Di rumah ini hanya ada dua kamar. Di rumah yang sebesar ini kenapa dia tidak membuat kamar yang lebih banyak. Dan sialnya lagi kenapa kedua kamar ini harus terletak bersebelahan.
cklek
aku terlonjak tiba-tiba dari tempat tidur. Tetap saja. Laki-laki itu selalu suka masuk ke ruanganku tiba-tiba.
" ayo makan" ajaknya datar.
Aku duduk dengan gugup. Tidak biasanya aku gugup seperti ini. Dia duduk di seberangku. Makan dengan lahap tanpa merasakan ketegangan yang ada. Kenapa laki-laki ini terlihat biasa saja? Kenapa aku sangat sulit mengartikan semua tindakannya ?
" tidak perlu memandangku seperti itu. Aku tahu aku sangat tampan" ujarnya dengan senyum terkulumnya.
Cih! Percaya diri sekali dia.
" tidak usah sok! Tidak perlu berwajah tampan kalau sikap dan tindakanmu seperti setan! " tandasku tajam
Dia hanya tersenyum. Sepertinya dia mengejekku. Aku cemberut kesal. Mengaduk-aduk makananku tidak berminat.
" oya ? bukankah menurutmu aku ini pangeran tampan yang sangat kau puja?"
" cih! Mungkin dulu benar karena dulu aku sangat bodoh mempercayaimu. Tapi sekarang tidak. aku sangat membencimu! Selamanya aku akan tetap membencimu!"
Aku lega. Sedikit emosi yang kutahan selama ini ku tuangkan tepat pada orangnya. Setidaknya pilihanku benar, kan ? dengan memilihnya seperti ini aku dapat berusaha untuk mencelakainya atau mungkin aku dapat menyusun rencana untuk membunuhnya.
Dia tidak membalas ucapanku lagi. Dan kulihat ada guratan yang tidak ku menerti di wajahnya. Bersalah ,eh ? tidak mungkin! Laki-laki tidak tahu diri ini tidak akan pernah menyadari kesalahannya.
" maaf"
Deg, aku merasa tubuhku beku tiba-tiba. Girangan di hatiku tentang rencana untuk mencelakainya sirna begitu saja
Apa? Maaf?
" maaf karna aku telah menyakitimu" ucapnya terlihat...eh, tulus ?
" cih! Jangan berdrama di depanku. Aku tidak akan tertipu lagi olehmu" ucapku tajam. Mata kami bertemu. Dan lagi-lagi aku begitu sulit menghalau pesona pandangannya. Seakan menyilaukan dia memiliki mata yang melumpuhkan. Tapi sayang, mata indah itu ternyata hanya topeng untuk mempermainkan semua wanita. Dia adalah laki-laki brengsek yang tidak berperasaan!
" terserah apa katamu. yang pasti aku mengucapkannya sesuai dengan hatiku"
Dia tiba-tiba berdiri dan beranjak dari meja makan. Untuk kesekian kalinya dia meninggalkanku begitu saja dalam kebisuan. Dengan segala pertanyaan. Dia beranjak dari meja makan dan naik keatas. Aku memandangi punggungnya yang pergi begitu saja. Mataku berlinang. Entah sejak kapan aku menjadi sangat cengeng seperti ini. Kenapa dia seperti itu ? apa dia ingin mempermainkanku lagi ? kenapa dia selalu saja bersikap seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Seolah kesalahannya itu adalah sesuatu hal yang tidak berarti padanya. Dan lagi-lagi. Kerena dia. Untuk kesekian kalinya, aku menangis karenanya.
***
Banyak hal yang cukup berubah semenjak aku berada di rumah ini. Entah mungkin ini hanya perasaanku saja. Entah kenapa pria itu menjadi lebih perhatian padaku. Dia tidak melakukan hal-hal yang tidak aku sukai. Dia tidak membantah apa yang aku katakana. Walaupun hampir setiap hari hanya caci maki yang ku berikan padanya. Tapi entah kenapa dia hanya bersabar dan mendengar semua amarahku.
Dia tidak pernah absen sekalipun untuk mengantar jemputku ke kampus. Terlebih lagi. Dia tidak pernah mengungkit tentang pernikahan itu. Aku merasa seakan penumpang yang tidak tahu diri berada di rumahnya ini.
Tapi ini kan bukan kemauan ku. Dia sendiri yang menawarkan hal ini. Jadi aku tidak salah, kan ?
" sedang apa kau ?"
Jantungku seakan melompat. Ck! Suka sekali laki-laki ini datang tiba-tiba.
" tidak ada" kilah cepat. Tidak ingin ketahuan bahwa aku sedang memikirkannya.
" memikirkanku, hm ?" tanyanya dengan senyum menggoda.
Ah. Kenapa dia sering sekali membuat jantunggu berolah raga tidak karuan begini.
" kau terlalu percaya diri!" tandasku tajam
Dia hanya mengangkat bahu tidak peduli. Selalu saja seperti itu, dia tidak akan berusaha untuk mendebatku.
Kami sedang berada di kamarku saat ini. Ada rasa aneh dalam diriku. Berada di kamar ini hanya berdua dengannya dengan emosiku yang masih kacau seperti ini. Bagaimana jika...
" jangan berpikiran aneh. Aku tidak akan berbuat yang tidak-tidak. yah, kecuali jika kau yang menginginkannya" ucapnya tanpa dosa.
" mimpi saja kau!" desisku kesal.
Aku duduk dengan gelisah di sofa yang berada di sudut kamar ini. Kuliahat dia berjalan mendekatiku dan duduk disebelahku. Dan kemudian dia merebahkan kepalanya di pangkuanku. Eh, apa-apaan ini?
" apa yang kau lakukan! Pergi sana!" usirku mencoba mendorong tubuhnya. Namun dengan cepat dia melingkarkan tangannya di perutku. Apa-apan lagi ini. Di malam hari. Dengan posisi seperti ini dengannya. Adengan ini sangat berbahaya. Apa lagi jika dia yang melakukannya.
" diamlah. 5 menit. Hanya 5 menit. Biarkan aku di posisi ini untuk 5 menit saja" ucapnya pelan. Dia semakin menenggelamkan wajahnya di perutku. Aduhh, bagaimana ini. Mengapa aku menjadi deg degan tidak karuan seperti ini.
" sejauh ini aku tidak mengecewakanmu, kan ?" ujarnya pelan. Mungkin hanya aku yang dapat mendengarnya.
" maaf. Untuk satu kata itu aku benar-benar tulus mengucapkannya"
Dia menghela nafas berat. Seperti semua beban yang di rasakannya hilang begitu saja saat dia mengatakannya.
Aku hanya diam. Tidak merespon apa-apa. Tanpa kusadari posisinya telah berubah. Dia membalikkan tubuhnya dan menatapku dalam.
" Nia, apa kau mempercayainya ?" ucapnya lagi.
Tubuhku menegang. Lidahku kelu tiba-tiba. Sumpah serapah yang biasanya ku lontarkan hilang begitu saja. Matanya itu. Pandangan yang meluluhkanku. Sial! Ada apa dengan otakku kali ini ?
Nia? Dia mengingatnya!
Tuhan sebenarnya ada apa ini ? mengapa dia mengingatkanku kembali pada masa indah dulu saat bersamanya ?
Hening. Tidak ada yang berbicara.
Tidak boleh. Tidak boleh seperti ini. Aku segera menepis fikiran-fikiran tentang keanehannya.
segera kusadarkan otakku di menit-menit terakhir kesempatannya.
" Li...lima menitmu sudah habis" ucapku cepat dan mengalihkan pandanganku melihat sekitar kamar.
Dia mendesah berat sebentar dan kemudian kurasakan bobot kepala yang tidak ada lagi di pangkuanku.
" aku pergi dulu. Kau tidurlah.Selamat malam" pamitnya dan kemudian berlalu meninggalkanku.
Aku segera mengambil nafas sebanyak banyaknya. Merasa kekosongan oksigen di paru-paruku. Aku terus berusaha menormalkan lagi detak jauntungku yang menggila.
Vano. Laki-laki itu. Dia masih ingat panggilan kesukaanku!
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Love
RomanceAku terjebak dalam kontrak gila ini. Ayahku baru mati. meninggalkan banyak hutang yang menghancurkan hidupku. " menikahlah dengannya, nak" pinta ibuku pasrah sial! apakah aku harus menyerahkan hidupku pada tua bangka itu! *** Tapi ketika dia datang...