Chapter 10

203 7 0
                                    

"Ayo ke sana! Kita beli barang couple!"

"Karin, gak usah teriak-teriak juga kali, malu tuh diliatin orang,"

Lama-lama aku malu jalan bareng Karin. Bayangin aja, kita (aku,Adrian,Rio) dipaksa ikut ke mall. Terus di sana, dia tunjuk sana-sini sambil teriak-teriak lagi. Gimana gak malu coba?

"Gak bisa Ness, entah kenapa, hari ini mood aku lagi bagus nih. Hehe..."

"Heuh..."

"Pasti mood kamu bagus karena ada aku kan??"

"Apa?! Sorry ya, ini tuh bukan karena lo! Dan apa tadi lo bilang? Aku-kamu?? Sejak kapan lo pake bahasa gitu?!"

"Kan biar so sweet Rin,"

"Terserah lo! Gue jijik lo panggil gitu!"
Kata Karin sambil memutar bola matanya kesal.

"Udah udah, daripada berantem, mending kita ke tempat yang kamu tunjuk aja yuk!" Aku melerai pertengkaran sepasang kekasih ini. Pusing juga lama-lama dengernya.

"Ayo!"

Kita semua menuju tempat yang Karin tunjuk. Tempatnya lumayan bagus. Banyak barang couple disana. Ada cincin, gelang, kalung, dan banyak lagi. Pokoknya bagus deh. Lucu-lucu lagi.

Sampai disana, Karin menarik tanganku menuju rak tempat gelang-gelang.

"Kita beli ini yuk!"

"Apa sih Karin, lebay deh,"

"Yah Fanessa, pliss... yaya... Kamu couple sama Adrian, dan gue... huh... TERPAKSA.. sama Rio,"

"Iya deh,"

Kami pun sibuk mencari gelang yang menurut kami bagus. Saat sedang mencari, mataku tertuju pada gelang coklat dari kayu. Bagian tengah gelang itu, ada hiasan berbentuk persegi panjang. Dan di sekelilingnya, ada hiasan bulat-bulat. Setiap satu bulatan, ada satu huruf. Jika dibaca maka ada kata L-O-V-E. Sederhana memang, tapi menurutku itu bagus. Cocok juga untuk dipakai Adrian.

"Adrian, liat ini. Lucu gak?"
Tanyaku pada Adrian yang berdiri di sebelahku.

"Biasa aja."

"Tapi Adrian, liat dulu deh. Ini tuh lucu banget. Cocok kalau kamu pake ini,"

Aku masih berusaha memperlihatkan gelang pilihanku padanya.

"Udah gue bilang, itu tuh biasa aja. Lagian, ngapain lo beli ginian? Bukannya, ini tuh cuma pura-pura doang?"

JLEB!
Aku tahu ini cuma pura-pura. Tapi kenapa aku sakit hati waktu dia bilang kayak gitu??

"Hehe... iya juga ya,"
Aku mencoba untuk tersenyum. Walau pun sebenernya sakit banget rasanya.

Aku meletakkan kembali gelang itu. Kenapa sakit banget? Aku menatap haru gelang itu. Sepertinya, aku benar-benar menyukai Adrian.

"Fanesaa, udah milih barangnya?"

"Hmmm... udah sih, tapi aku sama Adrian mutusin gak beli barang,"

"Loh?! Kenapa??"

"Soalnya... itu... Adrian gak mau orang tuanya tahu. Aku juga gak mau bunda ayah apalagi bang Tasdieq tahu,"

"Hah.. ya udah deh kalau gitu. Liat nih, aku sama Rio beli ini,"
Karin menunjukan pergelangan tangannya, yang kini sudah melingkar satu buah gelang. Sama seperti yang aku pilih. Tapi bedanya, hiasan persegi panjangnya, berupa bentuk hati.

"Wah.. lucu banget Karin,"

"Hehe... pilihan Karin emang selalu bagus. Dan nih liat. Di atas hatinya, bisa diukir nama kita." Katanya girang. Kulihat dengan seksama.

Special MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang