Hari demi hari terlewati, tak terasa juga kalau pekan UTS telah berakhir. lana segera menemui Henry di kelasnya untuk menyampaikan informasi mengenai pemesanan kue beberapa hari yang lalu karena beberapa hari terakhir ini Lana masih malas untuk melihat muka temannya itu dan juga supaya Henry tidak bisa protes karena pelaksanaan acara ekskul mereka sudah sangat mepet.
Tak butuh waktu lama untuk menemukannya, orang yang dicarinya tengah bergurau dengan teman-temannya di depan kelas. Lana semakin mempercepat langkahnya dan langsung menyodorkan sebuah kertas lipatan.
"Apaan nih?" tanyanya heran.
"Bisa baca kan??" jawab Lana judes.
Henry segera membuka kertas pemberian Lana.
"Ini udah yang paling murah?"
"Entahlah."
"Emang kamu gak survey semuanya?"
"Enggak."
"Gini nih, gak amanat kan?"
"Emang situ juga amanat? Pokonya kamu yang ambil!"
Saat dia ingin protes lagi, Lana sudah dulu mengancamnya untuk melaporkan hal ini pada Coach Ricky. Sehingga, dia hanya bisa pasrah menerima keputusannya.
***
Di kantin sudah ada Kila dan Dayu yang sedang menunggu Lana. Tapi, kali ini ada yang berbeda dari biasanya, lantaran Theo dan Nino juga ikut bergabung dengan mereka. Kedua sahabat Lana itu juga Nino tak henti-hentinya menggoda Theo.
"Tumben gabung?" tanya Kila.
Theo menjawabnya hanya dengan senyuman.
"Iyalah Kil, kan mau ketemu Lana hehe," sahut Dayu.
Belum sempat menjawabnya, Nino segera menanggapi apa yang dikatakan Dayu.
"Bener banget, Theo bilang sendiri ke aku kalo dia kangen sama Lana soalnya udah beberapa hari ini gak ketemu." goda Nino.
"Apaan sih, gak usah bikin gossip yaa." elak Theo.
"Oh gitu, bukti masih ada loh Theo." imbuh Nino lagi.
Theo tak menggubrisnya sama sekali karena dia menganggap kalau Nino hanya ingin menggodanya, diam-diam dia mengarahkan kedua matanya untuk menemukan Lana. Dia segera berdiri meninggalkan teman-temannya itu.
"Mau kemana?" tanya Nino.
"Gak usah kepo!" jawab Theo cuek.
Mereka bertiga membiarkan Theo pergi begitu saja.
"Dia ngambek?" tanya Kila.
"I don't know." sahut Nino.
***
Theo berjalan menyusuri hampir setiap sudut sekolah, namun sepertinya apa yang dicarinya belum ketemu juga. Dia mengulangi tempat yang sama untuk menemukannya namun tetap saja nihil.
Akhirnya dia memutuskan untuk kembali ke kantin, saat langkahnya sudah mulai mendekati tempat yang hendak dituju. Tiba-tiba ia mendengar suara yang sudah tak asing lagi baginya, dengan tanggap ia segera berlari untuk menemui pemilik suara itu.
"Tuh orangnya nongol." celetuk Dayu begitu saja.
"Darimana ya tuh anak??" tanya Nino heran sambil melihat ke arah Theo.
Kini, dia sudah bergabung kembali dengan teman-temannya tapi pemilik suara yang saat ini ingin ditemuinya sedang tidak berada di tempat. Dan dia masih saja menoleh ke kanan-kiri lalu ke segala arah untuk memastikan.
"Woy, gak capek berdiri terus?" ucap Nino.
Theo segera duduk tanpa menjawab pertanyaan Nino.
"Kasian banget sih No, ngomong sendiri haha." ledek Dayu.
"Shut up!!" sahut Nino.
"Nyariin Lana ya?? Bentar lagi balik kok, tuh masih balikin piring ke tempat Bu Mar." jelas Kila.
Theo hanya tersenyum karena dia benar-benar tidak tahu harus menjawab apa, tak lama setelah itu, Lana kembali.
"Hello, I'm coming back." sapanya hangat dengan senyuman yang amat sangat lebar.
"Cepet duduk Lan, nih Theo udah kangen." goda Nino.
"Apaan sih!" jawabnya seolah tidak peduli.
Dia segera duduk tepat di sebelah Theo, menyadari hal itu, Nino tak henti-hentinya untuk menggodanya yang juga diikuti oleh Kila & Dayu.
"Guys please, daripada kalian ngomong gak jelas mending sekarang kalian diskusi soal dresscode buat besok malem." ucap Lana.
"Udah Lana sayang." sahut Kila.
"Emang besok siapa yang ulangtahun?" tanya Theo.
"Omg Theo, besok kan ada showcase dari ekskul music di Gedung Lily. Massa gak tau sih?" sahut Dayu.
"Jadi besok acaranya?? Jam berapa?" tanyanya lagi.
"Kalo bisa sih jam 7 udah nyampe di sana, dateng yaaa." jawab Lana semangat.
Belum sempat Theo menjawab, Nino sudah mendahuluinya.
"Lana, sorry banget yaaa, besok kita gak bisa dateng." sahut Nino.
"Why not? Gitu banget sih, hampir semua temen kelas aku dateng loh, Uman and friends juga." jawab Lana kecewa.
"Sebenernya pengen Lan, tapi gimana lagi? Udah pada sold out tiketnya." ucap Theo.
Lana menanggapinya hanya dengan anggukan kecil saja, karena dia sudah amat sangat kecewa. Padahal dia berharap kalau Theo akan datang, tiba-tiba saja pembicaran terhenti karena Lana sedang tidak pada mood yang baik.
"Lana, I'm sorry." ucap Theo.
"Me too." sahut Nino.
"Gakpapa kok, ini salahku juga soalnya gak minta tolong ke Puput buat nyisain tiket." jawab Lana.
"Besok nyanyi berapa lagu Lan?" tanya Theo.
"Cuma satu lagu." sela Dayu.
"Eh, yang ditanya Lana bukan asistennya." sahut Nino.
"Suka-suka dong, Lana juga gak keberatan." jawab Dayu kesal.
"Kalo gak dateng diem aja, gak usah kepo." ucap Kila.
Setelah cukup lama berbincang-bincang, akhirnya mereka memutuskan untuk pulang karena hari juga semakin panas. Mereka mengakhiri perjumpaan mereka di parkiran sekolah
*Thankyou guys so much for your support by reading my story, votes, and the comments too. I hope you enjoy and like it (((:
YOU ARE READING
One Last Hope
Teen FictionSemua orang di dunia ini butuh kejujuran, begitupun dengan Lana. Ia hanya menginginkan kejujuran dari seseorang yang bernama Theo akan isi hatinya. Karena baginya, kejujuran Theo itu sudah lebih dari cukup atas apa yang ia inginkan selama ini. Tapi...