Hari silih berganti hingga kini mengantarkan Lana kembali ke hari senin dimana para siswa sangat malas untuk mengikuti upacara. 45 menit yang dilalui terasa seperti 4,5 jam. Apalagi mereka harus mendengarkan pidato dari kepsek. Kebanyakan dari mereka menggunakan dasi masing-masing untuk menyapu keringat yang mulai bercucuran, tak sedikit juga dari mereka yang jongkok di belakang teman-temannya karena bosan dan capek. Doa mereka cukup sederhana, semoga upacara segera usai.
Sepertinya, dewi fortuna sedang memihak pada mereka. Upacara kali ini hanya berlangsung selama 25 menit saja lantaran yang menjadi Pembina upcara bukanlah kepsek melainkan salah satu guru yang tidak terlalu suka banyak bicara yaitu Pak Pram.
Mereka kegirangan dan memanfaatkan 35 menit yang tersisa untuk berbagai macam kegiatan. Lana, Dayu, dan Kila segera menuju kantin untuk membeli minum. Banyak siswa yang sedang di kantin tapi setelah beberapa menit di sana, Lana baru menyadari bahwa tak ada satu pun teman sekelasnya yang mampir ke kantin. Lana bingung, karena belum waktunya untuk proses pembelajaran. Dengan cepat ia menarik Dayu yang sedang mengantre minuman.
"ayo balik sekarang", sambil menarik lengan Dayu
"masih jamnya istirahat juga, ngapain balik", ucapnya sambil melepaskan genggaman Lana
"liat deh, gak ada satu pun teman kelas kita di sini"
Dayu melihat sekelilingnya, ternyata benar. Dan tak lama setelah itu, terdengar dari lantai atas ada Rendy yaitu ketua kelas mereka sedang berteriak memberi pengumuman.
"semua siswa kelas 11 A8 cepet masuk kelas sekarang penting!!!", teriak Rendy dengan lantang
Menyadari hal itu, mereka berdua langsung berlarian menuju kelas tanpa memperdulikan Kila yang masih menunggu datangnya minuman di bangku kantin. Sudah sangat jelas, pasti ada masalah yang menyangkut nama baik kelasnya.
Dari kejauhan terlihat Theo sedang melihat ke arahnya, saat Lana mulai melewatinya. Theo yang hendak membuka mulutnya karena ingin menyapanya terhalang oleh larangan Lana.
"ntar aja bye", ucapnya sambil berlarian di sebelah Dayu
Ternyata memang benar, semua sudah ada di kelas kecuali mereka berdua. Lalu mereka meminta maaf pada Bu Elva atas keterlambatannya. Dengan nafas yang masih belum terkontrol, mereka duduk dan menyimak apa yang sedang dibicarakan oleh wali kelasnya itu. Bu Elva menjelaskan mengenai masalah yang ada di kelas itu, bukan masalah besar sebenarnya. Tapi, memang perlu dibicarakan oleh seluruh warga kelas.
"baiklah anak-anak, di sini saya akan memberitahukan pada kalian bahwa teman kalian yaitu Najwa tidak bisa lagi menjabat sebagai wakil ketua kelas karena dia sudah resmi menjadi anggota OSIS. Jadi, kali ini Ibu akan mencari siapa penggantinya", ucap Bu Elva
Anak-anak masih bingung untuk meilih siapa yang akan menjadi pengganti Najwa, Lana dan Dayu tidak terlalu memperdulikannya karena sudah sangat jelas kalau mereka tidak akan dipilih. Tapi, tidak untuk kali ini. Ilyas, teman sekelasnya atau bisa dibilang salah satu anggota geng 4 sekawan di kelasnya yang juga digawangi oleh Lana, Dayu, Fian, dan Ilyas sendiri, justru menyebut nama Lana sebagai gantinya.
"Manzilana aja bu.", teriaknya dari deretan bangku paling pojok, tepat di belakang bangku Lana dan Dayu
"Yas, kok aku sih??" tolaknya sambil menatap Ilyas dengan tatapan sinisnya yang belum pernah ia perlihatkan di muka umum.
Ilyas hanya terkekeh saat mengetahui reaksinya, Lana yang awalnya ingin menolak terpaksa diam lantaran semua teman sekelasnya setuju dengan usul Ilyas.
"Iya bu, Lana aja" imbuh Rendy.
"Iyaa, Lana anaknya baik bu, suka menolong." tambah Fian.
Dayu hendak mengatakannya juga, tapi terhenti oleh tatapan Lana yang berbahaya.
YOU ARE READING
One Last Hope
Teen FictionSemua orang di dunia ini butuh kejujuran, begitupun dengan Lana. Ia hanya menginginkan kejujuran dari seseorang yang bernama Theo akan isi hatinya. Karena baginya, kejujuran Theo itu sudah lebih dari cukup atas apa yang ia inginkan selama ini. Tapi...