Penyelidikan

5K 228 113
                                    

Foto di atas itu Dandy.
.
.
.
.
Dandy mengusap nisan sahabatnya dengan rindu.

"Gue kangen lo." Ucapnya pelan.

Sudah seminggu Daus pergi meninggalkan semua, orang tuanya, guru-guru, dan sahabat-sahabatnya.

"Kelas mendadak sepi nggak ada lo. Imelda jadi sering diam, Isna nggak pernah turun ke sekolah lagi, dan lo.. Pergi ninggalin kami."

Setiap hari Dandy mengunjungi makam Daus.
Dia bahkan lebih rajin datang dibandingkan kedua orang tuanya Daus. Dandy tahu mereka pasti tidak sanggup berlama-lama ada di tempat pemakaman anaknya sendiri.

Itu menyiksa.

***

Pagi hari sebelum bel berbunyi, Imelda menatap ke ambang pintu dari tempat duduknya. Berharap sosok yang ia tunggu akan muncul dari sana sambil menagihi contekan matematika.

Tetapi, sekeras apapun ia berharap, kenyataan lah yang menyakitkan. Daus sudah pergi.
Seandainya Daus memang benar-benar kembali dan ini semua hanyalah mimpi, Imelda akan sangat senang hati memberi Daus contekan, atau bahkan memperbolehkan cowok itu menjitak kepalanya. Seperti yang biasa dia lakukan.

Tetapi lagi-lagi itu semua hanyalah sekedar harapan. Jiwa Daus sudah menghilang, dia tidak akan kembali.

Imelda tidak akan pernah lagi mendengar gerutu dari cowok itu, dia tidak akan pernah lagi berkelahi saling merebutkan makanan.
Dan entah kenapa semuanya menjadi sepi.

Bu Klara yang baru datang dari arah pintu langsung berseru nyaring di depan kelas, "Anak-anak, masukkan buku kalian ke dalam tas karena hari ini kalian ulangan matematika."

Semua murid menggerutu pelan, karena mendadak ulangan dan tidak ada yang belajar satupun dari mereka.

Kertas soal dibagi dan mereka mengerjakan ala kadarnya. Imelda yang biasanya semangat mengerjakan soal matematika, mendadak lesu.
Dia menatap lantai kelas di depan papan tulis, disitulah Daus terbaring untuk selamanya.

Polisi bilang itu murni karena masalah kesehatan. Katanya Daus terkena serangan jantung mendadak dan meninggal di tempat.

Imelda, Dandy, Fadel dan Nurman tahu dengan pasti. Itu adalah pembunuhan.

Pembunuhan yang sudah dilakukan makhluk jadi-jadian.

Ketika jam istirahat sehabis ulangan matematika, Fadel mendekati Imelda yang duduk melamun sendirian di mejanya. Gadis itu trauma. Dan dia butuh teman untuk bicara.

"Mel, gue boleh duduk?" Tanya Fadel meminta ijin.

Imelda mengangguk dengan pandangan kosong.
"Nih." Fadel menyerahkan sebungkus snack. "Jangan lupa makan. Nanti Daus sedih liatnya."

Imelda tersenyum menerima, "thanks."

"Gue nggak tau gimana rasanya kehilangan sahabat dekat. Tapi lo tau rasanya, karena lo sama Daus udah temenan dari SMP. Gue cuma bisa saranin sih, lo harus ikhlas melepas dia yang sudah pergi."

Imelda menatap Fadel lalu menggeleng sedih.

"Gue nggak bisa ikhlas dia pergi kayak gitu.." perlahan air matanya kembali turun. "Gue nggak bisa lupa wajah dia waktu minta kita buat bantu dia jalanin ritual. Gue yang bantu nenek tua itu buat nulis aksara Jawa di kertas. Berarti gue juga yang bantu nenek itu bunuh Daus.." Imelda menangis ketakutan. Tangannya gemetar. Teringat dirinya ketika memeluk tubuh Daus yang sudah tidak bernyawa.

Fadel menggenggam tangan Imelda yang dingin.

"Lo nggak salah. Kita semua juga nggak tau rencana jahat dia. Jangan terlalu dipikirin. Sekarang lo harus ngumpulin stamina buat besok."

Ada Hantu Di SekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang