Happiness In My Hand

1.7K 33 2
                                    

Barney P.O.V

Mataku terasa berat ketika ingin dibuka dan setelah mencobanya, mataku tersilaukan oleh terangnya lampu

"Akhirnya sadar juga"ucap Tony lalu mengecup dahiku

"Kita dimana Tony?"tanyaku dan dia hanya menjawab kita masih di rumah sakit karena aku pingsan

Jelas saja aku pingsan. Kalian bisa fikirkan bagaimana kagetnya aku ketika diberi tahu bahwa anak yang kukandung ada tiga? Bahkan tidak semua perempuan diberi keistimewaan ini

"Sekarang jam berapa?"tanyaku begitu mengingat makan malam bersama Rafe

"Masih jam 2"ucap Tony penuh kasih sayang

"Ayo pulang, kita harus bersiap untuk makan malam kan?" Ajakku dan Tony hanya mengangguk memenuhi permintaanku

Tony memutuskan meminjam kursi roda untuk membawaku ke mobil, namun dia menyuruhku menunggu di depan saja karena terlalu jauh jika harus ikut ke parkiran belakang. Suster yang mendorongku pun mengikuti perintah Tony.

Saat di depan banyak orang yang melihatku aneh, mungkin karena perutku membesar dan aku ini seorang laki-laki

Setelah Tony datang dia membantuku untuk naik ke dalam mobil

Di perjalanan aku hanya melamun mengingat kabar gembira ini.. aku mengelus perutku sambil tersenyum

"You look very happy young man"

Aku kembali tersenyum, lebih lebar malah..

"Iyalah aku seneng. Dapet anak tiga!!"ucapku hampir berteriak dan Tony hanya terkekeh melihat tingkahku

Sisa perjalanan dihabiskan dengan diam. Diam yang sangat menenangkan bagiku.

Fyi, kita udah pindah ke rumah Tony dan ya... Everything is settled so i don't have to unpack or so what ever  aku masih punya sekitar 3 jam untuk persiapan makan malam. Sekeras apapun aku mencoba untuk mencoba untuk tidak nervous aku tetap nervous. Aku akan makan malam dengan kakakku dan suaminya. Sound so intimate. Dan aku tak tahu apa yang akan terjadi. Aku juga tak Tahu aku harus pakai apa

Aku menghampiri Tony yang berada di ruang kerjanya dan aku mendengar dia sedang menelfon jadi aku kembali ke kamar dan mondar mandir hingga kakiku kram dan perutku terasa melilit.

Aku pun duduk di tepi tempat tidur.

"Kamu gapapa?"tanya Tony dan aku mengangguk

"Aku cuma nervous dan mondar mandir tapi malah kaya gini jadinya"ucapku sambil meringis kesakitan dan Tony mengambil kakiku lalu meletakkannya di pangkuanku

"Makanya kamu jangan suka jalan-jalan. Sekali-kali tuh diem coba hahahaha"ucapnya lalu chuckle. His chuckle is so everything to me.. renyah banget dengernya

"Yaudah ya aku sekarang angkat kamu ke kamar mandi abis itu kita siap siap buat ke rumah Rafe. Okay?"tanyanya

Aku hanya mengangguk dan setelah Tony menurunkanku di bath tub aku langsung rileks.

Tak butuh waktu lama untukku menyelesaikan mandi ku. Dan aku pun berjalan menuju walk in closet untuk berpakaian.

I need to wear something cozy yet fancy. Jeans definitely out of list karena perutku sudah tak bisa menampungnya.

Jadi aku memutuskan untuk memakai legging Balenciaga memakai kaos supreme ku dan mengambil sepatu slip on Gucci and a little bit of perfume won't hurt.

Setelah selesai aku langsung turun ke bawah dan melihat Tony sudah selesai bersiap

"Ready?" Tanya Tony

"Yup"

Dan kami pun berjalan menuju mobil.
Diperjalanan aku tak bisa berhenti memikirkan kemungkinan yang akan terjadi pada saat makan malam nanti

Mungkin kalian bertanya mengapa aku gugup seperti ini? Jawabannya adalah orangtuaku tidak pernah menerimaku sebagai gay. They are so homophobic

Mereka memang tidak membuangku mentah-mentah. But, they treat me like i don't exist. Hanya Rafe yang peduli. Tetapi satu ketika aku membawa pacarku kerumah ayahku memberiku pilihan untuk memutuskan pacarku atau pergi dari rumah. And Rafe just sit and shut his mouth like a stupid doll

Dari sana aku membenci Rafe dan keluar rumah or should i say being disown by my family.

Pertemuanku dengan Rafe adalah pertemuan pertama setelah sekian lama hingga tak dapat kuhitung lamanya. Rafe dan Tony in fact a bussiness partner but it doesn't make me meet him very often.

Dan yang lebih mengejutkan adalah Rafe turn out to be gay after our parents die

Shocking right?

Akhirnya setelah 15 menit perjalanan kami sampai di depan rumah bergaya victorian berwarna putih lengkap dengan fountain di depan jalan masuknya

"Is this his house?"ucapku

"Yep."ucap Tony

Aku hanya menatap rumah ini dengan kagum. Well, aku bisa saja membeli rumah ini apabila aku masih bekerja sebagai gigolo mengingat bayaranku permalam yang cukup besar

Setelah Tony memarkirkan mobilnya akupun turun dengan bantuannya karena kakiku masih lumayan sakit

"Barney!! Tony!! Akhirnya kalian datang juga"ucap Rafe menyambut kami

"Ayo masuk Dian sudah memasakkan makan malam"

Akupun berjalan sedikit demi sedikit. Namun tiba-tiba perutku melilit sekali.

"Babe perut aku ko sakit ya?"tanyaku

"Kamu gapapa?? Kita pulang aja kalo gitu"ucapku

"Tony tapi barney berdarah!"ucap Rafe

Sontak aku yang mendengarnya kaget dan melihat kebawah. Seketika pandanganku buram dan gelap mengantarkanku pada tidur yang mencekam.
***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 31, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sex AddictTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang