Ten

466 23 7
                                    

" ibu..." panggilku lirih

" Dania ? kamu kenapa nak? Kenapa basah kuyup seperti ini. Dan juga ini sudah malam. Nak Vano mana ? kamu tidak pergi sama dia?" rentetan pertanyaan ibu tidak ku jawab. Aku hanya memeluk ibu dan mengis dalam pelukannya. Vano ? bahkan aku tidak tahu dia dimana bu!

" Dania, kamu kenapa ? kenapa datang-datang dengan kondisi seperti ini. Jangan buat ibu khawatir, nak"

Aku tetap tidak mempedulikan ibu. Aku bisu. mulutku tidak bisa berbicara. Aku tidak bisa menjawab pertanyaan ibu. Aku hanya menangis. Menagis sekuat-kuatnya. Birlah tubuhku basah karna aku nekat menerobos hujan. Aku tidak peduli! aku hanya ingin bertemu dengan ibuku dan menumpahkan segala penyesalanku ini padanya. Aku hanya ingin meangis di pelukan ibu.

Tiba-tiba ibu diam. Ibu tidak lagi memberikan ku pertanyaan yang hanya akan menyulitkanku. Ibu mengusap punggunggu. Menenangkanku. Aku merasa nyaman untuk beberapa saat.

" ibu...Vano bu..." lirihku di tengah tangisku.

" kenapa dengan nak Vano sayang"

" dia pergi bu. Dia pergi begitus aja meninggalkan dania bu. Dania merasa sangat bersalah padanya. Dania sudah salah sangka padanya, bu. Ibu, dia pergi begitu saja tanpa menjelaskan apapun pada dania. Dania sangat sakit hati bu. Dania sakit hati karna belum sempat untuk berbicara langsung padanya" jeda sebentar. Sesak sekali rasanya. Tapi aku harus mencurahkan semuanya. Agar hatiku lebih tenang.

" dinia menyayanginya bu. Dania sangat mencintainya. Tapi rasa itu hanya tertutupi dengan rasa benci dania yang salah. Dania salah menilainya. Kenapa bu? Kenapa dia tidak mengatakannya langsung pada dania. Kenapa bu. Kenapa dia tidak mengatakan langsung bahwa dia mencintai dania. Kenapa dia meninggalkan dania begitu saja dengan berbagai pertanyaan di kepala dania. Kenapa, bu? Kenapa dia begitu tega meninggalkan dania begitu saja tanpa dania tahu kebenarannya"

" ibu tahu dania. Ibu sudah tahu yang sebenarnya sejak lama"

Aku tersentak. Apa maksud ibu ?

" maksud ibu ?" tanyaku langsung.

" duduklah dania. Ibu akan menceritakannya"

Aku mengikuti ibu dan duduk di salah satu kursi kayu yang berada di ruang depan rumahku.

" beberapa minggu yang lalu tepatnya sebelum kontrak kamu terlepas dengan Bos Reza, Nak Vano pergi kesini dan menceritakan semuanya. Ibu sempat marah atas semua perbuatan yang di lakukannya padamu. namun saat dia menjelaskan semua alasannya di tambah dia sampai berlutut di kaki ibu sambil meminta maaf, akhirnya ibu mengerti kenapa dia melakukan itu semua..."

" kenapa ibu tidak pernah bilang sama Dania?" potongku cepat

" maaf, Nak Vano yang memohon pada ibu agar tidak pernah mengatakannya padamu. dia bilang dia akan menyelesaikan semuanya. Tapi ibu tidak menyangka ternyata cara seperti ini yang di lakukannya. Ibu minta maaf Dania"

Aku kaget mendengar penuturan ibu. Kenyataan apa ini lagi? Vano. Mengapa banyak hal yang kau sembunyikan dariku?

Aku mengerang frustasi. Aku tidak tahan lagi. Aku harus bagaimana, Tuhan?

" ibu... Dania harus bagaimana bu. Apa yang harus dania lakukan. Dania harus bertemu dengan laki-laki itu bu. Tapi kemana? Dania tidak tahu alamatnya. Dania tidak tahu nomor telfonnya. Bagaimana ini bu"

Aku menangis lagi. Hampir saja aku tersungkur jika ibu tidak menahan tubuhku. Ibu membawaku dalam pelukannya.

" maafkan ibu Dania" ucap ibu.

" tidak bu. Ibu tidak salah. Dania yang salah. Dania yang bodoh! Laki-laki itu sudah pergi! Dan Dania tidak tahu dia akan kembali lagi kesini atau tidak! dania bahkan tidak tahu apa-apa tentang dia bu! Dan sekarang dia memberikan segalanya pada Dania. Dania merasa menjadi wanita yang tidak tahu diri bu! Dania benci pada diri Dania sendiri!"

Aku menangis. Menangis dan terus menyesali kebodohanku.

Dan yang paling ku sesali adalah aku tidak sempat untuk mengatakan bahwa aku juga sangat mencintainya. Aku tidak sempat menjadi wanita yang baik untuknya.

Bagaimana ini Tuhan!

***

" benar bapak tidak tahu alamat Vano di London?" tanyaku menyelidiki lagi.

Aku sedang di salah satu restoran saat ini bersama Robert, pengacara keluarga Giovano. aku tidak tahu lagi harus bertanya pada siapa tentang keberadaan Vano

" ya nona Dania. Saya tidak tahu dimana Vano tinggal disana. Walaupun saya sangat dekat dengan keluarga Giovano, tapi saya tidak begitu akrab dengan kakeknya disana" tutur Robert lagi.

Kakiku lemas seketika. Tidak ada harapan! Laki-laki itu pergi tanpa jejak. Bagaimana ini, Tuhan ?

Hidden LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang