4. Kau Tahu Sesuatu Kan?

116 16 2
                                    

Bel pulang sekolah berbunyi. Rin segera mengambil tasnya dan berlari keluar. Tak lupa ia melambaikan tangannya pada Nilam.

Tubuhnya berlari pelan. Belum terlalu terbiasa. Ia berhenti sebentar di ujung tangga. Mengatur nafas. Ia kembali membulatkan semangat dengan menuruni tangga.

Rian yang tak sengaja lewat ikut melihatnya. Ia buru-buru menarik tangan Rin.

"Rin, tunggu."

Rin terpana. Ia menoleh cepat di anak tangga kedua. Mata mereka bertemu.

"Anu,.. tunggu diruanganku ya, kita.... kau tahu kan?" Rian sedikit canggung mengucapkannya.

Rin mengerti. Pulang bersama maksudnya. Rin tersenyum tipis.

"Maaf pak, saya buru-buru." Tepis Rin.

"Eh?"

"Ada urusan." ujarnya lalu berusaha melepaskan tangan Rian. Rian terhenyak. Tatapan mata jernih itu kembali mengingatkannya pada hati itu.

"Aku percaya pada bapak."

Rin berlari lagi menuju lantai bawah. Terlihat benar-benar ada urusan penting. Sedangkan Rian masih berdiri di tepi tanggan.

"Siang pak!"

Sapaan sebelum pulang dari murid-muridnya yang lewat membuatnya tersadar.

"Ah, siang. Hati-hati di jalan." Balas Rian sambil tersenyum tipis.

Rin berlari keluar gedung sekolah. langkahnya terburu-buru dan hampir terjatuh. Seseorang menangkap lengannya.

"Kenapa buru-buru? Kamu kan belum pulih."

Rin menoleh dan tersenyum. "Viri!"

"Iya, ini aku. Kenapa sih?" Ia mengerutkan keningnya. "Lagian kamu gak ada niat manggil aku 'kak Viri' apa?"

Rin tertawa kecil. "Anu, apa kamu sibuk?"

Viri terdiam. Mereka kembali berjalan. "Tidak sih. Kenapa? Mau ajak aku pergi kencan?" Candanya.

Tapi yang ada Rin malah mengangguk. "umh! Iya!"

Jawaban itu membuat Viri tercenggang. Wajahnya memerah malu.

"E-ekh?!"

"Bercanda." Jawab Rin singkat dan datar. Membuat Viri mendengus kesal.

"jangan begitu!"

"Kamu yang duluan kok." Balas Rin sambil menjulurkan lidahnya.

Viri menghela nafas. Tak mau berdebat lagi. "Oke serius. Kenapa?"

Rin menoleh. Ia tersenyum tipis. "Mau... pergi jalan bersamaku?"

"Hah? Sekarang?"

"Yup."

"Kemana? Kamu sudah bilang sama pak Rian?"

Rin tak menjawab. Yang ada ia memeluk lengan Viri. Viri tersentak.

"He-hei!"

"Kamu bawa motor kan? Kita bisa jalan berdua." Ujar Rin sedikit manja.

Viri tak habis pikir apa yang telah dilakukan gadis itu.

"O-oke, lepasin dulu tanganku." Pinta Viri. Rin tersenyum geli dan menurutinya.

Rin melirik ke arah jendela besar di lantai dua. Seseorang mengawasinya, ia tahu itu.

Rian berdiri di sana. Jendela kaca besar yang membuatnya dapat melihat jelas lapangan sekolah. ia menaikkan sebelah alisnya hingga seseorang menepuk pundaknya.

"Pak, sebentar lagi ada rapat." Ujar wanita berkacamata itu ramah.

"Ah, bu Nia. Iya bu, sebentar." Balas Rian ramah. Saat bu Nia telah berlalu, ia kembali menoleh mencari kedua anak tadi. Tapi sudah tidak ada. Keduanya hilang dari pandangannya. Rian menghela nafas panjang lalu berlalu menuju ruang guru.

_____

"Hei, Rin," panggil Viri.

"Umh?"

"Kenapa kita ke sini?!" Tanya Viri.

Rin tak menjawab. Mereka berdua duduk di bangku taman yang saat itu penuh dengan anak kecil. Duduk berdampingan dengan es krim ditangan mereka masing-masing.

"Gak boleh?"

"Bukannya gak boleh sih, tapi kenapa gak ke cafe atau mall gitu?" Keluhnya sambil memakan es krim vanila nya.

Rin diam. Ia menatap lurus kedepan. kosong.

"Viri,"

"Umh?" Balas Viri terdengar garang.

"Kau temanku kan?" Tanya Rin.

Viri terdiam. Ia berhenti menikmati es krimnya, dan dengan terkejut menoleh.

"Apa?"

"Kau dipihakku kan?" Tanya Rin lagi. Tak mengulang.

Viri diam sebentar lalu menghela nafas. Ia mengulurkan tangannya dan mencubit pipi Rin pelan.

"Gak usah kamu tanya pun, aku akan selalu jadi teman yang ada di pihakmu." Jawab Viri. Ia kembali memakan es krimnya.

Rin terdiam mendengarnya. Ia menoleh cepat dan menatap Viri dalam.

"Sungguh?"

"Iya, iya. Lagian kenapa kamu na-" Viri berhenti. Ia tak melanjutkan pertanyaanya. Matanya membulat sesaat dan menoleh. Menatap Rin yang juga menatapnya.

Gadis itu menatapnya dalam. Matanya yang jernih namun terlihat penuh luka. Viri menelan ludah.

"Rin, jangan bilang kamu...."

Dan sekali lagi, ditengah kerumunan, Viri terdiam dalam keramaian. Tak melanjutkan kalimatnya. Mata mereka menatap satu sama lain, hingga akhirnya Rin tersenyum.

"Hei, kau tahu sesuatu kan,....Viri?"

_____

Sirius : Remember Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang