Siapa yang tahu arti Hidup?

76 5 5
                                    

Siapa yang tahu arti Hidup?

Aku masuk. Ini adalah hari pertamaku hidup. Hidup dalam tubuh yang baru. Tak lagi menjadi seorang yang rapuh, keriput dan lemah. Sangat senang. Betapa tidak? Tubuh yang pernah aku tempati tak berdaya sekalipun. Makan harus disuapi, jalan harus dituntun. Dan kau tahu? Berakpun harus ada yang membersihkan. Mungkin wajar, aku sudah menempati raga itu 69 tahun.

69 tahun adalah waktu yang kuhabiskan dengan sia-sia. Tanpa do'a. Tanpa sujud. Kau pasti faham apa yang aku lakukan selama 69 tahun. Bukan memberi makan anak yatim, tapi sebaliknya. Bukan memberi sedekah, tapi sebaliknya. Bukan menikahi wanita, tapi sebaliknya. Namun, aku pernah di ajari bagaimana takbir, rukuk, dan sujud. Pernah di ajari bagaimana mengucap mantra-mantra sebelum tidur, sebelum makan, dan apapun itu. Tapi aku hiraukan, tak menyenangkan sama sekali.

Aku sekarang hidup dalam tubuh yang masih segar. 17 tahun rupanya. Tanpa keriput, dan masih bertenaga.

" Siapa kamu? Kenapa berada dalam tubuh orang ini?" Aku terkejut, dalam tubuh orang ini ada ruh yang menempati. Aku masuk karena sewaktu terbang melihat tubuh yang ada celah untuk di tempati, dan aku masuk.

" Aku, Zen"

" Keluar dari tubuh ini! Tubuh ini milikku seorang!"

"Tapi.."

" Keluar!"

" Aku tidak Bisa. Kau lihat, tali kehidupanku sudah tertempel di tubuh ini?. Tak bisa keluar begitu saja. Kau pasti faham." Ia mengangguk

" Jangan kau gunakan tubuh ini semaumu. Tuhan pasti marah jika kau berbuat dosa." Aku hanya mengerutkan kening. Cih! Apa pedulinya tentang perbuatan yang akan kulakukan. Itu Hak-ku bukan? Terlebih tubuh orang yang aku tempati berparas cantik, dan bertubuh indah. Dan tentang tuhan? Bukankah ia zat penyayang. Katanya. Tak akan marah,kan? Atas dosa hambanya?

Berhari berminggu aku berada di tubuh ini. Ada satu hal yang kusenangi dari ruh bernama Emma dalam tubuh ini. Ia sangat rajin. Rajin dalam berbagai hal. Hal yang pernah kulupakan ketika pernah hidup dulu. Rasanya seperti mengulang kehidupan yang lawas. Melodi hidup jadi kembali seperti kuno kembali. Aku tak bisa bergerak ketika Emma mengendalikan raga. Dan sebaliknya. Namun bisa saja aku memaksa untuk masuk namun hanya setengah badan, sisanya adalah ruh Emma.

Aku, Emma. Dalam satu tubuh. Pernahkah kau berfikir akan hal itu? Entah mengapa ini terjadi dan mengapa aku harus di tempatkan dalam satu tubuh dengan Emma? Entah. Mungkin ini rencana tuhan atau lainya. Tak mungkin bukan jika tuhan membuat sesuatu yang seperti sampah. Itukata ibuku.

" Sekarang giliranmu zen, aku lelah" Aku yang sedari tadi terlelap. Kini bangun, mendapat panggilan kehidupan. Barangkali, aku harus mencari uang. Itu yang kubutuhkan. Dompetku tipis, sakuku kosong. Mungkin mencari uang adalah hal yang tepat.

Aku lempar kain yang menutup kepala. Mengambil topi dan mulai mencari meja yang berisi kartu-kartu

Ah, sungguh malam yang penuh dengan bintang-bintang tersusun rapi dalam rasinya. Riak jangkrik bersua mengeja melodi tak beranjak dari tempatnya. Kumpulan laronpun tak dapat beranjak dari meja-meja yang berkilau. Aku menghampiri meja berkilau itu, banyak sekali emas di sana

" As Queen! Aku menang." Seorang pria botak kegirangan mengambil emas-emas itu di atas meja, sebagian lainya iri. Ada juga yang menepuk jidat merasa kurang beruntung. Seharusnya kau tak perlu menyesali apa yang telah kau perbuat. Karena sebelumnya kau sudah berfikir matang, bukan?

Negeri Tanpa JamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang