Chapter 18

195 7 2
                                    

"Ness? Lo mau kemana??"

Fanessa hanya tersenyum.

'Ini aneh' batin Adrian.
'Apa maksud semua ini? Terus kenapa gue sama Fanessa bisa ada di sini? Tempat apa sih ini sebenarnya?' Beribu pertanyaan memenuhi pikiran remaja itu. Belum sempat ia menemukan jawaban atas pertanyaannya itu,dilihatnya Fanessa berbalik badan dan berjalan menjauhi Adrian.

"Ness! Ness, tunggu! Lo mau kemana?!"

Karena Fanessa semakin menjauh, ia memutuskan untuk mengejarnya. Namun...

"Loh, loh?? Ini kenapa?? Kaki gue kok gak bisa digerakin? Ness! Tunggu, tunggu!"

Fanessa seakan tak mendengar teriakan Adrian dan terus berjalan semakin menjauh.

"Ayolah pliss..." ucapnya sambil mencoba menggerakan kakinya.

"FANESSA!! TUNGGU!!! LO MAU KEMANA??!!"

Dilihatnya Fanessa berjalan menuju sebuah gerbang putih yang terbuka lebar. Adrian semakin panik dibuatnya. Sementara kedua kakinya tak bisa ia gerakan.

"FANESSAAAA!!!!!"

Adrian segera terbangun dari tidurnya. Mukanya pucat dan berkeringat. Mimpi itu benar-benar menguras tenaganya.

Ia mencoba menenangkan diri. Dan memilih untuk pergi ke kamar mandi. Saat melewati kamar dia sendiri, betapa terkejutnya Adrian, melihat tubuh Fanessa yang sudah terkapar di atas lantai. Fanessa tengah menahan rasa sakit yang tiba-tiba menyerangnya.

"Fanessa, lo kenapa??" Tanya Adrian panik.

"Ss..sakit..." Rintih Fanessa.

Saking paniknya, Adrian bingung harus melakukan apa. Ia mencoba mencari sesuatu yang bisa ia gunakan. Dan.. hp! Ya itulah yang ia butuhkan.

Segera Adrian nengambil hpnya,dan menghubungi Bang Tasdieq.

"Ayolah.. cepat angkat..." Ucapnya khawatir.

"Hallo?"

"Hallo bang!"

"Ini siapa ya??"

"Ini.. ini Adrian bang!"

"Oh.. ya Dri ada apaan sih?? Kok kedengerannya kamu lagi panik gitu??"

"Fanessa bang!"

"Hah?! Fanessa kenapa??"

"Ahh! Pokonya abang cepet ke sini!"

"Ok, ok, gue kesana sekarang!"

Tak perlu menunggu berpuluh-puluh menit, Bang Tasdieq segera tiba dirumah Rio. Dengan berlari, bang Tasdieq menaiki anak tangga menuju kamar Adrian. Ditemukannya Adrian dan adik satu-satunya, Fanessa tengah terbaring lemah diatas kasur dan Adrian dipinggir ranjang menatap khawatir Fanessa.

"Gimana keadaan dia??"

"Tadi dia bilang kesakitan, habis itu hidungnya mimisan, dia bilang kepalanya sangat sakit, perutnya juga serasa mual. Tapi sekarang dia udah baikan, sepertinya dia masih menahan sakit,"

"Ya udah kalau gitu, lo bantu gue bawa adik gue ke mobil. Cepet!"

Dengan sigap Adrian langsung membopong Fanessa, memasukannya ke dalam mobil.

Setelah itu, mobil melesat meninggalkan pekarangan rumah Rio menuju rumah sakit.

*************

Ruang UGD dalam keadaan panik. Dengan para dokter dan suster yang berusaha menyelamatkan Fanessa. Begitupun diluar ruang UGD. Bang Tasdieq terlihat panik. Beberapa kali mencoba menghubungi kedua orang tuanya. Sementara Adrian, ia hanya diam. Menatap kosong kedepan. Ya,dia hanya diam, tapi dalam hatinya, ia begitu terkejut. Semua yang terjadi belum bisa ia mengerti. Rasanya terlalu cepat.

Special MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang