prologue

368 24 3
                                    

"Gue mau pulang." Ucap Jessica

"Yaudah, pulang aja,"

"Ya, anterin lah."

"Lo yang dateng sendiri, kenapa gue yang harus nganterin?" Tanya Harry santai.

"Gue kesini juga karena nyelamatin cewek yang hampir bunuh diri gara-gara penolakan lo." Jessica mendengus kesal. Cowok itu bisa-bisa nya bersikap biasa saja.

"Gue gak minta lo buat nolong Andin kan? Berarti itu kemauan lo sendiri."

"Sialan! Anterin gue pulang atau gu--"

"Atau lo apa?" Jessica berjalan mundur ketika Harry mulai berjalan pelan mendekatinya.

"Jangan deket-deket, menjauh! Kalo gak gue bakal teriak," Harry tidak mengindahkan ancaman Jessica. Dia malah terus berjalan mendekat sambil tersenyum miring. Membuat sedikit lubang di pipinya tercipta.

Jessica berdoa dalam hatinya, tetapi setan didepannya ini belum juga pergi. Bukan pergi, Harry malah semakin mengembangkan senyumnya saat melihat wajah panik Jessica.

Wajah panik Jessica sudah menjadi favorite Harry entah sejak kapan. Ya, Harry memang telah menyukai gadis itu sejak pertama gadis itu resmi menjadi murid di tempat Harry sekolah.

"Teriak aja, sayang. Tapi jangan kenceng-kenceng ya. Takut mayat disini bangun semua." Jessica melotot mendengar ucapan Harry. Sialan, kakak kelas yang satu ini berhasil menggodanya lagi.

Setelah puas menggoda gadisnya, Harry langsung berjalan menjauhi Jessica yang masih kesal dengan sikapnya.

"Kenapa diam aja disitu? Gak jadi mibta di anterin?" Ucapan Harry membuat Jessica mendengus sekali lagi. Setelah membuatnya panik sekarang dia dengan entengnya mengajak pulang bareng?

'Dia pikir gue cewek apaan?' Batin Jessica kesal.

"Gue bisa pulang sendiri." Setelah mengucapkan hal itu Jessica lalu berjalan mendahului Harry yang langsung tertawa kencang.

"Yaudah, hati-hati ya sayang. Udah malam, kamu tau kan disini lumayan angker." Ujar Harry.

Telak. Jessica menghela nafas kasar dan membalikkan tubuhnya menghadap Harry. Memasang muka memohon agar Harry bersedia mengantarnya kerumah. Jessica memang paling parno dengan segala hal yang berbau mistis dan Harry tau itu.

Harru tersenyum saat mengetahuinya dirinya menang lagi. Harry tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya saat melihat gadisnya dengan muka memohon begini.

"Kenapa, Jes? Ada yang ketinggalan?" Harry berpura-pura tidak mengetahui maksud dari Jessica.

"Gak usah pura-pura bego deh,"

"Siapa yang pura-pura bego? Gue kan nanya Jessica sayang,"

"Anterin gue pulang,"

"Tadi katanya bisa pulang sendiri?" Entah Harry senang sekali mengganggu gadis ini. Menurutnya semua efek atas kejailannya membuat dia semakin menyukai gadis ini.

"LO TUH YAAA!!!" Jessica menarik nafas dalam-dalam. Mencoba meredam kembali emosi yang memuncak berkat cowok dihadapannya. "Please, anterin gue pulang. Udah malam, gue belum ngerjain tugas buat besok."

Jessica akhirnya menyerah. Kalau saja bukan karena ini sudah malam, Jessica akan terus meladeni cowok ini, kalau saja cowok ini tidak menakut-nakutinya sudah pasti Jessica sudah pulang dari tadi.

"Oke, permintaan diterima." Harry tersenyum penuh kemenangan dan langsung menggandeng tangan Jessica menuju parkiran.

*****

Jessica langsung turun dan langsung masuk ketika tangan seseorang menarik tangannya yang membuatnya menjadi sangat dekat dengan wajah Harry. Jantungnya berdebar sangat kencang, kupu-kupu mulai berterbangan tanpa arah didalam perut Jessica. Sialan! Mengapa dengan wajah sedekat ini bisa membuat jantung Jessica seperti ingin copot.

Jessica mendorong dada Harry pelan. Bukannya melepas Harry malah mempererat pelukannya pada tubuh Jessica.

"Ucapan makasihnya mana, sayang?" Tanya Harry. Hidungnya dengan hidung Jessica sudah bersentuhan. Membuat getaran pada tubuh Jessica semakin menjadi-jadi.

'Gawat kalau Harry tau gue gemeter.' Batin Jessica mengingatkan.

"Makasih, lepasin gue sekarang," perintah Jessica, yang malah dihadiahi ciuman di keningnya dari Harry.

"Sama-sama, sayang. Gue pulang dulu ya. Sampai ketemu besok." Harry memstarter motornya lalu menjauh dari pekarangan rumah Jessica.

Jessica memegangi kening dan dadanya secara bersamaan. Ciuman dikeningnya yang di terima dari Harry membuatnya mengembangkan senyum tanpa dia sadari.

*****

Feelings [h.s] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang