.
.
.
.
.
Puk..puk..
Al menepuk sisi kanannya agar yuki berpindah tempat dari posisinya.."Aku bisa mendengarnya dari sini" yuki enggan mendekat.
"Baiklah " al bersidekap.
Flashback...
"Ayah,
mereka siapa? Kenapa rumah kita ramai seperti ini? ibuuu..hiks, hiks.." al kecil menangis sesenggukan semua terjadi di depan matanya..
Pembantaian itu terjadi begitu saja tanpa mereka peduli ada bocah berumur 7tahun disini.
Ibu al sudah terbaring tak bernyawa di lantai dengan bagian perut yang tertembus timah panas..
Ayahnya kini sedang berjuang menutupi tubuh anak semata wayangnya agar tak bisa di jangkau oleh manusia tak berhati itu.. dengan kondisi yang tak kalah sama parahnya dengan sang ibu.. hanya saja ayahnya lebih kuat untuk bertahan."Ayaaahh.. hiks" al kecil memeluk leher ayahnya.
"Nak berjanjilah pada ayah., jadilah laki-laki yang kuat mempertahankan milikmu.. ini simpan ini
(gelang perak dengan simbol Bulan sabit) pakai ini, ingat.. kau tak boleh menghilangkannya, dan carilah pamanmu namanya hendric kohler.... dia sangat mirip dengan ayah, jika bertemu dengannya berikan gelang ini lalu ceritakan yang terjadi sekarang padanya. Kau mengerti al ghazali kohler.!" Itu pesan terakhir yang terucap dari mulut ayahnya sebelum bunyi ledakan berikutnya menghampiri dada kiri ayahnya.Al kecil menggenggam kuat gelang pemberian ayahnya.
Tangisnya tak lagi terdengar, mulutnya terkatup, matanya terpejam seiring kepergian ayahnya..
Kata-kata ayahnya mempunyai tempat tersendiri di dalam kepalanya.Terdengar suara derap langkah nan berat dari beberapa langkah manusia laknat itu .. mungkin sedang membereskan jasad kedua orang tuanya.
Sedang al kecil masih terpejam, berharap ketika membuka mata ini hanyalah mimpi..
Tiba-tiba saja al merasa bahunya berat, benar saja seseorang sedang menempelkan tangan besarnya disana.
Al membuka matanya.
Sosok di depannya kini lelaki yang mungkin seusia ayahnya tengah tersenyum menatapnya." siapa namamu bocah? " tanya lelaki yang lebih tua itu.
Al menautkan kedua alisnya.. tanda ia tak suka dengan sebutan "bocah" untuk dirinya.
" al ghazali kohler " namun begitu al tetap menjawab.
Lelaki dewasa itu tersenyum penuh arti.
" jangan takut, disini hanya ada paman, lihatlah tak ada lagi orang-orang jahat tadi."
Al kecil menatap sekelilingnya.
Memang benar semua manusia tak berhati tadi hilang ntah kemana ." ayo kita pulang " ajak lelaki dewasa yang asing bagi al kecil itu.
" rumahku disini paman, pulang kemana maksud paman?" Al kecil bingung karna di ajak pulang sedangkan rumahnya masih ia tempati.
" rumah ini bukan rumahmu lagi bocah, kedua orang tuamu sudah menjualnya sebelum mereka meninggal."
Mendengar lelaki ini berucap bahwa orang tuanya telah meninggal, al menundukkan kepalanya, hanya menangis yang bisa ia lakukan.
Tentu saja memangnya apa yang bisa di harapkan dari bocah 7 tahun saat rumah nya terjadi pembantaian ..
Mengingat diri nya masih selamat saja itu sudah sebuah anugerah.Lelaki dewasa tadi mengusap lembut kepala al kecil.
" jangan sedih bocah, kau tidak akan sendirian di dunia ini, ikutlah dengan paman.."
Al mendongak.
" kemana? "
" kerumahmu yang baru"
