Chapter 3

1.9K 112 1
                                    


VOTE SEBELUM BACA !

****

            “Ap-apa?” Zayn tergagap, “karena jika itu lelucon, itu adalah lelucon lucu,” lanjutnya berdiri dari sofanya. Aku mendongakan kepalaku setelah terjadi keheningan bermenit-menit. Seakan-akan keheningan itu menunggu respon Zayn. Aku menggelengkan kepalaku. Justin hanya tersenyum kecut padaku dan Zayn. Ada apa dengannya?

            “Dia hamil, Zayn,” ujar Justin menekan tiap suku kata yang ia keluarkan.

            “Apa benar itu, Deep?” tanya Zayn padaku. Aku memberanikan diri untuk menatap matanya. Benar saja! Matanya penuh dengan api dan amarah yang melimpah. Pipinya memerah, benar-benar marah. Dan apa masalahnya Zayn denganku? Apa itu adalah urusannya jika aku hamil? Oh, man! Apa ini sedang terjadi? Karena aku harap aku ingin mati sekarang. Aku berdiri dari sofa dan berusaha untuk menyentuh Zayn.

            “Jangan menyentuhku jika kau benar-benar hamil, Deep!” bentaknya menghindar dariku. Air mataku membendung sekarang. Tidak sakit, tapi sakit. Kuharap kau tahu maksudku. Zayn menganggukan kepalanya seolah-olah ia tahu apa yang sekarang terjadi.

            “Dia hamil sejak 1 minggu yang lalu. Kurasa. Kenapa Zayn?” tanya Justin terdengar sinis? Apa maksudnya sih? Justin sekarang sedang mencari musuh. Aku juga sekarang tidak tahu apa yang sedang terjadi pada diriku!

            “Apa yang kau lakukan padanya, kau bangsat?!” Zayn mendorong tubuh Justin ke belakang. Membuat susu yang Justin pegang itu tertumpah pada tangannya. Dia meringis pelan. Dengan cepat aku mendorong tubuh Zayn untuk menjauh dari Justin. Air mataku turun begitu saja, tanpa harapan.

            “Zayn, apa kau berpikir apa yang sedang kaulakukan? Dia sahabatmu!”

            “Apa yang kulakukan? Aku ingin membunuhnya! Dia menghamilimu, Deep!” dia balik membentakku. Lalu apa hubungannya dia dengan ini? Mungkin perasaannya memang kecewa. Tapia pa hubungannya? Dia hanya sahabatku dan dia tidak berhak mengikut campuri masalahku dan Justin! Aku marah dengan mereka berdua, termasuk pada diriku sendiri.

            “Kenapa? Kenapa kau begitu marah, Zayn?” tanyaku getir. Zayn memegang kedua bahuku dengan lembut. Seakan-akan ia tidak dapat berlaku kasar padaku. Mulutnya kaku begitu saja. Rahangnya menegang dan wajahnya semakin memerah. Justin dari belakang mencoba untuk melepaskan tangan Zayn yang berada pada bahuku.

            “Jangan sentuh dia!” bentak Zayn memerintah. Aku tidak bisa melihat reaksi Justin sekarang, tapi aku yakin dia berjaga jarak dariku. “Lucu.” Justin menggumam pelan hingga terdengar sampai pada telingaku.

            “Karena aku peduli denganmu, Deep,” ucap Zayn dengan suara yang lembut. Namun ia menyampai sesuatu yang tak kuketahui. Aku ingin menggalinya lebih dalam lagi, tapi bukan sekarang. Dia menyiratkan sesuatu, aku yakin. Dan alasannya sangat tidak masuk akal. Semua orang peduli denganku! Aku tahu itu. Apa dia akan memberitahu padaku lebih spesifik lagi? Aku tidak tahu.

            “Dia mencintaimu, Deep. Sudah Zayn, kau tidak memilikinya. Dia mil—“

            “Diam, kau berengsek!” Zayn meneriaki Justin. Kudengar dari belakang Justin melangkahkan kakinya padaku dan melepaskan satu persatu jari Zayn yang menyentuh bahuku. Dengan cepat Zayn menyingkirkan aku dari hadapannya dengan tindakan yang lembut. Dan memajukan tubuhnya agar ia dekat dengan Justin. Begitu juga dengan Justin yang mendekatinya, tanpa segelas susu di tangannya.

            “Dia milikku, Zayn,” ucap Justin yang masih bisa membuatku memerah sekarang. Sial, kau Justin! Aku menggelengkan kepalaku dan berpikir, ini tidak benar.

DEEP || Herren JerkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang