"Terima kasih." Ucap Maria sembari tersenyum.
Saat ini Kevin dan juga Maria tengah berdiri di depan rumah Maria. Setelah di taman hiburan tadi Kevin bersikeras untuk mengantar Maria, awalnya Maria memang menolak tapi akhirnya ia hanya bisa menghela nafas kasar melihat si keras kepala Kevin.
Kevin tersenyum sembari mengacak rambut Maria dengan kasar. "Kau manis."
Maria menundukkan kepalanya menyembunyikan semburat merah muda yang timbul di kedua pipi putihnya.
"Masuklah. Diluar dingin." Titah Kevin.
Maria mendongakkan kembali kepalanya, dan menatap Kevin tepat dimatanya.
"Kurasa.... Aku akan mencoba." Setelah itu Maria berlari kecil masuk kedalam rumah besarnya.
Lihat. Sekarang si bodoh Kevin nyengir tidak karuan mendengar penuturan sang gadis.
"Oh tuhan jangan bangunkan aku jika ini mimpi." Kevin menutup rapat kedua matanya dan menempelkan kedua telapak tangannya pada kedua pipinya.
PLAKK!!
"YATUHAN INI BUKAN MIMPI?" Kevin berteriak dengan cukup keras.
"Hey. Apa kau bodoh?" Itu suara Maria. Maria memang masih berada di pintu dengan pintu sedikit terbuka sengaja ingin melihat si bodoh itu.
"MARIAAAAA.... AKU.. MENCINTAIMU." Ok. Mungkin Kevin sudah merasa ini dihutan.
Maria tersipu mendengar teriakan Kevin. "Hey, pulang sana bodoh." Maria berucap setengah berteriak.
Malam ini Kevin bermimpi indah.
-NWN-
Hujan turun dengan cukup deras membasahi kota Melbourne. Hawa dingin cukup menusuk pagi itu sehingga membuat siapa saja enggan untuk bangun dari tempat pembaringannya yang hangat.Seperti pemeran utama kita. Maria tidak biasanya bangun terlambat kali ini. Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi, tapi tak ada tanda-tanda Maria akan membuka matanya bahkan ia kembali menutup sekujur tubuhnya dengan selimut tebal miliknya.
Cklek
Suara pintu berhiaskan cat putih itu terbuka menampakkan seorang wanita yang sudah berumur memasuki kamar dengan nuansa pink-white milik Maria.
Wanita paruh baya itu meletakkan nampan yang ia bawa di atas nakas dekat ranjang Maria. Wanita itu tersenyum melihat sang cucu yang masih bergelung dengan selimut. Ia duduk di sisi ranjang Maria dan terus menatap sang cucu dengan pandangan yang sulit diartikan.
Wanita itu mengusap surai madu milik sang cucu dan menata poninya yang menutupi sebagian wajahnya.
Wanita itu tanpa sadar menitikkan air matanya haru. Perasaan itu kembali menghampirinya. Kesal, kecewa, marah bercampur menjadi satu yang pantas dilayangkan kepada kedua orangtua Maria.
"Eunghh.." Wanita paruh baya itu menghapus cairan liquid yang mengalir dikedua pipinya saat mendengar lenguhan cucu tersayangnya itu.
"Nenek..."
"Good morning, dear." Sapa sang nenek dengan senyuman hangatnya.
Maria mencoba mendudukkan dirinya dan menyandarkan tubuhnya pada sandaran ranjang. Maria mengambil segelas susu di atas nakas yang dibawa sang nenek.
Wanita paruh baya itu mengusap surai madu Maria dengan sayang seolah takut menyakitinya hanya dengan sekali usapannya saja.
"I love you so much dear." Entah sadar atau tidak wanita paruh baya itu menitikkan airmatanya kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Words Needed [completed]
General FictionSometimes, a sentence does not make us understand the situation. ✨ really first story • 2016 Disclaimer; tokoh dalam cerita ini SEPENUHNYA milik saya. Karangan saya, imajinasi saya.