Prolog

560 51 12
                                    

Aku berdiri menatap semua orang yang juga menatapku. Mereka bahagia. Aku juga. Aku ingin menyangkal semua hal indah yang terjadi hari itu, tapi nyatanya itu semua adalah sebuah kenyataan. Kenyataan yang paling indah.

...

Aku berdiri menatap puluhan orang yang tersenyum bahagia sedang menatap kami. Kami? Tepatnya aku dan seorang lelaki perperawakan tinggi yang tersenyum bahagia. Aku mengalihkan pandanganku padanya, dan dia juga. Tatapan kami bertemu. Melempar senyum dan sedikit tertawa.

...

Rasanya seperti mimpi. Orang yang dulu selalu menjadi orang pertama yang membuatku terbang dan dia juga orang pertama yang selalu membuatku jatuh, kini kami adalah pasangan. Pasangan yang mampu membuat puluhan pasang mata menatap kami kagum. Serasi. Tentu saja.

...

Hari itu semuanya terasa sempurna dengan warna putih yang kontras dipadu dengan warna sang jingga yang pas.

...

Tapi hari ini ...

Aku termenung memikirkan bagaimana indahnya sebuah pernikahan. Berdiri dengan seseorang yang mampu membuatku jatuh bangun mencintainya. Aku seperti berada diatas waktu yang berhenti. Aku ingat bahwa aku adalah seseorang yang sudah hancur. Siapa yang mau denganku?

Broken home

Kata sialan yang tersemat dalam kehidupanku. Membuat semua orang menjauhiku hanya karena julukan itu. Aku benci. Sangat benci. Tapi siapa yang bisa menentang takdir jika malaikat Tuhan saja tidak bisa. Aku yang hanya manusia biasa, dapat melakukan apa?

Lagi-lagi aku tersadar dalam sebuah kenyataan pahit. Sangat pahit. Sehingga mampu membuatku terbatuk-batuk dan mati rasa.

Yang aku lakukan hanya mampu tersenyum menyembunyikan semuanya. Ya. Aku harus berpura-pura menjadi seorang introvert. Tapi nyatanya aku hanya mampu meratapi kesendirian ditengah keramaian. Begitu menyedihkan.

Don't forget to tap vote and comment(:
Thankyou

No Words Needed [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang