

Murid X IPS 1 agak terkejut ketika melihat Mirda yang berjalan hanya dengan sebelah kaki. Karena kaki sebelah kirinya telah diamputasi dan dia hanya menggunakan tongkat sebagai alat bantu berjalan.

Seharusnya Mirda itu beristirahat lebih dari sebulan, akan tetapi dia hadir di sini dengan muka pucatnya.

"Isna!" Imelda berlari menghampiri Isna dengan wajah yang berseri-seri.

Ada Hantu Di SekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang