Aku telah siap untuk ke kampus. Ada kuliah pagi. Seperti biasa sopir si tua Bangka itu akan mengantarku ke kampus. Aku menunggu dengan bosan,. Kemudian tiba-tiba Audi hitam berhenti didepanku. Keherannanku lenyap saat kulihat seorang pria keluar dari mobil itu. Vano. Dengan gaya sok angkuh dan aura setannya dia mendekatiku.
" ayo masuk. Kita pergi bersama" katanya datar
Aku hanya diam. Tidak mempedulikannya. Akhirnya setelah beberapa menit tidak ada respon dariku. Diapun mulai jengah.
" kau mau berjalan sendiri ke mobilku, atau perlu aku menggendongmu ?" ucapnya tajam.
Aku sedikit tercekat. Masih juga sama. Dia masih juga suka memaksa. Ya walaupun masa-masa saat bersamanya dulu adalah salah satu masa kelam dalam hidupku, namun hanya dia yang bisa membuat jantungku berdetak lebih cepat dan menggila jika berada dekat seperti ini dengnnya.
" aku tidak sudi pergi denganmu!" desisku tajam dan kemudian pergi meninggakannya. Tapi ternyata dia tidak begitu saja melepaskanku. Dia segera mencekal salah satu tanganku dan membuatku kembali ke posisi semula.
" aku tidak memberikanmu pilihan seperti itu."
Pada detik kemudian tidak kurasakan lagi kakiku yang menginjak lantai teras. Dia menggendongku dan memasukkanku secara paksa kedalam Audi hitamnya. Setelah menutup pintu dia berlari ke arah sisi kemudi. Setelah duduk dia segera menghidupkan mesin mobil dan melajukan mobilnya dengan cepat membelah kota menuju kampus.
***
Vano mengehntikan mobilnya tepat di gedung kuliahku. dia mematikan mesin dan keluar dari kursi kemudi dan mengitari mobil membukakan pintu untukku. Sok manis! Aku benci padanya yang bersikap sok gentle padaku.
" nanti pulang kampus aku akan menjemputmu" ucapnya yang mulai lembut. Aku tidak membalas ucapannya. Aku hanya menatapnya tajam dan segera pergi meninggalkannya
Setelah sampai di kelas aku memilih di kursi belakang. Berbagai macam fikiran berkelik di otakku. Yang paling kufikirkan adalah tingakah Vano tadi. Sejak pertemuan pertama kami kembali saat makan malam itu, aku tidak pernah berbicara padanya. Setelah makan aku segera naik ke kamarku dan tidak mempedulikan ucapannya. Apalagi pertanyaan si tua Bangka yang menanyakan apakah aku telah mengenal keponakannya itu sejak lama. Tentu saja aku tidak sudi menyebutkan kebenarannya. Seumur hidupku. aku akan selalu membencinya.
Tapi apa yang terjadi tadi itu sangat mengejutkanku. Entah apa modusnya kali ini. Yang pasti aku tidak akan pernah terjebak lagi pada niat busuk yang telah di susunnya.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Love
RomantikAku terjebak dalam kontrak gila ini. Ayahku baru mati. meninggalkan banyak hutang yang menghancurkan hidupku. " menikahlah dengannya, nak" pinta ibuku pasrah sial! apakah aku harus menyerahkan hidupku pada tua bangka itu! *** Tapi ketika dia datang...