Six

275 13 0
                                    

Aku termangu sendiri di kamarku. Laki-laki itu seakan menyedot sebagian roh dalam ragaku. Besok. Besok tepat satu minggu aku berada di rumah ini. Dan besok pula hari bersejarah dalam hidupku.

Tuhan. Apa yang harus kulakukan ? apa yang harus kupilih? Kedua pilihan itu sama-sama menyulitkanku. Bagaimana bila nanti menikah dengan laki-laki itu hidupku lebih tersiksa lagi? Dia pernah memperkosa ku. Dia pernah menorehkan luka yang begitu dalam di hatiku.

Jujur saja, jika kebencian itu tidak ada dalam hatiku saat ini. Pasti aku akan sangat bahagia. Tidak ada cacat dalam dirinya sedikitpun. Dia kaya, tampan, dan terlebih aku pernah menyukainya dulu. Itu dulu, lalu bagaimana sekarang ? apa yang harus ku pilih?"

Akhirnya. Hari nista inipun tiba. Di sebelahku telah duduk si tua Bangka. Dan Vano yang duduk di depanku. Dia memandangku tajam. Mereka sedang menunggu jawabanku. Semalaman aku memikirkannya. Memikirkan satu jawaban yang sama-sama memberatkanku. Tidak ada yang menguntungkan. Namun, tetap saja aku harus memilih. Ini juga menyangkut hidup dan matiku selanjutnya.

" dania sayang. Ayolah jangan berlama-lama. Kalau seperti ini berarti kau sangat berat meninggalkanku, kan ? kau lebih memikih tinggal disini, kan ?" ucap si tua Bangka menjijikkan. Enak saja. Bahkan tempat ini lebih menyeramkan dari pada neraka.

Tuhan. Tolong. Semoga pilihanku ini adalah pilihan yang tepat!

***

" letakkan saja barang-barangmu disana" ucapnya dingin.

Aku meneliti rumah ini. Cukup satu kata. Mewah.

Aku meletakkan barangku yang tidak banyak di tempat yang dia katakan. Hanya satu tas kecil yang berisi bajuku dan beberapa buku kuliahku. aku merasa aneh. Sangat tidak enak berada di rumah ini karena hanya ada aku dan dia yang tinggal disini. Tidak seperti di rumah si tua Bangka yang banyak memiliki pelayan yang tinggal di rumahnya.

" Tunggu..." cegatku cepat sebelum kulihat dia ingin pergi

Dia menatapku dalam. Sial! Kenapa aku sangat takut sangat dia melihatku seperti itu ?

" kenapa? Kenapa saat itu kau sangat jahat padaku? Apa salahku padamu ? kenapa kau tega mempermainkanku dulu ?" takut-takut kutanyakan hal yang dari dulu ingin kutanyakan padanya.

Sesat dia hanya diam. Tidak langsung menjawab pertanyaanku padanya. Aku mencoba membacanya. Melihat kedalam matanya apakah kali ini dia akan mencoba untuk membohongiku lagi.

Dia hanya diam. Tetap diam. Sampai beberepa menit kami bertatapan. Dia hanya pergi dalam diam dan tidak menjawab pertanyaanku.

Dadaku sesak. Rasanya aku ingin menangis saat ini. Ibu. Pilihanku tidak salah, kan?

***

Hidden LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang