2 - Because Of You -

162 19 3
                                    

Aha...??
Tiba-tiba ada lampu di pikiran ku. Idepun bermunculan memenuhinya. Kurasa ide ini adalah ide yang bagus. Aku tersenyum penuh kemenangan. Tanpa kusadari Elena menatap kearah ku dengan tatapan yang seperti mengatakan 'Kau gila?'
Aku hanya memalingkan wajah ku.Menghindari tatapan nya, dan kembali menatap layar bioskop.

"Huuhhhh anehhh!!" Ucap Elena mendengus kesal.

Akhir nya film pun selesai. Kami pun sekarang berada diruang tamu rumah Elena. Aku dan Elena sedang asyik memberi makan ikan-ikan yang ada dikolam didepan kami. Ya dirumah Elena kolam ikan nya berada didalam rumah. Bahkan kolam berenang pun juga berada didalam rumah.

"Elena makan kerestaurant yuk? Aku tau dimana tempat makan yang enak." Ucap ku memulai pembicaraan.

Aku tau pasti Elena akan menjawab tidak. Tapi aku berharap ada keajaiban yang membuat Elena mau pergi keluar rumah bersama ku.

Elena hanya diam tanpa menjawab satu patah katapun ... Dia hanya memandang ikan-ikan yang berenang didalam kolam.

"Mmm ... Elena apakah kau mau?" Tanya ku lagi.

"TIDAK!" Ucapnya lantang. Kalimat itu sontak membuatku terkejut bukan main. Aku hanya mendengus kesal.

"Jika bermain salju diluar? Apakah kau mau?" Tanya ku mengajak nya bermain salju. Ya karna sekarang sedang musim salju. Elena hanya diam mematung, mata nya berkaca-kaca. Sontak aku memeluk nya erat.

"Elena... maafkan aku yang terlalu memaksakan mu" lirih ku.

"Stev sebenarnya aku mau, aku sangat ingin sekali Ta ... tapi aku takut ... Aku takut" Lirih Elena.

"ya aku mengerti"

***

Author p.o.v

Masih tetap sama...
Stevan selalu saja bersih keras membujuk Elena untuk keluar rumah. Namun Elena masih tetap saja tak mau, dia masih keras dengan pendirian nya. Entah apa yang Elena pikirkan, yang dia tahu hanya... dia tak bisa keluar rumah. Keluar rumah hanya akan mengingatkan dia pada kejadian 12 tahun silam, kejadian tragis. Kini itu hanya menjadi momok yang paling menakut kan bagi Elena. Dunia luar dianggapnya hanya tempat orang-orang kejam berkeliaran.

Elena Gilbert p.o.v

"Kak apakah kau ingin pergi?" Tanya ku pada kakak ku yang sedang membereskan bajunya dan memasukkannya kekoper.

"Iya sayang, maaf kan kakak yang tak bisa menemani mu lagi.." Ucap Julio pada ku.

"Ta ..., tapi kau akan kembalikan?" Tanya ku. Air mata telah menumpuk di pelopak mata ku.

"Iya tentu sayang, aku akan pulang setahun sekali " Ucap Julio tersenyum, namun senyumannya luntur ketika melihat air mata yang telah membanjiri pipiku.

"Sayang ..., kau jangan menangis" Julio pun memelukku.

"Kak ji ..., jika kau tak ada, a ..., aku akan merasa kesepian dirumah" Ucapa ku sesegukan.

"Tenang, kan masih ada Stevan yang selalu ada buat kamu, lagian kakak pergi ke Paris mau bantuin papa. Perusahaan kita disana nyaris saja bangkrut sayang, dan papa butuh bantuan kakak, kakak harap kamu bisa mengerti" Aku hanya mengangguk mengerti. Kini hari-hari ku bakalan tanpa Julio. Dari kecil kita memang selalu dekat, Julio memang tak pernah pergi selama ini, dia selalu bersama ku dan menemani ku tanpa pernah protes sekali pun, dia memang kakak ku yang luar biasa. Tapi kini, hari-hari ku akan tanpa dirinya, aku sangat sedih.

***

Julio telah pergi. Aku tak ikut mengantarkan nya kebandara. Aku hanya termenung diam dirumah.
Namun aku berniat ingin keluar rumah. Aku tak ingin selalu terperangkap dalam ketakutan dan kecemasan yang masih aku rasakan sampai sekarang. Aku ingin merasakan bagaimana dunia luar yang kini semakin berkembang. Aku sudah begitu banyak melewati perkembangan diluar sana.

Aku melangkahkan kaki menuju pintu. Aku menarik nafas panjang sebelum membuka pintunya, aku pun memegang gagang pintu dan membukanya perlahan Hawa sejuk langsung menyeruap, jantung ku berdebar, telapak tangan ini dingin dengan seketika, nafas ku berhembus tak beraturan, dada ini terasa sesak. Tiba-tiba ada rasa yang aneh menghampiriku, rasa ketakutan itu. Itu membuat aku terhuyung jatuh kelantai.

***

Stevan Wesley p.o.v

Aku sedang menuju rumah Elena. Aku membawakan sesuatu untuknya, dan kurasa dia pasti senang dengan apa yang aku bawa. Ketika sampai diperkarangan rumah Elena, kulihat pintu rumah nya terbuka lebar. Tak biasanya Elena membiarkan pintu rumah nya terbuka seperti itu.

"Elena?" Panggil ku, dan aku pun kaget melihat seorang gadis tergeletak lemah didepan pintu rumah Elena, dan ternyata gadis itu Elena.

"Elena? Apa yang terjadi padamu? Kau kenapa?" Aku membopong tubuh Elena kedalam rumahnya. Aku cemas, aku tidak tahu apa yang sedang terjadi pada Elena. Elena hanya sendirian dirumahnya, Julio sudah pergi.

"Ma ..., Mama jangan pergi, mama harus menemaniku. Mama!!" Teriak Elena mengigau. Dan kemudian Elena bangun, nafas nya memburuh dengan cepat.

"kau kenapa? Aku mendapati kau terbaring didepan pintu, apakah ada seseorang yang melukaimu? Atau mengganggumu?" Tanyaku cemas. Pertanyaan demi pertanyaan pun aku tanyakan begitu saja.

"Tidak Stev, ini salahku, aku mencoba untuk keluar. Aku ingin menjadi seperti remaja biasa yang menikmati masa mudanya dengan pergi keluar bukan hanya berdiam diri dirumah, tapi ..., aku tidak bisa, rasa ketakutan itu selalu datang dan tadi aku pingsan. Aku teringat akan kejadian itu" Jelas Elena padaku, dia menangis. Aku sungguh tak tega padanya.

Aku memeluknya, aku tak ingin dia bersedih.

Author p.o.v

"Aku tau kamu bisa, tapi jangan mencoba apabila masih ada keraguan dalam dirimu, aku pasti akan terus berada di sampingmu percayalah"

"kau berjanji?" Tanya Elena.

"Iya, dan coba lihat apa aku bawa untuk mu?"

"Kucing? Ya Tuhan, dia lucu sekali. Kau memberikan ini untukku?" Elena tersenyum bahagia, dia sangat menyukai kucing. Bisa dibilang Elena adalah pecinta kucing.

"Ya aku memberikan ini untukmu, sebagai pengganti diriku kalau kau merasa sepi, aku mungkin akan mengunjungi setelah aku pulang sekolah, jadi kau tidak usah merasa kesepian sekarang" Jelas Stevan.

"Stevan.. terima kasih"

Elena begitu bersemangat dengan hadiah pemberian Stevan, sampai-sampai Elena memeluk Stevab dengan erat, Stevan seperti merasa tercekik dengan pelukan Elena yang begitu erat.

"El..El..Elena.. aku tidak bisa bernafas" Ucap Stevan dengan tarikan nafas yang tidak beraturan.

"Ahh.. sorry, aku terlalu bersemangat. Ini hadiah terbaik yang pernah kau berikan." Ucap Elena yang menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Lupakan, kita kekolam renang yuk, aku juga membawa puding kesukaanmu dan sekalian kita berpikir nama yang tepat untuk kucing ini" Ajak Stevan yang kemudian dibalas dengan anggukan kepala Elena.

***

Elena Gilbert p.o.v

Stevan Wesley. Ya dia lelaki yang sangat berjarga setelah papa, dan Julio, sungguh bangga aku bisa mengenalnya, teman yang begitu baik bahkan perhatian padaku. Aku tidak bisa berpikir bagaimana hari-hariku ini bila tanpa dirinya.

"Jadi setuju apabila nama kucing ini Jelly?" Ucap Stevan yang sedikit membuyarkan lamunanku.

"Hah? Jelly? Bukankah itu nama makanan? Hahahaha. Kau lucu Mr.Wesley"

"Aku bukan pelawak, Jelly itu kan nama makanan kesukaan mu, jadi kurasa, bagus saja jika nama kucing lucu itu Jelly, hahaha apakah kau setuju? "

"Ya baik lah, aku setuju dengan nama itu" Aku memberikan applause pada Stevan, anak ini benar-benar membuat ku bahagia disetiap apa saja yang ia lakukan.

"Kau berlebihan.."

Suasana pun menjadi tenang, aku hanya sibuk mengelus-ngelus bulu si kucing Jelly, sedangkan Stevan memakan puding nya sambil melamun.

Voment ya kalo mau lanjut ^^

The Mistery Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang