Chapter 7

204 6 0
                                    

Bang Tasdieq POV

Sejak kejadian sore itu, Fanessa terlihat murung. Bagaimana tidak? Ia harus menerima kenyataan bahwa umurnya tak akan lama lagi.

Jujur, gue juga sangat kaget ketika mendengarnya. Sudah cukup waktu dulu, gue hampir kehilangan dia, karena kelalaian gue. Dan sekarang, gue juga harus siap dengan kemungkinan terburuk nantinya.

Malam ini, gue lagi asik main laptop buat ngilangin stres. Bunda sama ayah lagi pergi ke luar kota. Jadi di rumah, hanya ada gue dan Fanessa.

PRANGG...!!!
Suara pecahan kaca dan suara gemercik air terdengar dari arah kamar mandi. Pikiran gue langsung tertuju pada Fanessa. Segera gue lari ke kamar mandi. Sial! Pintunya dikunci. Dan gue denger dari dalem, suara Fanessa menjerit-jerit.

"AAAA.....!!!! GUE BENCI TUHAN!! KENAPA GUE HARUS MENDERITA SAKIT KAYAK GINI??!!! TUHAN EMANG GAK ADIL!!! AAAA!!!!"

Fanessa lo mau ngapain lagi??
Gue mencoba buat ngedobrak pintu kamar mandi. Tapi sialnya pintu itu gak kebuka. Gue makin khawatir karena terdengar lagi pecahan kaca.

"FANESSA!!! BUKA PINTUNYA NESS!!! KAMU HARUS TENANG NESS!!! FANESSA!!!!" Gue teriak sekeras mungkin agar Fanessa bisa denger suara gue.

Gue nyoba buat ngedobrak pintu lagi. Akhirnya, pintu bisa kebuka. Gue kaget liat keadaan Fanessa. Dia duduk di lantai kamar mandi, dengan luka di beberapa bagian tangannya. Dan air shower yang dibiarkan mengalir, membuat tubuh Fanessa basah kuyup.

Gue langsung lari dan memeluk tubuh dingin Fanessa.

"Lepasin aku bang!!" Serunya sambil menangis dan meronta berusaha melepaskan pelukan gue. Gue lebih mengeratkan pelukan gue.

"Tenang Fanessa! Kamu harus bisa tenang! Abang yakin kamu pasti bisa sembuh!!" Gue berusaha buat nenangin Fanessa.

"Sembuh?! Mana bisa penyakit kayak gini tuh sembuh bang?! Malah banyak yang mati gara-gara penyakit ini!!"

"Ness! Kamu jangan putus asa kayak gitu! Gak ada yang gak mungkin buat Tuhan!!"

"Daripada sisa hidup aku harus aku jalani dengan rasa sakit ini! Mending aku mati sekarang aja bang!! Aku gak mau menderita terlalu lama!! Lepasin aku bang! LEPASINN!!!"

"FANESSA!! Dengerin abang!! Kamu gak boleh kayak gini terus Nes! Mana Fanesaa yang abang kenal dulu?! Yang selalu gak mau kalah sama abang?! Yang gak gampang nyerah?! Yang gak gampang putus asa?! Mana Nes?! Mana?!"

"Aku emang udah berubah bang!! Aku emang bukan Fanessa yang kuat lagi sekarang!! Jadi, biarin aku mati sekarang bang!!!"

"Ok! Ok Kalau kamu mau mati sekarang! Tapi kamu mikir gak?! Gimana perasaan orang-orang yang kamu tinggalin?! Gimana perasaan ayah? Bunda? Karin?? Kamu mikir gak Nes?! Dan abang juga gak mau kehilangan kamu secepat ini!"

Gue rasa gerakan Fanessa melemah. Dan sekarang dia membalas pelukan gue. Dia menangis dalam pelukan gue.

"Tenang Ness. Semuanya gak akan seburuk yang kamu bayangin. Selama kamu gak nyerah akan hidup ini. Dan kita, orang-orang yang sayang sama kamu, bakal selalu ada, buat suport kamu Ness,"

Fanessa mengeratkan pelukannya.
"Aku harus gimana bang?..." Ucapnya ditengah-tengah isak tangisnya.

"Sekarang, kamu ganti baju dulu ya, tenangin diri kamu,"

Gue menuntun tubuh lemas Fanessa menuju kamarnya. Sampai dikamarnya, gue ambil handuk yang ngegantung di gantungan kamarnya.

"Nih, sekarang kamu keringin dulu badan kamu, terus ganti baju. Abang bikinin teh manis ya,"

Ia hanya mengangguk lemas. Gue berjalan keluar kamarnya. Dan gue bergegas menuju dapur untuk membuat teh manis.

Gue buka pintunya perlahan-lahan.
"Dek, ini teh manisnya kamu habisin ya," Gue berusaha buat selembut mungkin. Fanessa tak memberikan respon apapun. Ia menatap gue dengan tatapan kosong.

Keluar dari kamar Fanessa, gue langsung masuk kamar dan merebahkan badan gue di atas kasur. Stres. Gue udah stres dengan masalah ini. Gue sebenernya pengen banget nyembuhin penyakitnya Fanessa. Atau setidaknya, gue pengen buat dia bahagia selama sisa hidupnya.

Gue jadi kepikiran buat ngajak dia jalan-jalan besok. Mungkin aja itu bisa buat dia senyum lagi.

Alrm berbunyi nyaring tepat disebelah telinga gue. Hadeuh.... siapa sih yang nyetel alrm gede banget?! Saat gue liat layar hp, gue baru inget hari ini gue mau ngajakin Fanessa jalan-jalan. Mumpung ini hari minggu.

Selesai gue rapiin badan, gue langsung ke kamar Fanessa. Gue lihat Fanessa duduk di ranjangnya sambil membaca novel.

"Ness, kita jalan-jalan yuk! Mumpung lagi hari minggu,"

Fanessa menggelang tanpa mengatakan apapun.

"Ayolah Ness, pliss ya ya ya..."

Ia tetap menggelang tanda tak setuju.

"Nanti pulangnya kita beli novel deh," Gue tahu dia gak akan bisa nolak kalau masalah novel.

Dia menatap gue sebentar lalu mengangguk tanpa senyum.

"Kalau gitu cepetan mandinya ya,"
Gue berjalan keluar kamarnya.

20 menit akhirnya Fanessa keluar dari kamarnya.
"Yuk berangkat!" Gue menarik tangannya perlahan dan segera memasuki mobil yang sudah gue siapkan dari tadi.

Hening. Selama perjalanan tak ada yang memulai pembicaraan.

"Mau sarapan apa dek?"

Ia tak merespon.
"Mau nasi goreng aja?"
Ia hanya mengangguk.
Gue melajukan mobil ke arah dimana tukang nasi goreng itu berada(?)

Sampai disana, gue dan Fanessa turun dari mobil. Kami memesan nasi goreng spesial.

Singkat cerita, gue ngajak Fanessa buat main ke timezon. Gue ajak dia main sana-sini. Dan alhasil, dia gak ketawa atau pun senyum.

Tapi bukan Tasdieq namanya kalau gak bisa bikin Fanessa ketawa. Tapi karena cape, gue milih istirahat dulu di sebuah cafe.

"Silakan mas, mau pesan apa?"

"Saya pesen kopi aja satu. Kamu mau apa dek?"

"Jus strawbery." Jawabnya datar.

"Jus strawberynya satu mbak,"

"Baik, tunggu sebentar ya mas,"
Pelayan itu pun berlalu.

Lima menit kemudian, pesanan datang. Sambil minum kopi, gue menatap tajam wajah Fanessa yang sedang memandang keluar jendela. Kira-kira apa ya, yang bisa bikin dia ketawa? Dan...

"Auwww... panas banget,"

"Hahahaha..."

Siapa tu yang berani ngetawain gue?? Gue menatap sekeliling. Dan... Fanessa? Dia ketawa? Dia beneran ketawa?? Yey! Gue berhasil bikin dia ketawa.

"Apaan sih dek, abang nya lagi kesakitan gini, malah ketawa,"

"Lagian, abang kan tahu, itu panas. Malah langsung minum, gak ditiup dulu," Katanya sambil menahan tawa.

"Hahahhahahahaha........."
Ni anak ketawa, apa nakut-nakutin hantu nih?? Ah, yang penting dia udah ketawa.

Gue bahagia liat dia ketawa akhirnya. Gue pun ketawa bareng dia. Dan gue liat matanya mengeluarkan air mata. Entah apa makna dari air matanya itu. Apa itu air mata kebahagiaan??

~~~~~~~~~~
Maaf kalau GaJe ceritanya. Aku susah kalau bikin cerita dari sudut pandang cowok. Hehe...

Jangan lupa kritik dan sarannya...

Terima kasih...

Special MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang