Chapter 5

1.4K 96 2
                                    


VOTE SEBELUM BACA !!!

***

"Bayi kalian sehat sekali. Saya tidak mengira akan sesehat ini," ucap dokter lelaki yang berada di depanku dan Justin. Ini adalah bulan ke lima kehamilanku. Dan serius, perutku semakin membesar. Senyum Justin mengembang dengan manisnya. Justin tampak bahagia dengan perkataan-perkataan yang selalu keluar dari mulut dokter. Maksudku, tentu saja. Dokter ini tidak pernah melihat suatu gejala pada bayiku. Yang artinya bayiku selalu sehat dan Justin sebagai calon ayahnya, bahagia.

"Dan, bagaimana dengan berat badan istriku?" tanya Justin yang tidak mengejutkanku. Ia memang selalu seperti itu pada orang-orang di sekitar. Kami belum menikah namun ia selalu memanggilku sebagai istrinya. Memang, ia telah bertunangan denganku tanpa memberitahu orangtuanya dan orangtuaku. Jadi, kami lebih terlihat seperti suami-istri.

"Oh, dia baik-baik saja. Bahkan ia tidak seperti kebanyakan ibu-ibu hamil pada umumnya. Berat badannya tidak melonjak naik. Dia sangat pintar menjaga tubuhnya," goda dokter padaku. Aku hanya tersenyum malu-malu pada dokter. Justin melirikku dan senyumnya surut begitu. Ada apa? Oh, sial! Justin akan memarahiku sesudah ini. Meski aku tidak yakin di mana letak kesalahanku.

"Kalau begitu, kami permisi. Terima kasih, dokter," ujar Justin berdiri dari tempat duduknya dan menjabat tangan dokter kandunganku. Tangan Justin menarik tanganku untuk berdiri dengan pelan. Ia membantuku berjalan keluar dari ruangan ini. Sial! Kenapa Justin sekarang terlihat seperti berjalan dengan anak berumur 3 tahun yang baru bisa berjalan?

"Jangan pernah berpikir aku akan bersikap manis karena tadi," bisiknya tepat di telingaku. Mataku membulat begitu saja. Dan pikiranku melayang ke mana-mana. Apa yang akan ia lakukan padaku? Memarahiku setelah sampai di rumah? Membiarkanku tidur sendirian di kamar? Atau ia tidak memanjakanku? Oh, jangan sampai itu terjadi.

Kami sudah keluar dari rumah dokter kandungan khususku. Justin mengeluarkan kunci mobilnya dan membuka pintu mobil lalu dengan pelan ia membawaku masuk ke dalam mobil. Oh, sungguh, aku tidak menginginkan pertengkaran sekarang. Padahal baru tadi aku mendapatkan kabar gembira. Mengapa ia bisa sekali merusak perasaanku dalam hitungan menit? Itu sungguh rumit.

Ah yeah, aku hampir lupa dengan kalian. Sudah lama beberapa lama ini Justin bekerja menjadi manajer di supermarketnya. Pangkatnya dinaikan. Aku bahagia dengan itu. Orangtuanya masih belum mengetahui kehamilanku. Hebat, bukan? Tentu saja. Mereka masih sibuk dengan pekerjaan mereka. Soal Caitlin dan Zayn. Mereka menjaga jarak denganku dan Justin. Mungkin memang kami berbicara, tapi kami sudah tidak mengadakan ritual-ritual yang biasa kami lakukan. Tidak ada yang namanya bermain atau menginap di rumah sahabat. Caitlin tampak begitu depresi setelah kejadian beberapa bulan itu. Dan Zayn, dia memang masih berbicara denganku dan dekat denganku. Namun dengan Justin? Aku tidak tahu. Mereka tidak berbicara.

"Apa yang kaupikirkan?" tanya Justin saat ia sudah menjalankan mobil ini. Membaur dengan mobil-mobil yang berada di jalan. Aku menoleh ke arahnya. Rahang bawahnya menegang, menahan kemarahan. Kenapa dia?

"Caitlin dan Zayn,"

"Jangan pernah memikirkan mereka lagi. Kau tahu mengapa aku seperti ini padamu, Mrs. Bieber?" tanya Justin yang membuatku sedikit terkejut dengan perkataannya. Mrs. Bieber? Oh, baiklah. Itu juga tidak apa-apa. Aku menelan ludahku dan mencari kata-kata yang pas untuk kukatakan. Tapi tidak ada.

"Tidak," jawabku dengan suara yang kecil.

"Sudah kuduga," ia berkata dengan dingin, "apa tadi kau baru saja tersenyum malu-malu di depan Dr. Hall? Kau tahu, aku sangat tidak menyukai kegenitanmu terhadap lelaki lain selain padaku," tambahnya.

DEEP || Herren JerkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang