Author's POV
Masalah kini menimpa Luna. Dia harus di hukum karena terlambat datang ke sekolah pagi ini. Hukuman yang diberikan oleh guru piket kepada Luna adalah membersihkan lapangan basket indoor yang berada lumayan jauh dari ruang kelasnya.
Luna berjalan gontai sambil membawa sapu untuk membersihkan lapangan tersebut. Sebenarnya Luna tidak pernah sama sekali menjamah tempat itu selama ia bersekolah di sini. Meskipun Luna salah satu anggota tim basket putri di sekolahnya, Luna tidak pernah menggunakan lapangan indoor kalau latihan atau tanding.
Luna pun masuk ke dalam lapangan indoor yang bisa dibilang lumayan besarnya. Ia menghela nafas kesal.
"Jadi gue harus ngebersihin lapangan segede gaban begini?" Tanyanya kepada diri sendiri.
"Yasudahlah nasib" Ucapnya lagi.
Luna pun mulai membersihkan seisi lapangan. Mulai dari mengambil bola-bola yang berserakan dan menaruh pada tempatnya, mempungut sampah yang ada di tribun dan membuangnya ke tempat sampah, dan terakhir menyapu lantainya.
Sampai satu bola tiba-tiba menggelinding dan menyentuh kakinya. Luna mengambil bola itu dan seketika dirinya ingin bermain. Luna selalu saja tidak bisa menahan hasratnya untuk bermain kalau bola basket sudah ada di tangannya.
Jeduk...
Jeduk...
Jeduk...
Ia mulai mendribble bola sambil berlari menuju ring. Dan hoop! Bola masuk ke ring dengan mulusnya.
"Yes!" Ucap Luna langsung dan menari tidak jelas.
Prok... Prok... Prok....
Suara tepuk tangan seseorang menghentikan tarian Luna. Luna langsung mencari asal suara itu dan mendapati seorang lelaki yang duduk di tribun yang tidak jauh darinya.
"Permainan lo bagus. Lo anak basket ya?" Tanya lelaki itu.
Luna yang tadinya bingung hanya bisa mengangguk menjawab pertanyaan itu. Tidak terbesit di otaknya untuk bertanya siapakah lelaki itu dan sedang apa ia di sini. Luna hanya diam memperhatikan seperti familiar dengan lelaki itu.
"Gimana kalo kita tanding one by one? Yang kalah harus traktir di kantin" Ajak lelaki yang kini sudah berdiri di hadapan Luna.
Luna menyeritkan dahi bingung dan berpikir sejenak. Lalu, Luna mengangguk mengiyakan.
Kini mereka bermain dengan sangat panas. Lelaki itu tidak kalah hebatnya dengan Luna. Tapi, Luna tidak akan semudah itu dikalahkan. Hambatannya kini hanya rok yang ia pakai. Membuatnya tidak bebas dalam bergerak.
Sekarang bola berada di tangan Luna dan apabila satu tembakan ini berhasil masuk, maka Luna pemenangnya. Karena sekarang skornya sama rata.
Luna menembakkan bola dan...
Slaappp...
Bola masuk.
"Three point! Yuhuuuu!" Luna berteriak girang dan meloncat-loncat.
"Nice shoot, sampai jumpa di kantin istirahat kedua nanti" Ucap lelaki itu sambil tersenyum dan berjala keluar lapangan meninggalkan Luna.
Luna yang sedari tadi terlihat seperti orang cengo langsung menepuk jidatnya. Ia melupakan tugasnya untuk membersihkan lapangan ini dan malah bermain dengan lelaki asing. Ia pun kembali membereskan semuanya dan kembali ke kelas.
****
Luna's POV
Bel istirahat kedua berbunyi. Perutku sudah minta jatah makan dari tadi. Bagaimana tidak? Istirahat pertama tadi ku isi dengan mencatat materi yang tertinggal. Gara-gara hukuman itu aku jadi ketinggalan pelajaran selama dua jam.
![](https://img.wattpad.com/cover/76835325-288-k535048.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BARISTA
Teen FictionLondon, 05.00 p.m "Hi, my name is Luna" Sosok anak perempuan kecil berumur 5 tahunan dan berwajah Eropa itu mengulurkan tangannya kepada anak laki-laki sebayanya yang terlihat bingung menatap uluran tangan itu. "Ehm, i'm Milo" Ucapnya dengan canggu...