TEROR MALAM KE-1

2.1K 97 18
                                    

Imelda menyandarkan kepalanya ke atas meja. Dia sedang bosan dan teramat bosan. Sedangkan jam masih menunjukkan pukul enam sore menjelang malam dan itu artinya harus menunggu tiga jam lagi agar bisa pulang ke rumah.

Ingatannya kembali ke lapangan pagi ini. Pak Wido marah lalu memberi mereka hukuman berupa tambahan jam belajar sampai malam. Dan... Senyum Pak Wido sungguh menakutkan sampai membuat Imelda kembali bergidik di tempat duduknya.

Kelas saat ini sepi sekali karena yang lain sedang sibuk belajar. Ada yang membaca buku, ada yang mengerjakan soal listening melalui ponselnya, dan ada juga yang bermalas-malasan di meja seperti dirinya.

Imelda menatap Fadel yang sedang berkutat dengan buku Matematika. Gadis itu memperhatikan gerakan Fadel. Dia mengulum senyum ketika cowok itu sesekali tertunduk dan bangun lagi. Ya. Fadel lelah dan  sedikit mengantuk sepertinya.
Pandangannya terlaih ke Dandy. Kalau cowok yang satu itu sedang meremas rambutnya frustasi. Di atas mejanya berhambur buku-buku paket. Dan Imelda tahu kalau Dandy sangat tidak suka belajar. Pasti dia sangat bosan seperti dirinya.

Imelda menoleh ke baris meja dua depan dari tempatnya. Meja Daus. Biasanya, kalau sudah suasana seperti ini, Daus akan berjalan menghampiri meja Imelda sambil sesekali menarik-narik rambutnya. Kadang juga, tanpa alasan yang jelas Daus menjitaknya dan Imelda hanya bisa marah waktu Daus bilang, "sorry, gue lagi bosan."

Uugh, Imelda jadi kangen Daus si gendut.

Karena euforia kelas yang sedikit membosankan dan rasa sesak yang tiba-tiba datang ketika ingat Daus, akhirnya Imelda memutuskan untuk jalan-jalan keluar kelas untuk mencari angin segar.

Imelda berjalan melihat-lihat keadaan sekitar. Matahari sudah mulai redup, hanya ada cahaya biru dari langit. Dan lorong kelas.. benar-benar sepi.
Sekarang dia menyesal karena berjalan seorang diri. Harusnya tadi dia mengajak Fadel, atau Isna.

"Isna.." Imelda bergumam pelan. Dia lupa kalau sahabatnya itu sudah tidak kelihatan lagi sejak malam itu.

Tiba-tiba dari ujung lorong kelas, datang sebuah bola basket yang menggelinding ke arahnya. Dengan bingung Imelda memungut lalu berjalan ke arah bola itu tadi datang.

"Mungkin masih ada anak ekskul basket.." gumamnya lagi.

"Permisi... Ini bolanya siapa ya?"Panggil gadis itu nyaring di ujung lorong.

Tidak ada sahutan.

"Misi.. Ini bolanya kececer.." seru Imelda lagi dan masih tidak ada jawaban.

Tuk. Tuk. Tuk.
Sebuah bola basket lagi, sedang memantul ke arahnya. Sekarang perasaannya mendadak tidak enak. Dengan gemetaran Imelda melepas bola yang ada di pelukan. Kini dua bola basket itu memantul tepat di ujung sepatu.

Perlahan ia mendengar suara langkah kaki.

Tak. Tuk. Tak. Tuk.
Hari sudah gelap dan lampu koridor anehnya tidak ada yang menyala. Tidak ada cahaya apapun yang bisa ia lihat kecuali cahaya bulan, itupun terbatas.

Imelda gemetar, tak mau ambil resiko-seperti ketemu hantu misalnya-ia berbalik arah dan tiba-tiba seseorang berbadan tinggi ada di sana!

"Aaa!" Imelda menjerit dan jatuh terduduk.

Ketika mendongak dan melihat dengan seksama dari cahaya bulan yang minim, barulah ia menghela napas lega. Orang itu adalah Dandy.

"Yaampun jantung gue apa kabar??" Sambil mengelus dada Imelda bangkit berdiri dan melihat Dandy tersenyum.

Sepertinya Dandy sudah tidak marah lagi.

"Lo ngagetin gue tau!" Imelda cemberut.

Dandy hanya tersenyum sambil berjalan pelan di koridor. Imelda mendengus dan ikut berjalan di sampingnya.

Ada Hantu Di SekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang