Chapter 3

269 9 0
                                    

"Kak... tolong ambilin sapu dong!" Pinta bunda dari arah ruang tamu. "Oke bun," Aku beranjak pergi ke dapur untuk mengambil sapu. Dan memberikannya pada bunda.

Pagi ini, aku dan keluargaku lagi kerja bakti buat beresin rumah. Tugas aku beresin kamar-kamar, Bang Tasdieq kakakku bagian beresin kamar mandi, ayah bagian halaman depan plus tanaman tanamannya, dan bunda bagian ruang tamu, ruang tengah, dan dapur.

"Kamu udah selesai beresin kamarnya??" Tanya bunda

"Belum bun, baru selesai kamar aku. Kamar Bang Tasdieq belum aku beresin."

"Dek! Beresin kamar aku yang rapi ya! Jangan ada sebutir debu pun! Oke!" Teriak Bang Tasdieq dari kamar mandi.

"Iya bang! Tenang aja. Aku kan udah ahli beres beres kayak gituan! Gak kayak abang!"

"Jadi maksud lo, gue jorok gitu?!"

"Eits! Bang, kan bunda udah bilang. Kalau dirumah gak boleh ada lo gue-lo gue an!"

"Maaf bun keceplosan!"

"Ini ada apaan sih kok pada teriak-teriak gini?" Tanya ayah yang tahu tahu udah masuk ke ruang tamu.

"Eh ayah, ini anak anak pada berantem. Tapi jarak jauh jadi teriak-teriak." Ucap bunda menjelaskan.

"Tapi ayah denger, bunda teriak. Bunda ikut berantem sama anak anak?? Ya ampun bun, inget umur kita udah tua bun, gak pantes kalau masih berantem,"

"Hah?! Ya anggak atuh yah. Bunda mah cuma ingetin si abang ngomong gue elo. Kan itu aturan dari ayah. Ngomong itu harus sopan."

Ku lihat ayah berusaha menahan tawanya, mendengar jawaban bunda. Bunda tuh emang kalau lagi kesel, ngomongnya pake bahasa sunda. Maklum bunda keturunan orang sunda.

"Udah ah, sekarang lanjutin pekerjaannya masing-masing. Bunda udah selesai nih, jadi sambil nunggu kalian, bunda bikin camilan dulu ya,"

Dan kami pun melanjutkan pekerjaan masing-masing. Hingga beberapa jam kedepan, kami semua sudah selesai dengan pekerjaan kami. Sekarang, kami berkumpul di gazebo taman belakang.

Saat kami tengah menikmati secangkir teh yang sudah dibuat bunda, Bang Tasdieq datang dan langsung merebahkan tubuhnya di lantai gazebo. Eh? Berarti bukan kami yang tadi selesai, tapi aku dan ayah. Bang Tasdieq aku lupain. Maaf ya bang...

"Ahhh.... cape juga ternyata bersiin kamar mandi. Ayah sih, bikin kamar mandi tuh jangan gede gede yah," Keluh Bang Tasdieq.

"Kalau ayah gak bikin kamar mandi gede, kamu waktu kecil gak akan bisa lari-lari dikamar mandi sambil main air," Jawab ayah santai.

Kami semua tertawa mengingat kelakuan Bang Tasdieq waktu kecil saat lari-lari dikamar mandi dan akhirnya kepeleset, yang menyebabkannya harus dirawat di rumah sakit selama beberapa hari. Ya, lukanya memang cukup parah.

"Itukan dulu yah, sekarang Tasdieq udah gede kali!" Sanggah Bang Tasdieq.

"Iya sekarang kamu udah gede, dan jadi trauma buat lari-lari dikamar mandi. Iyakan??" Ledek ayah.

"Ayah!"
Kami tertawa lagi. Kini tertawa lebih keras. Karena di tambah liat muka kesel Bang Tasdieq yang kocak banget.

Dan percakapan terus disambung dengan tawa yang selalu menyertai.

Ya Tuhan... aku sangat bersyukur karena Engkau telah melahirkanku di keluarga yang bahagia ini. Aku ingin selalu bisa merasakan kehangatan dari keluarga ini.

Thanks to God :D

~~~~~~~~~~
Jangan lupa kritik dan sarannya ya...

Terimakasih...

Special MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang