CHAPTER 1

349 24 21
                                    

Luna's POV

Sore berganti malam. Langit sudah mulai gelap. Bintang dengan indahnya bertaburan. Rembulan malam yang sudah siap menerangi dunia tampak begitu sempurna. Hawa dingin pun mulai menusuk kulitku.

Cafe tempatku bekerja mulai ramai. Membuatku sedikit kewalahan akibat pelanggan yang tak ada habisnya. Kalau kalian ingin tahu, aku bekerja sebagai Barista di sebuah Cafe Coffe ternama Jakarta. Berhubung Cafe ini milik temanku yang sesama Barista, Rico, jadinya aku bisa bekerja di sini untuk menambah sedikit tabunganku.

Bisa dibilang kopi adalah hidupku. Tanpa kopi semuanya terlihat hambar. Kebanyakan orang menilai kopi hanya minuman pahit yang tak enak. Tapi, menurutku kopi adalah minuman paling enak yang ada di dunia. Jika kalian menikmatinya dengan perlahan, kalian akan merasakan nyamannya kopi.

"Lun, lo mending istirahat dulu bentar deh. Biar gue yang handle kerjaan lo" Ucap Rico.

"Yaudah deh, makasih ya Ric" Ucapku kepadanya sambil tersenyum.

"Mau gue buatin Flat White sekalian?" Tawarnya.

Aku hanya mengangguk. Tanda nengiyakan tawarannya. Aku berjalan menuju salah satu meja di luar Cafe. Setidaknya sekarang aku bisa menghirup udara segar pada malam hari sambil santai. Aku menelungkupkan mukaku di lipatan tangan sambil menunggu Flat White ku datang.

"Nih Flat White nya" Ucap seseorang yang tak lain adalah Rico.

Dia pun duduk di depanku dengan senyumnya yang mengembang seperti Naruto. Biar aku deskripsikan.

Richard Nakhla Prasaja :
Anak dari pemilik Cafe tempatku bekerja. Dia yang bisa membuat kaum hawa pingsan ketika melihat senyumnya. Berperawakan tinggi dengan tubuhnya yang atletis. Orangnya baik, pintar, punya senyum yang manis dan selera humor tinggi. Biasanya orang manggil dia Rico. Ah ya satu lagi, dia kakak dari salah satu sahabatku. Annabelle Prasaja.

Begitulah sedikit penjelasan tentang Rico. Aku sudah mengenalnya lama dan dia menjadi teman baikku sekarang. Usianya 2 tahun di atasku. Jadi dia sudah kuliah meskipun masih semester awal. Sedangkan aku masih duduk di bangku SMA kelas 11.

"Enak?" Tanya nya.

Aku memutar bola mata malas.
"Pertanyaan macam apa itu? Kayak gak tau aja gue pecinta kopi" Jawabku.

Aku pun menyesap sedikit demi sedikit Flat White yang berada di mug putih ini.
Secara garis besar, Flat White terdiri dari textured milk dan espresso. Beberapa Barista sepertiku mungkin menggunakan takaran susu yang lebih sedikit dibandingkan dengan latte.

"Ric, gue nebeng pulang sama lo ya. Boleh kan?" Tanyaku.

"Kayak gak sering gue anter pulang aja lo" Ucapnya sambil menghembuskan nafas kesal.

Aku hanya terkekeh melihatnya. Dia udah aku anggap sebagai Abang aku sendiri. Tidak lebih dari itu. Aku menyayanginya sebagai seorang adik kepada kakaknya.

"Gausah sewot juga kale Bang. Oh ya, kenapa gak balik ke dalem? Bukannya pelanggan lagi banyak?" Tanyaku heran melihatnya duduk santai bersamaku di sini.

"Males aja, lagian yang lain masih bisa nanganin kok" Jawabnya.

Kami kembali diam. Terbuai oleh pikiran masing-masing. Entah aku memikirkan apa aku tak tahu. Hanya saja tiba-tiba aku merindukan seseorang itu. Seseorang yang masih ku ingat jelas rupanya. Matanya yang berwarna biru laut seakan bisa menghipnotisku.

Ya Tuhan, apa kabar dia di sana? Apa dia tau kalau aku pindah ke Indonesia. Atau dia juga ada di sini? Tapi, kurasa enggak.

Aku merindukannya. Milo.

BARISTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang