WHAT A LUCKY DAY!!!!

44 4 1
                                    


Tak terasa, liburan telah usai dan saatnya untuk kembali ke sekolah. Lana berangkat lebih awal supaya bisa melihat daftar pengumuman kelas baru dengan santai. But, the truth said no. Sudah banyak siswa yang berdesakan untuk melihat papan pengumuman. Lana sangat membeci itu, akhirnya Kila lah yang menjadi korbannya untuk kesekian kali karena Dayu belum datang. Kila menurutinya karena ia sendiri juga amat sangat penasaran.

Kila kembali dan memberitahu Lana mengenai kelas barunya, sudah jelas.. Lana kecewa

"Yah, kok A1 sih? Kenapa gak A6 atau A8 biar bisa ketemu terus."  ucapnya pada Kila yang baru saja memberitahu kelas baru Lana.

"Karena, aku bukan guru di sini jadi aku gak tau apa-apa."  balasnya santai.

"Oh gitu, jadi gak seneng sekelas sama aku??"  keluh Dayu yang baru saja datang.

"Ehh nongol juga, bukannya gitu yuuuu,", bantah Lana

Sesaat setelah mereka berbincang-bincang, bel masuk mulai berdering. Kini masing-masing dari mereka memasuki kelas barunya.

"Udah, gak usah cemberut, ayo masuk."  ajak Dayu.

Lana masih belum bisa menerima kenyataan kalau kelasnya terpisah jauh dengan kelas Theo. Semua siswa yang namanya tertulis di daftar kelas 11 A1 mulai memenuhi kelas, begitupun juga Bu Elva selaku wali kelas Lana yang baru.

"Selamat pagi anak-anak,"  sapa Bu Elva dengan ramah.

"Pagi bu,"  jawab siswa 11 A1 serentak.

"Baiklah, saya rasa kita sudah penah berkenalan jadi saya akan langsung membahas topic hari ini. Saya akan menyampaikan suatu hal ya memang ini mendadak tapi tidak akan berpengaruh untuk kelas kita. Jadi, sebenarnya ini bukan kelas kalian.. maksudnya, kelas kalian yang sesungguhnya adalah 11 A8. Mengapa kok bisa keliru ? Kalian pasti bingung yaa.. jadi gini, salah seorang petugas TU sekolah kita salah menulis kelasnya. Maka dari itu, cepat kemasi tas kalian sekarang dan pindah ke kelas A8."  ucap Bu Elva dengan jelas.

"Finally!!!"  ucap Lana dengan girang pada Dayu.

***

Lana beserta teman-temannya mulai meninggalkan kelas tersebut, saat melewati kelas A7 atau kelas Theo yang baru. Lana mengintip dari ambang pintu dan melempar senyum ke Theo yang didapatinya bertempat duduk di bangku paling depan. Saat itu, jelas terlihat muka Theo sedang dibuat bingung oleh Lana, lebih tepatnya lagi kepindahan kelas baru Lana.

Di kelas, Lana tidak terpilih menjadi pengurus kelas karena ia memang tidak mau mencalonkan dirinya maupun dicalonkan oleh temannya. Dia sudah lelah, begitulah alasannya saat ditanya.. bel istirahat pun akhirnya terdengar dan dia bergegas keluar untuk pergi ke kantin bersama Kila. Beberapa langkah baru ia tapaki akan tetapi Theo sudah menunggu di depan pintu kelasnya untuk menanyakan kronologi kelas Lana yang dipindah.

"Lan, kok kelas kamu di sini, bukannya A1 ya?   tanya Theo heran.

"Awalnya, tapi ternyata orang TU salah nulis kelasnya. Kelasku yang beneran ya A8.", sahutnya sambil berjalan menuruni tangga.

"Oh gitu, kirain kamunya aja yang bandel hehe,"

"Sorry ya, sejak kapan Manzilana bandel. Dasar!!"

"Iya gak bandel, tapi ratunya ngambek hehe,"

"Okay fine, aku ngakuin itu. Anda keberatan?"

"Santai dong mbak, haha. Anyway, ngantin sama siapa?"

"Sendiri maybe, soalnya Kila belum nongol terus juga Dayu lagi pms gak mau diganggu. Why?"

"Ya enggak, kalo sama mereka aku mau ngumpul sama anak-anak."

"Ngumpul aja, gakpapa kok sendirian."  modusnya supaya Theo mau menemaninya ke kantin.

"Yaudah, aku kesana dulu yaaa. Bye,"  pamit Theo.

Sayangnya, rencana Lana tak semulus yang dibayangkan. Mau nggak mau, ia ke kantin hanya seorang diri karena cacing di perutnya sudah berdemo meminta makan. Sesampainya di kantin, di dapatinya juga Kila sedang meneguk segelas jus apel.

"Kilaaaaaaaaaa!!!"   teriaknya dari jarak yang tak begitu jauh.

"Apaan sih teriak-teriak. Eh, katanya kelas kamu dipindah ya,  pindah kemana?"

"Yessss!! And you know what??"

"NO!! buruan deh."

"Kelas baru aku itu kelas A8."  ucapnya sambil histeris kegiranagan.

"Hah serius??"

"Yessss!!"

"Manjur juga ya doa kamu tadi pagi haha,"

"Iyalahhh, Lana gitu. Udah ah laper, aku beli makan dulu yaa. Awas kalo ninggal!!"

"Iya nonaaa,"

Sedari dia memesan makanan hingga yang tersisa hanya sendok dan piring, lalu bel masuk kembali berbunyi belum juga ia melihat Theo di kantin. Dia penasaran tingkat dewa dan terus bertanya pada Kila sampai-sampai membuatnya risih.

"Lana, stop it!! Kamu ngapain repot sih nyariin dia? Toh belum tentu juga dia nyariin kamu sekarang. Udah ya, aku balik kelas dulu. Bye sweetheart,"  pamitnya pada Lana.

"Bye,"   dengan nada lesu akibat perkataan Kila barusan.

Lana sudah mendekati pintu kelasnya, namun langkahnya terhenti oleh suara familiar yang kini memanggilnya dari arah belakang.

"Lana!!"

Ya, itu suara Theo. Dia memutar balikkan badannya dalam hitungan detik saja.

"Kenapa?"  sahutnya penasaran.

"Mau masuk?"

"Iyalah, kan udah bel."

"Gak usah Lan, di sini aja yaa,"

"Ngapain? Kan ada Bu Elva abis ini."

"Tenang, wali kelas kamu gak bakal masuk. Lagian hari ini kan masih hari pertama."

"Iya juga sih, yaudah deh okay."

"Gitu dong, itu baru Lana hehe,"

"Tapi kalo aku dihukum, kamu harus tanggung jawab!!"

"Iyadeh, gampang lah kalo itu. Tapi berdiri aja ya ngobrolnya, kan gak ada bangkunya."

"Iyaaa Martheo, ngobrol apaan sih?"  tanyanya karena semakin penasaran akan sikap Theo.

"Gak ngomongin apa-apa sih,"

"And then??"

Theo hanya tersenyum tanpa kata sembari menatap Lana.

"Theoooo, can you hear me??"  tanyanya dengan sedikit bête.

Namun tetap saja, Theo hanya tersenyum and still keep his eyes on Lana.

"Serah deh,"  jawabnya pasrah sambil memalingkan muka dari Theo, karena Lana tak kuasa jika harus menatap kedua bola matanya.

Theo tertawa melihat tingkah Lana yang kekanak-kanakan itu lalu ia mulai membuka mulutnya untuk menjawab pertanyaan Lana.

"Ya gakpapa, kita di sini aja. Kenapa, keberatan?"

"Enggakkk, emang gak boleh gitu tanya."

"Boleh dong, free malah hehe,"

Dunia berasa hanya milik mereka berdua, itulah yang ada di penglihatan teman-teman mereka namun, mereka tak menggubrisnya sama sekali. Yang terpenting adalah, tidak ada guru yang menegur mereka dan menyuruh mereka masuk ke kelas.

One Last HopeWhere stories live. Discover now