Chapter 6 (END)

2K 106 13
                                    

VOTE SEBELUM BACA!!

***

            “Justin,” aku memanggilnya di antara keheningan. “Kupikir, aku adalah alasan mengapa kau berubah, tapi mengapa pada akhirnya kau bilang kau berubah karena Jazzy?” gumamku melanjutkan, bertanya. Kepalaku berada di atas dada Justin, mataku menatap ke arah tanaman-tanaman yang indah di taman belakang, dan tangan Justin mengelus rambutku dengan lembut. Kudengar ia menarik napasnya.

            “Maaf, aku harus berbohong padamu,”

            “Mengapa?” tanyaku dengan cepat. Ia berbohong padaku. Dan kau tahu apa? Aku benci pembohong. Well, walau aku baru tahu Justin berbohong. Biasanya ia tidak membohongiku.

            “Karena aku tidak ingin kau khawatir dengan keadaan adikku. Aku tidak ingin membuatmu frustrasi karena masalah itu,” ia memberikan alasan yang cukup masuk akal. Meski pada akhirnya aku mengetahuinya dan aku tidak frustrasi. Mungkin aku hanya prihatin dan peduli pada adiknya. Ia memainkan rambutku yang panjang. Keheningan melingkupi kami lagi. Jazzy sudah berada di rumah kami sejak kemarin. Aku sudah tidak memakai ponselku yang layarnya sudah retak itu dan menggantinya dengan ponsel yang baru. Justin memintaku mengganti ponsel dan kartuku agar Zayn tidak menghubungiku, aku hanya dapat menyetujuinya.

            “Apa kau benar-benar mencintaiku, Justin?” kembali aku bertanya.

            “Ada apa, Deep? Kau meragukanku?” tanyan tampak tidak menyukai pertanyaanku. Aku mengangkat kedua bahuku dan memainkan jariku pada besi yang bercat putih di bawah jariku. Kami sedang terduduk di atas kursi besi putih, tempat kesukaan Justin. Tapi itu dulu, ia sudah tidak menyukainya lagi karena ia tidak memiliki waktu. Waktunya habis hanya untuk bekerja, jadi ia tidak bisa merasakan matahari sore yang ia sukai.

            “Ya. Ya, aku mencintaimu,” ia berkata dengan penuh ketegasan, menekan setiap kata-kata yang keluar dari mulutnya. Aku tidak ingin melanjutkan pembicaraan ini. Ini sudah jauh dan aku tidak ingi melanjutkannya. Dan aku tahu, Justin merasa tidak nyaman dengan pertanyaan-pertanyaanku.

            Aku hanya bertanya. Dan aku telah memiliki jawabannya. Herannya adalah mengapa Justin mencintaiku? Dengan alasan apa? Aku benar-benar ingin tahu. Tapi aku yakin ia mencintaiku dari hatinya yang paling dalam. Tangan Justin menjulur pada perutku dan mengelusnya.

            “Aku tak sabar untuk melihat Bieber Junior-ku.” Bisiknya di telingaku. Pipiku memerah begitu saja.

****

            Hari demi hari kulewati bersama Justin. Dengan cinta yang kami salurkan dengan cara saling memahami, menghormati, dan saling percaya. Semakin hari ia semakin melindungiku. Tidak ada kabar dari Zayn. Caitlin tampak lebih baik dari bulan-bulan yang lalu. Dan semakin lama butiknya sering dikunjungi. Aku sangat bahagia melihat Caitlin semakin berhasil. Dan Avan, aku juga senang ia telah mendapatkan gadis yang ia inginkan. Astaga, gadis yang ia sukai berumur 18 tahun. Apa dia sudah gila? Umur Avan 26 tahun. Namun hebatnya adalah gadis itu menerima Avan, entah bagaimana mereka bisa bertemu. Aku tidak peduli dan yang terpenting adalah aku bahagia jika melihat bahagia.

            Ini adalah hari terakhir di mana aku menginjak bulan kehamilanku yang ke-8, jadi besok adalah bulanku yang ke-9. Memang waktu terus berjalan dengan cepat. Perutku semakin berat. Justin semakin senang saat dokter memberitahu kami kalau anak kami diprediksikan adalah anak laki-laki. Dia sangat senang. Bahkan aku tidak pernah melihat wajahnya yang begitu bahagia hari itu. Setiap 2 kali satu minggu, aku dan Justin akan pergi ke senam ibu hamil. Sangat menyenangkan bila Justin yang akan mendampingiku. Cuma, akhir-akhir ini ia tidak dapat melakukannya denganku lagi. Jadi, Jazzy yang menemaniku ke senam ibu hamil.

DEEP || Herren JerkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang