"(Namakamu), lo dipanggil ke ruangan pak Bobby tuh," ucap Salsha yang baru saja memasuki kelas."Kenapa? Ada apa?" tanya (Namakamu).
Salsha mengangkat kedua pundaknya ke atas. "Gue juga gak tau!"
"Oke deh," balas (Namakamu), berdiri dari posisi duduknya.
"Mau gue temanin gak?" tawar Salsha.
"Gak usah, makasih," balas (Namakamu), melangkah menuju keluar kelas.
*
Suasana di lapangan basket SMA Binhus benar-benar ramai dengan teriak-teriakan para siswi yang sedang menatap cowok-cowok famous di sekolah ini.
"Gila... si Iqbaal ganteng banget yah."
"Astaagaaaaaa kak Iqbaal gumush deh."
"Makasih tante, sudah lahirkan Iqbaal."
Desisan-desisan para siswi itu samar-samar terdengar.
"Baal, Baal, Iqbaal!" Bastian berteriak dari pinggir lapangan basket yang ramai. Berhasil membuat tatapan penonton mengarah padanya.
Iqbaal menghentikan gerakannya yang sedang mendrible bola ke lantai lapangan. Menghampiri Bastian.
"Ada apa Bas?"
"Lo dipanggil sama pak Bobby noh, katanya buruan, gak pake lama," jawab Bastian.
Iqbaal mengerutkan sebelah alisnya bingung, lalu berkata, "emang kenapa?"
"Ya mana gue tau, udah buruan sana," balas Bastian.
"Oke bro. Thank you!"
*
"Kenapa nilai-nilai kamu semakin rendah saja (Namakamu)? Apa kamu tidak pernah belajar di rumah?" Pria parubaya berkaca mata itu menatap (Namakamu) dengan tatapan heran. Yang ditatap hanya bisa menundukan kepala.
"Sepertinya saya harus mengirimkan surat panggilan untuk orang tua kamu," lanjutnya.
(Namakamu) hanya diam saja, tak mampu berkomentar apapun.
Pak Bobby menghelah nafas berat, "Tolong pentingkan diri kamu, kamu semester depan sudah ujian kelulusan. Perbaiki nilai-nilaimu semester ini (Namakamu)!"
"Permisi." Suara itu berhasil membuat (Namakamu) dengan refleks menoleh ke belakang, ke arah pintu masuk ruangan itu. Suara yang setiap harinya ingin selalu ia dengar.
"Ya Iqbaal, silahkan masuk," ucap pak Bobby ramah.
Iqbaal mengangguk, duduk di kursi samping kanan (Namakamu).
"Iqbaal, saya langsung saja pada inti pembicaraan ini, saya mau kamu menjadi mentor belajar semua mata pelajaran untuk (Namakamu), terutama mata pelajaran yang akan masuk di ujian nasional nanti," jelas pak Bobby.
Iqbaal memasang ekspresi datar tampak tenang dan damai. Seolah-olah ia tak keberatan.
"Saya tahu kamu pasti bisa." Pak Boby kembali berbicara.
"Selama itu gak mengganggu ekskul yang saya ikuti, saya mau-mau saja pak," jawab Iqbaal tenang.
(Namakamu) yang duduk disampingnya seakan tak percaya apa yang baru saja ia dengar.
"Baiklah, saya harap belajar tambahan untuk (Namakamu) dilakukan mulai minggu depan. Semoga kalian bisa bekerja sama dengan baik... dan silahkan kalian ke kelas, sebentar lagi pelajaran terakhir akan segera dimulai," ucap Pak Bobby.
Iqbaal mengangguk singkat, lalu segera berjalan meninggalkan ruangan disusul oleh (Namakamu) dibelakangnya.
Di koridor, Iqbaal tiba-tiba menghentikan langkahnya, membalik tubuhnya menghadap ke arah (Namakamu).
"Ingat (Namakamu), jangan harap gue bakal jadi Iqbaal yang kek dulu lagi. Gak akan!" Iqbaal mengucapkan itu dengan tatapan tajam ke arah (Namakamu).
(Namakamu) terdiam, bediri kaku menatap langkah Iqbaal yang menjauh meninggalkannya.
*
Hello. Ini hasil revisi, gak banyak kok yang aku ubah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lemon Tea - IDR [Completed]✔
Fanfiction[CERITA LENGKAP] Hanya kesalahpahaman yang merubah segalanya. Persahabatan dan perasaan mereka. Belum revisi. 2015.