Minggu ini, SMA Vlafea sudah memasuki pekan UTS semester pertama. Tak sedikit dari mereka sedang belajar bersama meskipun pada akhirnya sebagian dari mereka ada yang membuat contekan dan kerjasama saat ulangan berlangsung. Lana, Kila, juga Dayu memilih untuk belajar di taman belakang sekolah karena suasananya lebih tenang dari tempat lain. Tak lama kemudian, Ilyas dan Fian juga ikut bergabung.
"Duh, ngapain sih kesini?" ucap Dayu yang masih kesal dengan mereka berdua.
"Ya belajar dong, massa gossip." sahut Fian.
Dayu memutar kedua bola matanya saat mereka berdua melemparkan senyum nakal padanya. Lana yang pusing melihat ulah temannya itu segera melerainya dan kembali focus pada mapel yang saat ini sedang dipelajari.
"Ssttt Yuu, liat deh." sambil menepuk pundak Dayu.
"Ogah!!" jawabnya judes.
"Serius deh, gak bakal nyesel."
"Ngomong tuh sama daun!!" sambil membelakangi Fian.
"Yaudah, jangan nyalahin ya. Kalo aku tiba-tiba tuli pas ulangan." ancam Fian.
Setelah mendengar ucapan Fian, Dayu segera membalikkan badan. Fian menunjukkan secarik kertas padanya dan setelah dibukanya yang ternyata berisikan contekan. Dayu memohon-mohon pada Fian supaya mau berbagi saat ulangan nanti.
"Enak banget sih Yuuu, aku gimana??" keluh Lana.
"Tenang Lan, kan di sini juga ada." sahut Ilyas sambil mengangkat dasinya yang juga berisikan contekan.
"Beruntung ya, temen kalian baik-baik." ucap Kila.
"Iya dong, kita gitu. Emang separah itu ya kelas kamu??" tanya Ilyas.
"Ya gitulah, pada pelit."
Bel masuk sudah berbunyi, kini saatnya mereka berjuang dengan modal keberanian dan kecerdikan memanfaatkan kesempatan saat pengawas lengah. Mereka semua berpisah dan memasuki ruang kelas masing-masing. Beberapa strategi pun sudah dibuat semantap mungkin.
Lembar soal dan jawaban sudah di depan mata, seperti biasa Lana mengerjakan soal yang dianggapnya mudah, untuk sisanya ia hanya menunggu lemparan kertas kecil dari Ilyas. Begitupun juga dengan Dayu dan Fian yang berada di kelas sebelah. Mereka berempat membangun kerja sama yang baik dengan partner masing-masing hingga tiba saatnya pembacaan doa pulang.
***
Murid-murid mulai berhamburan meninggalkan ruang kelas. Dayu dan Fian menyusul kedua temannya itu di kelas sebelah dan mulai bertukar cerita.
"Gimana, sukses gak??" tanya Fian sambil duduk di meja dekat tempat duduk Lana.
"Pasti dong." sahut Lana.
Setelah asik berbincang-bincang mereka akhirnya juga meninggalkan ruang kelas itu dan segera turun untuk menemui Kila.
"Dapet pencerahan gak??" tanya Ilyas.
"Alhamdulillah sih bisa browsing hehe."
"Baguslah kalo gitu, yuk Kil kita pulang." ajak Lana.
Mereka berlima berjalan bergerombol saat menuju parkiran, tapi saat melewati ruang kelas yang ditempati Theo saat ulangan tiba-tiba terdengar suara sedang memanggil Lana dari dalam. Tapi bukan dia yang memanggil melainkan Henry, teman ekskulnya yang saat ini menjadi teman sekelas Theo.
Sebelum memasuki kelas itu, Lana menyuruh temannya yang lain untuk pergi dulu ke parkiran. Saat ia masuk, dilihatnya juga Theo sedang memakai headphone dan bermain game bersama Nino di bangku nomor tiga dari belakang.
YOU ARE READING
One Last Hope
Novela JuvenilSemua orang di dunia ini butuh kejujuran, begitupun dengan Lana. Ia hanya menginginkan kejujuran dari seseorang yang bernama Theo akan isi hatinya. Karena baginya, kejujuran Theo itu sudah lebih dari cukup atas apa yang ia inginkan selama ini. Tapi...