"Kasih lili putih saja ya. Saya suka lili putih. Jangan. Jangan mawar. Soalnya dia nggak begitu suka mawar. Tambahkan bunga matahari dan daisy. Ya... oke. Makasih banyak loh." Kertabhumi Girinderawardana memutus sambungan telepon. Ia melemparkan tatapan ke samping kanannya di mana seorang gadis tengah menekuri sebuah majalah fashion sambil menggoyang-goyangkan kaki jenjangnya yang disilangkan hingga menampakkan pahanya yang mulus di balik dress span merahnya. "Sayang, kamu mau mampir ke mana?"
"Nggak usah."
"Oke. Langsung ke ballroom aja ya." Bhumi mengetuk kaca limosinnya dan membuka jendela kecil yang memisahkan jok sopir dengan jok penumpang. "Pak, langsung ke ballroom keluarga besar."
"Baik, Den."
Limosin panjang mengkilat tersebut melaju di antara jalanan kota metropolitan yang ramai dan sedikit padat. Berulang kali Bhumi mengumpat tak sabar terjebak di antara kemacetan panjang. Berulang kali pula ia memindah matanya antara jam Daniel Wellington di pergelangan tangan kirinya dengan pemandangan kendaraan di sisi kirinya. Mobilnya berjalan lambat, seperti sebuah antrean panjang di bioskop. Ia mendengus pendek.
"Bisa telat nih," gerutunya. Ditatapnya gadis di sampingnya. "Is it okay to you to meet my big family in that party?"
"Sure."
"Ya udah. Aku cuma nggak mau kamu bosen di sana." Lelaki itu mengusap telapak tangan gadis berambut panjang menggelombang yang dibiarkan tergerai indah bagaikan ombak di pantai.
"I will not." Tak membalas tatapan pria di sebelahnya, si gadis meneruskan kesibukannya. Jemarinya yang lentik dengan kuku yang dipoles kuteks merah menyibak halaman-halaman majalah di tangannya.
Sejam kemudian barulah mobil mewah tersebut berhenti di sebuah gedung berarsitektur Yunani lengkap dengan patung dewa-dewinya. Pintu limosin dibuka seorang pria berseragam hitam, mengenakan tutup kepala pet, dan bersarung tangan putih. Yang pertama muncul dari dalam limosin adalah sepatu hak tinggi bertali sepanjang betis diikuti tubuh pemiliknya yang ramping di balik gaun span merahnya. Tangannya yang semula digenggam pria berjas resmi bak seorang tentara berpindah dalam genggaman Bhumi.
"Ah, Sayang. Kamu duluan. Ada yang ketinggalan di dalam limo."
Gadis tersebut tak menjawab. Ia melenggang anggun dikawal oleh pria berseragam hitam yang menyambutnya tadi, sedangkan yang lain menunggu Bhumi untuk mengawalnya. Pintu berwarna gading putih dengan ukiran-ukiran rumit dibuka dari dalam oleh dua pria berjas yang menunduk hormat mempersilakannya masuk. Gadis itu melanjutkan langkah tanpa memberikan senyum ramah sedikit pun. Ia berhenti begitu sudah dekat dengan meja dan kursi yang dihias kain berwarna merah marun yang telah memenuhi ballroom. Di balik bulu matanya yang lentik berkat polesan maskara dan garis eyeliner yang mempertajam matanya, ia mengedarkan pandangan ke seantero tempat. Melihat cukup banyak orang-orang berseragam yang menjaga di beberapa sudut. Melihat orang-orang dalam balutan jas dan kebaya atau gaun resmi yang saling menyapa dan berbincang. Melihat seorang wanita bersanggul menunjuk dan melambai ke arahnya.
"Itu mereka sudah datang." Wanita bersanggul tersebut melambai. "Ayo sini."
Bibir si gadis yang dipulas dengan gincu merah mengembangkan senyum simpul. Bahunya ditepuk lembut oleh Bhumi yang sudah hadir di sampingnya.
"Come on, Babe."
Keduanya melangkah mendekati keluarga besar mereka yang sudah berkumpul. Wanita bersanggul tadi mencium kedua pipi Bhumi, putranya, lantas mencium kedua pipi gadis yang digandengnya.
"Bhumi udah gede ya. Ganteng banget," seorang wanita berdecak takjub menelisik penampilan Bhumi dari ujung kepala sampai ujung kaki. Ia beralih mengamati gadis di sampingnya. "Ini siapa?"
"Lah ini, jeng!" Si wanita bersanggul memperkenalkan si gadis. "Tunangan anak saya." Ia memandang gadis tersebut dan memberi kode untuk memperkenalkan diri.
Si gadis mengumbar senyum manis madunya. "Fora. Anafora Maesenas."
*
Dan setelah berpikir, akhirnya diputuskan bahwa Folder 3 nanti subjudulnya adalah: Elegi, Bidak Catur, dan Mantra. Yang pasti, ada filosofi pemilihan judul itu. Seperti judul di folder pertama dan kedua yang sudah kalian pahami kan maksudnya :3
Sabar menanti ya wakakakak
Buat bikin kalian ketar-ketir, bakal saya posting bocoran-bocorannya sampai saya kelar sidang :P :P
Yang pasti, bocorannya bakal ambil dari sudut pandang ke tiga, tapi pas udah masuk cerita bakal ganti sudut pandang ke tokoh utama
Dan oh! Saya sudah berkali-kali kasih kabar kalau (akhirnya) "Klandestin" dilirik penerbit!!! Horrraaayyyy!!! Biar nanti eksis di Gramedia lebih lama (yang otomatis dua buku lainnya juga bakal ikutan diterbitikan), bantu promosi yuk ^^ Kalau menurut kalian cerita ini emang layak dikonsumsi, promosikan ya! Biar nggak kalah sama yang stempelan jutaan tapi 'tak bernyawa' :')
Buku ke 2 dan ke 3 bakal ada di pasaran kalau peminat buku pertama banyak ):
tapi sekali lagi, itu tergantung kalian. kalau kalian mikir cerita ini "pantas" bersanding di samping cerita-cerita berlabel jutaan, silakan ikut sebarkan dan 'perkenalkan' jenis karya yang inkonvensional dan esoterik macam ini buakakakakakak
MARI PENGARUHI PEMBACA INDONESIA BIAR IKUTAN "JANCUK" KAYAK SAYA DAN KALIAN!!!
PS: kata penerbitnya saya boleh nulis folder ke tiga. jadi, jangan khawatir. Klandestin kemungkinan diposting sampai selesai

KAMU SEDANG MEMBACA
KLANDESTIN (Trilogi) (SLOW UPDATE)
AcciónRoman yang ditulis dengan latar dunia hitam pebisnis dan politik yang dilakukan secara diam-diam dan rahasia. Terdiri dari: FOLDER 1 (DANDELION, MATA MALAIKAT, DAN RAHASIA) = SUDAH TERBIT CUK, CEPET DICARI, UDAH LAMA TERBITNYA LOOOH FOLDER 2 (KERUB...