|| Tigabelas ||

440 73 0
                                    


Hari ini ujian nasional baru saja selesai, bel pulang sekolah sudah berbunyi 20 menit yang lalu. (Namakamu) masih duduk dengan santai di kantin sekolah, sembari meminum sesekali lemon tea dingin pesanananya.

-lo dimana?

Pesan singkat itu berasal dari Mike.

(Namakamu) meletakan ponselnya kembali ke atas meja, tak mau mengetik pesan balasan apapun untuk Mike. Pikiran (Namakamu) kembali ke arah pembicaraan orang tuanya yang sempat ia dengar dengan tidak sengaja.

Waktu itu, (Namakamu) berjalan menuju dapur untuk mencari minuman dan cemilan ketika ia sedang mengerjakan tugas yang harus dikumpulnya esok hari. Namun samar-samar ia mendengar perdebatan kecil antara kedua orang tuanya yang sedang duduk di sofa ruang tamu.

"Apa salahnya sih dia kuliah disini? kitakan bisa pulang balik jengukin dia di sini." Itu suara Mama (namakamu).

"Gak bisa Ma, pokoknya Papa gak mau tau. (Namakamu) harus ikut kita pindah. Dia anak perempuan kita satu-satunya. kita harus selalu ada untuk dia,"

'Pindah? Pindah kemana?'

"Tapikan Pa, (namakamu) pernah ngomong ke Mama kalau dia maunya kuliah di sini aja."

"Tetap gak bisa Ma, setelah (namakamu) selesai ujian akhir. Kita harus omongin ke dia,"

(Namakamu) sepertinya sudah paham arah pembicaraan itu, tanpa mau berpikir lama. (Namakamu) segera kembali ke kamarnya, masih banyak soal yang belum sempat dikerjakannya.

"(Namakamu)!"

(Namakamu) tersedar, ketika sebuah tangan menyentuh bahunya.

"Lo di sms gak mau ngebalas ih. Mana nih janji lo mau traktirin gue kalau udah selesai UN?" Mike mengambil posisi duduk disalah satu kursi kosong.

(Namakamu) tetap diam, tak membalas ucapan Mike. Apa ia harus menceritakan soal kepindahannya pada Mike? Walaupun memang orangtua nya belum memberi taunya secara langsung.

"Lo kenapa sih? Ada masalah? Lo tuh harusnya senang. Udah selesai UN juga."

"Gue mau pindah Mike!" Dan akhirnya, (namakamu) memang harusnya bercerita pada Mike. Mike lah yang selama ini selalu ada untuknya, walaupun sering membuatnya kesal, namun Mike mempunyai caranya sendiri untuk membuat (namakamu) tersenyum.

Ekspresi wajah Mike langsung berubah, "Kemana?"

(Namakamu) menggeleng. "Gue juga gak tau,"

"Yaudah kita jalan yuk,"

"Gue males,"

"Lo tuh ya, udah mau pisah sama gue. Lo malah tetap aja kek gini, kalau lo udah pindah nanti, gue yakin semenit pun pasti pernah terbesit kalau lo kangen sama gue."

"Bahasa lo ih,"

Mike tertawa, "Yaudah, kita ke Caffe Mama yuk."

"Eh bentar deh, kenapa lo malah tiba-tiba datang kesini?"

"Yah gue jemput lo lah. Jam pulang sekolah udah dari tadi, lo malah belum pulang ke rumah. Gue sms juga lo gak ngebalas, gue khawatir makanya gue susulin deh."

"Biasa aja kali,"

"Yee, lo mah emang gak tau di sayang,"

"Siapa juga yang mau di sayang sama lo?"

"Dih udah gak usah banyak ngomong, ayo jalan!"

"Iya, iya."

***

"Gimana Baal? Lo mau kan?" Gadis itu, Celin. Gadis yang sangat menyukai Iqbaal, anak dari sahabat Bundanya Iqbaal.

Iqbaal kembali meminum Lemon tea dingin pesanannya.

"Sorry Cel, gue gak bisa. Kita temanan aja ya."

"Tapi kenapa Baal?"

"Gue, gue udah sayang sama orang lain. Jauh sebelum kita kenal, maafin gue. Tolong cari cowok lain aja yaa."

Celin merasa dadanya sesak saat ini, namun ia tidak bisa memaksa Iqbaal juga. Celin kini tersenyum masam.

"Baal, gue pulang duluan ya. Makasih buat semuanya,"

Iqbaal terkesiap, mata Celin mulai berair. Sungguh ia sama sekali tidak bermaksud untuk menyakiti Celin, apa lagi Celin adalah gadis yang baik. Namun yang namanya perasaan mana bisa Iqbaal bohongi.

"Gue anterin ya," Iqbaal kini berdiri dari posisi duduknya.

Celin menggeleng, lalu tersenyum "Gak usah Baal,"

Setelah mengucapkan itu, Celin berjalan meninggalkan Caffe tersebut. Meninggalkan Iqbaal yang kini sudah kembali duduk.

Bersamaan dengan perginya Celin meninggalkan Caffe, Mike dan (namakamu) memasuki Caffe tersebut. (Namakamu) masih mengenakan baju seragam putih
abu-abunya, begitu pula dengan Iqbaal.

Iqbaal menyadari kedatangan keduanya, namun Mike dan (namakamu) sepertinya tidak menyadari jika Iqbaal ada disitu.

"Mau pesan apa lo (nam..)?"

"Lemon tea dingin, sama brownis." Jawab (namakamu)

"Bukannya tadi di kantin lo udah pesan lemon tea dingin? Masa lo pesan itu lagi?"

"Yee, gak papa kali. Buruan sana pesanin!"

"Yaudah, lo tunggu sini ya. Gue mau ke ruangan Mama dulu, ada perlu. Pesanan lo juga datangnya bakal cepet kok," Mike kini berjalan memasuki ruangan bagian dalam Caffe. Yah itu memang Caffe yang di kelola Mamahnya Mike.

'Kesukaan dia masih sama, masih Lemon Tea'

Iqbaal kini berdiri dari posisinya, lalu berjalan menuju kasir dan meninggalkan Caffe tersebut dan sampai Iqbaal benar-benar meninggalkan Caffe (namakamu) sama sekali tidak menyadari adanya Iqbaal disekitarnya.

***

Pukul 7 malam (namakamu) terbangun dari tidurnya, ia saat ini masih mengenakan pakaian sekolahnya. Pukul 5 sore tadi ia baru sampai ke rumah setelah jalan berdua bersama Mike.

Dengan cepat (namakamu) kini berjalan menuju kamar mandi, dan berniat segera turun ke bawah ketika ia sudah selesai. Rasa laparnya kini mulai mendominasi dirinya.

"Kemana aja tadi seharian setelah pulang sekolah?" Tanya Mama (namakamu) ketika (namakamu) sedang menikmati makan malamnya.

"Jalan bareng Mike Ma,"

"Oh gitu, ya udah selesai makan. Kamu ke ruang tamu yaa. Papa kamu mau ngomong sesuatu."

(Namakamu) mengangguk paham, "iya."

"Yaudah, Mama mau ke kamar dulu."

*
(Namakamu) berjalan menuju ruang tamu sembari memegang secangir susu ditangannya, detik berikutnya ia mengambil posisi duduk di sofa, menghadap ke arah Papanya.

"Ada apa Pa? Katanya Papa mau ngomong sesuatu," tanya (namakamu)

"Gimana UN nya?"

"Hm, lancar-lancar aja kok Pa."

"Kamu ikut Papa sama Mama pindah ya, kamu juga kuliahnya disana aja."

"Kemana Pah?"

"Singapore, usaha Papa disana lagi berkembang pesat. Kamu maukan?"

(Namakamu) sudah memikirkan ini sejak seminggu lalu, ia memang seharusnya ikut orangtuanya.

"Iya Pah, (namakamu) mau kok." Putusnya.

*

Lemon Tea - IDR [Completed]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang