4-pain

35 5 0
                                    

Di mulmed ada Keisha :3
Kalian juga boleh kok milih siapapun jadi Keisha hehehe :)
*****
"Bangkeeeeeeee."

Teriakan Kacha saat memanggil Kak Kevin memang ajaib. Khas dengan suaranya dan panggilan yang anehnya. 'Bangke'.

"Pakel tolongin gue, tolongin..." Suara Kacha terlihat berbeda. Aku langsung berlari menuju kamar Kak Kevin. Aku melihat tubuh Kacha yang bergetar sambil mencoba membangunkan Kak Kevin. Kacha nangis. Betapa terkejutnya aku saat melihat Kak Kevin pingsan. Tubuhnya yang lemas dan wajahnya yang pucat. Kak Kevin berantakan. Terlihat seperti bukan Kak Kevin.

"Lo ngapain bengong mulu, Pakel? Tolongin gue, bantuin gue, ini Bangke gimana?" Suara Kacha diiringi isakan tangisnya menyadarkanku dan membuatku segera meneriaki Bibi. Aku meminta tolong kepada Bibi dan Kacha agar mau membantuku membopong tubuh Kak Kevin yang memang bisa dibilang berat.

Aku menyalakan mobil. Kacha berada di jok belakang sambil memangku kepala Kak Kevin. Aku melajukan mobil menuju rumah sakit.

Aku berhenti di depan IGD lalu turun dari mobil dan berlari mencari suster. Aku membuka pintu mobil dan membantu para perawat membopong Kak Kevin. Setelahnya, aku memarkirkan mobil dan menghubungi Mama Papa. Aku nenghampiri Kacha yang sedari tadi duduk di depan IGD.

"Gimana, Kak?" Tanyaku sambil merangkul Kacha.

"Belum ada pemberitahuan." Kacha menyenderkan kepalanya di pundakku. Kami pun terdiam beberapa saat sampai ada dokter yang keluar.

"Keluarga pasien Kevin?" Kami langsung berdiri.

"Ya, dok. Kami berdua adiknya Kak Kevin. Bagaimana dok kondisi Kak Kevin?" Aku mencoba menyakinkan dokter bahwa aku dan Kacha adalah adik dari Kak Kevin.

"Oh, kalian adiknya? Pasien perlu istirahat beberapa hari kedepan. Besok pagi, kami akan melakukan test untuk memeriksa keadaan pasien lebih lanjut. Setelah ini, pasien akan dibawa ke kamar rawat inap." Terus terang dokter kepada kami. Kacha hanya mengangguk.

"Terimakasih, dok." Tidak lama kemudian, suster keluar dari IGD sambil mendorong bed Kak Kevin. Aku dan Kacha mengikuti suster itu.

"Sebenernya lo kenapa sih, Bangke? Kok bisa sih tiba-tiba lo pingsan? Lo gapapa kan? Ayo dong bangun! Ada gue sama Pakel nungguin lo! Ayo pulang bareng.." Kacha masih menangis melihat kondisi Kak Kevin. Aku hanya bisa diam dan melihat kondisi Kak Kevin yang bisa dibilang memprihatinkan.

Mama dan Papa pun tiba di rumah sakit. Aku menoleh ke arah mereka. Benar saja, Mama langsung menghampiri Kak Kevin dan menangis seperti yang dilakukan oleh Kacha. Kacha saat ini sedang tidur. Ia duduk tapi kepalanya di kasur Kak Kevin.

"Kevin kenapa bisa gini?" Tanya Papa.

"Gatau, Pa. Tadi Kelvin pulang sama Kacha. Sampai rumah, Kacha masuk ke kamar Kak Kevin. Habis itu Kacha teriak-teriak sambil nangis. Pas Kelvin lari ke kamar Kak Kevin, Kak Kevin udah ga sadar, Pa. Memprihatinkan banget kondisinya." Jelasku. Papa hanya mengangguk tanda mengerti. Lalu Papa membangunkan Kacha.

"Cha, bangun. Buruan pulang, kamu dari tadi belum ganti baju." Kacha bangun.

"Icha mau disini aja, Pa. Nemenin Kak Kevin." Benar dugaanku. Kacha tidak mau pulang.

"Besok kamu sekolah, sayang. Kamu harus istirahat. Kamu juga harus jaga kesehatanmu. Besok deh pulang sekolah kamu kesini lagi sama Kelvin." Suara lembut Mama membuat Kacha mengangguk.

Aku menghampiri Kacha dan berjalan di sampingnya. Kacha sedari tadi berjalan sambil menunduk menatap lantai.

"Sebenernya Bangke sakit apa sih?" Suara Kacha pelan dan lembut. Berbeda dari biasanya.

"Kita tunggu aja hasil test besok. Berdoa aja, siapa tau Kak Kevin gapapa." Kacha hanya menganggukkan kepalanya.

Sesampainya di rumah, Kacha dengan langkah gontai berjalan menuju kamarnya. Kacha memang selalu begitu. Kalau orang yang ia sayang kenapa napa, ia menjadi shock. Dulu, aku pernah dirawat di rumah sakit gara-gara sakit thypus. Kata Mama, Kacha nangis seharian dan ngotot menemaniku sampai sembuh. Pada akhirnya, Kak Kevin lah yang menyeret Kacha pulang.

Aku membuka knop pintu kamarku. Aku ingin mandi. Membersihkan tubuhku. Sedari tadi, aku masih mengenakan seragam. Huh, gerah banget. Aku ingin cepat-cepat tidur.

*****
"Bangke, lo sakit apaan sih? Ga biasanya lo sakit gini." Aku yang sedari tadi tiduran di kasur sudah bergumam tidak jelas.

Kata-kata Kelvin ada benarnya juga. Aku harus positive thinking kalau Bangke tidak kenapa-napa. Aku yakin deh kalo Bangke bakalan sembuh.

Rasanya begitu melelahkan hari ini. Untung saja aku tadi masuk kamar langsung mandi. Seger banget rasanya. Lama-lama aku mengantuk. Dalam hitungan menit, aku tertidur.

"Kachaaa bangun woy! Udah jam 6! Tai bangun lo buruan! Kita nanti telat!" Teriakan Kelvin membuatku bangun. Aku membelalakkan mataku saat aku melihat jam. Jam 6. Oh shit. Aku telat. Aku berlari ke kamar mandi. Aku mandi dengan cepat. Lalu aku memakai seragamku dan berlari turun.

Benar saja, Kelvin sudah menungguku di meja makan.

"Buruan ah gausah pake sarapan! Itu bawa kotak bekal. Tadi gue minta ke Bibi buat bawain bekal lo!" Aku langsung menyambar kotak bekal berwarna biru tersebut dan memasukkannya ke dalam tas.

"Lah, lo ga jemput pacar lo?" Aku sudah nangkring di motor Kelvin sambil memakai helm.

"Ga. Dia dianter supirnya. Gue bilang kalo gue kesiangan." Terbaik banget ini bocah. Baik banget. Kesambet apaan nih anak?

Saat aku memasuki sekolah, bel masuk langsung berbunyi. Aku berlari menuju kelasku sebelum ada guru yang masuk. Brukk. Aku menabrak sesorang dan membuatku jatuh tersungkur.

"Lo gapapa?" Tanya orang itu sambil memberi tangannya untuk membantuku berdiri. Aku hanya menggeleng dan menyambut tangannya. Aku mendongakkan kepalaku. Ternyata dia Alvin.

"Sorry banget, Vin. Gue buru-buru ke kelas. Gue telat." Aku langsung ngacir dari hadapan Alvin yang menatapku bingung.

Sesampainya di kelas, Farel sudah nangkring di kursiku. Sialan. Pagi-pagi udah nambahin bad mood saja.

"Minggir lo."

"Ih, minjem kursi doang ga boleh. Pelit lo."

"Ya kan ini bangku gue. Gue mau naro tas dan gue mau duduk, bego." Seisi kelas melihat kami sambil mengernyitkan dahi.

"Lo yang bego."

"Dasar monyet." Areta pun menarikku mengisyaratkan agar berhenti bertengkar.

"Lo koala."

"Tai."

"Kuda lo."

"Guru woy guru!" Teriak Miro. Ketua kelas kami. Akhirnya Farel pun pergi dan duduk di kursinya. Aku langsung duduk sembari mengeluarkan buku pelajaran.

*----*

Huaaa gaje banget gueeee

Please, Stop this Pain.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang