Tolong Aku

5.9K 240 108
                                    

Kami harus gimana?

Imelda mengirim pesan balasan kepada temannya dengan gugup. Berkali kali typo sampai akhirnya bisa mengetik dengan benar.

Dandy dan Nurman mulai berkeringat dingin, apalagi membayangkan wanita tua itu. Mereka bertiga bergidik ngeri.

Sedangkan Fadel tengah berusaha memanggil kedua orang tua Daus yang berada dekat dengan si wanita tua.

Beberapa menit kemudian, sebuah pesan masuk. Imelda buru-buru membuka isi pesan tersebut.

Kalian lagi berurusan sama 'makhluk' yang besar. Gue udah nanya eyang gue, katanya, kalian harus berdoa dengan khusuk supaya wanita tua itu kebakar. Supaya makin ampuh, kalian semua harus berdoa di dekat dia. Emang ketemu dmn sih makhluk begituan?

Pertanyaan itu tidak digubris Imelda. Yang penting sekarang dia sudah tahu bagaimana caranya untuk menyelamatkan Daus.
Imelda memberi tahu isi pesan itu kepada Dandy dan Nurman.

"Buju buneng!! Kagak! Mana mau gue doa di belakang itu jin! Yang ada gue yang jadi persembahan ke setan!" Seperti biasa Dandy selalu menolak.

"Iya gue juga nggak mau. Serem." Nurman ikut menggeleng.

"Terus kalian mau sahabat kita mati? Lo anggap apa, Dan, persahabatan kita selama ini! Lo juga Nurman, lo kan cowok. Masa nyali lo lebih kecil daripada gue." Imelda melipat tangannya di dada dengan kesal.

Nurman dan Dandy berpikir keras sebelum akhirnya menyetujui,
"Iya deh!" Walaupun dengan berat hati.

Beberapa saat kemudian, Fadel datang bersama orang tua Daus.

"Ada apa ini? Katanya ada yg mau dibicarakan. Tante harap cepat, soalnya kita harus menyelesaikan ritual ini.." Ibu Daus menatap mereka berempat dengan tidak sabaran.

"Tante, maaf kami harus bilang ini.." Imelda mengusap layar ponselnya. "Tante sama om harus liat ini." Dengan gugup dia menyerahkan bukti gambar beserta arti yang telah diterjemahkan oleh temannya.

Mendadak Ayah dan Ibu Daus panik.

"Ini nggak mungkin!" Ibu Daus terhuyung bahkan hampir jatuh seandainya Ayah tidak menangkap.

"Tolong Daus, tante mohon.." Isak tangis mulai membanjiri.

"Tenang bu, tenang.." Dengan sabar ayah Daus menenangkan istrinya yang tengah menangis dan shock tersebut.

Imelda mengangguk kuat sambil memberi kode ke Nurman dan yang lain untuk mengikutinya.
Mereka berempat berjalan pelan di koridor kelas yang kemudian bermaksud untuk berdiri di belakang si wanita tua.

Dandy dan Nurman saling merangkul, berbagi ketakutan yang sama.

"Wes iki aku punya tumbal." Gumam sang wanita tua sambil melempar butiran beras ke arah pintu.

Dandy meringis menatap Imelda dengan takut. Begitu pula dengan Nurman yang gemetaran berdiri di belakang wanita tua itu.

Dandy, Nurman dan Fadel mulai membaca surah Ayat Kursi yang mereka hapal. Sedangkan Imelda yang beragama Buddha, mulai berdoa kepada Tuhan nya.

Satu yang mereka pinta, yaitu agar Daus selamat.

"Allahulaa ilaa hailla hual hayyul qoyyum." Suara lirih Nurman dan Dandy mulai melantunkan ayat pertama.

Di ayat kedua, Imelda menyikut lengan Dandy agar doanya semakin nyaring dilantunkan.
Kedua cowok itu mengeraskan suaranya seperti yang diminta.
Imelda juga berdoa dengan keras.

Wanita yang membelakangi mereka menolehkan kepala perlahan.
Dandy yang berdiri pas di belakang si wanita tua gemetaran tak karuan rasa.

Kali ini Fadel, Dandy, Nurman dan Imelda menghentikan doanya serempak.
Karena ketika wanita tua itu menoleh, hanya kepalanya saja yang berputar, sedangkan tubuhnya tetap menghadap pintu.

"Hahaha!" wanita itu tua tertawa.

Dandy terbengong dan terhuyung jatuh ke belakang. Namun dengan cepat Imelda menopang tubuh Dandy.

"Ayo lanjut."

Dandy mengangguk. Kini mereka berempat berdoa kembali.

"Ya Allah, selamatkan teman kami." Dandy menutup matanya tanpa menghiraukan si wanita tua yang sedang tertawa.

Tiba-tiba wanita tua itu mencengkeram pergelangan kaki Dandy.

"Aaa!! Dia megang kaki gue! Aa!! Tolong!" Dandy berteriak histeris.

"Jangan berhenti bacanya!" Ingat Fadel.

Mereka kembali fokus membaca doa. Walaupun Dandy ketakutan setengah mati karena kakinya di pegang-pegang, tetapi dia tetap konsisten membaca doa.

"Jangan!" Teriak si wanita tua tiba-tiba.

"Ya Allah selamatkan teman kami.." Nurman berdoa semakin nyaring. Dan itu menambah keberanian Imelda dan yang lainnya untuk berdoa lebih keras.

"Aaaa!" Seperti kesetanan wanita tua itu berdiri dan menutup kedua telinganya dengan tangan.

Mereka merasa doanya mulai bekerja, karena wanita tua itu tampak kesakitan. Dia menutup kedua telinganya sambil meringis.

"AAAA!!!!" Kini wanita tua itu memekik histeris. Doa semakin nyaring dilantunkan. Dan mereka juga semakin fokus merapalkan kalimat-kalimat doa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

"Sudah terlambat." Ucap Si wanita tua , kini ia menatap ke arah Dandy dan yang lain.
Perlahan doa mereka juga terhenti.

"Nggak mungkin!" Imelda berlari ke arah pintu. "Daus!! Daus!!" Sekuat tenaga gadis itu menggedor pintu kelas.

"Maksud dia apa, Del? Jelasin ke gue." Dandy menatap Imelda kebingungan, dia sudah tidak mampu berpikir lagi.

Fadel terdiam. Jantungnya berdebar kencang.

"Sudah terlambat." Ulang si wanita tua, dia tersenyum dengan sangat mengerikan.

Perlahan wujud wanita tua itu mengabur, seperti kepulan asap yang tebal, sebelum akhirnya ia menghilang. Benar-benar hilang tanpa jejak sedikitpun.

"Daus!!!" Teriakan Imelda menyadarkan Fadel dari keterkejutannya.

"Nurman, bantu gue dobrak pintunya!" Perintah Fadel dibalas anggukan oleh Nurman.

Fadel tidak bisa meminta Dandy membantunya untuk saat ini, karena cowok itu pasti masih sangat shock.

"Satu! Dua! Tiga!" Fadel dan Nurman mendobrak pintu dengan paksa namun masih belum bisa. Mereka mencoba lagi dan akhirnya berhasil. Pintu itu terbuka.

"Daus!" Imelda berlari ke arah sahabatnya yang sudah tidak sadarkan diri. "Daus.. Sadar.." gadis itu menopang kepala Daus yang lemas dipangkuannya.

Fadel meletakkan jarinya di pergelangan tangan Daus.
Tanpa sadar Dandy dan Nurman menahan napas.

"Daus sudah nggak ada."
Pernyataan Fadel dibalas keheningan.

Dandy yang menahan napas benar-benar tidak mampu lagi untuk bernapas. Kepalanya menggeleng, "Nggak mungkin. Daus nggak mungkin pergi.."

"Enggak." Tubuh Imelda bergetar, lama-lama berubah menjadi guncangan. "Enggak! Daus masih di sini.." air matanya turun, menimpa wajah Daus yang pucat pasi.

"Ka- kata temen gu- gue, Daus bisa diselamatkan. Daus nggak mungkin pergi.." Imelda sesengukan memeluk tubuh Daus erat, "jangan pergi. Jangan pergi.."

"Kita gagal." Ucap Nurman lirih. Tangan dan kakinya dingin. Entah mengapa suasana di sekolah menjadi sangat dingin.

Dandy hanya bisa menatap sahabatnya dengan kaku. Daus yang dia ingat tidak pernah setenang ini. Sahabat nya itu selalu rewel, apalagi kalau ada yang menangis. Dia pasti akan mengejek 'cengeng'.

Dandy berharap bahwa Daus hanya mengerjainya dan dia akan melompat bangun sambil tertawa karena berhasil mengerjai mereka semua.

Tetapi, Daus tidak bangun.
Dia tidak akan pernah bangun lagi.

¦
¦
¦

Sebenarnya, tokoh-tokoh yang ada di cerita ini asli.

Ada Hantu Di SekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang