Beberapa hari lagi Lana akan mengakhiri tahun pertamanya di SMA yang berarti dia akan melanjutkan ke kelas 11. Namun, sebelum itu Ia amat sangat gelisah lantaran harus pisah kelas dengan seorang yang Ia sukai saat ini. Theo, yup dialah orangnya. Seseorang yang selalu ia pandang saat di kelas.
Sepulang sekolah, Lana bersama Kila main ke rumah Dayu untuk melepas stress. Saat sedang bersenda gurau, HP Kila terus berbunyi dan Lana sangat terganggu.
"Killl, hp kamu tuh berisik!!" tegur Lana.
"Iya nona cantik maaf, nih aku cek sekarang."balas Kila dengan sabar.
"Siapa sih Kil?? Pacar?Atau gebetan?" goda Dayu.
"Tau nih, nomor gak dikenal," sahut Kila dengan muka cuek. "Eh bentar, dia bales dan ternyataaa. Lana liat deh, ini Theo yang sms aku." sambil menggoyang-goyangkan tubuh Lana.
"What? Kok bisa sih, kenapa dia gak sms aku?" sahutnya dengan muka cemberut.
"Ya mungkin aja selama ini dia sukanya sama aku, bukan kamu haha." ledek Kila.
"Jangan ge er ya, itu juga nomor bundanya." bantah Lana.
"Massa sih? Tapi dia bilang suruh save karena ini nomor baru. Dan dia udah gak pake nomor bundanya lagi." jelas Kila.
"Ah rese!! sini, aku mau save nomor Theo." dengan cepat Lana mengambil hp Kila dan mencatat dengan teliti nomor baru Theo.
Setelah tercatat dengan benar, Lana pulang dan terus berdoa agar Theo cepat menghubunginya. Karena, selama ini Theo menghubunginya melalui nomor bundanya dan mereka hanya membahas PR. Sehingga, mereka menghabiskan waktu di kelas untuk bercerita sebagai gantinya.
***
Semalaman ia menunggu, namun tetap saja nihil. Ia masih sedikit jengkel dengan Kila karena bukan dia yang seharusnya dihubungi oleh Theo, tapi apa boleh buat. Dia bukanlah pacar Theo.
Esoknya, saat di kelas semua tampak normal dan seperti biasa Theo memutar bangkunya menghadap Lana hanya untuk mengobrol.
"Lan, kok cemberut? Kenapa?" Tanya Theo heran.
"Gak kok, lagi gak mood aja." sahutnya dingin.
"Gak mood kok terus, kenapa? Ada problem?"
"Theo please, aku lagi males ngomong sekarang."
"Tuh ngomong." goda Theo.
Lana hanya diam melihat Theo, dengan tatapan kecewa, sedih, bingung, juga gelisah. Di benaknya, ia terus bertanya mengapa harus Kila, padahal Kila bukan orang terdekat Theo di kelas. Seharian itu, Lana hanya diam begitupun dengan Theo. Sebab, ia hafal betul bagaimana Lana saat marah.
Besok adalah hari terakhir di kelas 10 bersama Theo, karena saat kelas 11 mereka berbeda kelas. Lana masih dirundung galau hingga Jumat pagi pun tiba.
Dari rumah, ia sudah berniat untuk tidak berbicara pada Theo maupun Kila namun sesampainya di sekolah, ia berubah pikiran. Karena dia sudah tidak tahan lagi jika harus terus menerus membisu pada Theo.
"Hey Lana," sapa Theo.
"Heyyy," sahutnya dengan riang.
"Udah mood nih sekarang?"
"I think so hehe."
Senyum manis terlukis di bibir Lana, begitu pun Theo. Ia turut bahagia melihat teman dekatnya ini ceria kembali. Mereka tertawa bahagia, meski Lana masih kecewa akan sikap Theo yang sembunyi-sembunyi. Waktu terus bergulir, dan sekarang adalah puncaknya untuk pembagian raport dan mengucapkan kesan dan pesan bagi seluruh siswa kelas 10 A2. Dan tak ketinggalan juga, Lana menyumbang 2 buah lagu untuk teman-temannya karena Ia adalah ratu menyanyi di kelas.
Bel pulang sekolah pun mulai berdering memenuhi koridor sekolah, saatnya Lana pulang. Tapi sebelumnya ia berpamitan dulu pada Theo dan Nino.
"Lan, sendirian aja?" Tanya Nino.
"Iya No, Kila sama kakaknya. Aku duluan ya." pamit Lana.
"Ati-ati Lan, jangan ngebut." kata Theo.
"Okayyy." jawabnya sembari bergegas pulang.
***
Sesampainya di rumah, Lana mengeluarkan ponsel miliknya dari tas dan ada pesan masuk dan ternyata... pesan dari Theo. Lana loncat kegirangan saat ia tahu nama Theo terpampang di layar ponselnya. Namun, ia pura-pura tidak tahu supaya Theo tidak curiga.
Theo :
Hi
Lana :
Siapa ?
Theo :
Massa gak tau sih, ini Theo
Lana :
Oh, cie hp baru
Theo :
Haha apaan sih. Oh iya sorry baru sms sekarang soalnya bunda baru pulang dari luar kota dan nomor kamu ada di hpnya bunda
Lana :
Kan bisa tanya anak-anak Theo, please deh
Theo :
Gak mau ah, males
Lana :
Dasar
Lana masih terpaku dengan ponselnya, karena baru pertama kali ini Theo menghubunginya bukan karena PR. Ia merasa bersalah atas sikapnya pada Theo kemarin. Tak lama, Theo membalas pesannya.
Theo :
Lan, gak kerasa ya udah setahun
Lana :
Iya, tapi males ah. Kenapa coba kelasnya harus diacak lagi
Theo :
Udah lah, kita masih bisa kok seru-seruan lagi
Lana :
Okay
Theo :
Gitu dong
Percakapan mereka berhenti karena Lana tidak tahu harus membahas apa jadi ia memutuskan untuk melanjutkannya lagi nanti setelah tidur siang.
Lana tidur sangat pulas hingga lupa waktu, ia bangun hampir maghrib. Mamanya membangunkannya karena hari mulai gelap dan Lana harus mandi
"Hey ayo bangun, mau maghrib nih." ucap mamanya.
"Bentar ma, masih ngantuk." balasnya sambil bermalas-malasan.
"Cepet bangun, mandi sana. Cewek kok jorok." ledek sang mama.
"Duhh, iya ini bangun." sahutnya dengan mata setengah melek.
YOU ARE READING
One Last Hope
Teen FictionSemua orang di dunia ini butuh kejujuran, begitupun dengan Lana. Ia hanya menginginkan kejujuran dari seseorang yang bernama Theo akan isi hatinya. Karena baginya, kejujuran Theo itu sudah lebih dari cukup atas apa yang ia inginkan selama ini. Tapi...