Melewati awan hitam bersama ribuan tetes air hujan....
I think it's not simple😀😀
Aku mengajari mereka bernyanyi dengan semua usaha yang ku bisa, walau saat ini suaraku tak seperti sebelumnya. Aku yakin aku dapat berjuang bersama mereka, juga harapan mereka.Aku terus bertanya dalam benakku, "Mengapa Raja David itu mengutuk semua rakyatnya,". Tapi aku akan dapat jawaban itu, saat Aku datang ke Kerajaan Gray Sky.
"Baiklah, saat ini kita sudahi dulu pembelajaraan kita," kataku sambil tersenyum.
"Terima kasih nona Alice," ucap mereka walau sedari tadi mereka tampak sibuk belajar bernyanyi.Mereka semua pergi meninggalkan audio itu. Hanya Aku sendiri yang tetap berada di tempat itu sembari memandangi sebuah piano berwarna hitam yang masih mengkilap.
Saat kulihat piano itu, hanya kata,"Tak bisa" yang terlintas di otakku. Saat dimana Aku tak dapat lagi memainkannya, Aku tak tahu kenapa. Saat Aku tak dapat lagi bernyanyi dengan baik, Aku juga tak tahu kenapa.
Saat Aku kehilangan bakatku di sini, Aku teringat betapa bodohnya Aku di duniaku yang sebelumnya, saat aku melakukan hal yang tak pantas untuk memenuhi keinginaan dari egoku sendiri. Ya, Aku membenci Siska hingga Dia hampir mati ditabrak truk, saat Aku ingin meracuninya. Sampai saat dimana Aku ingin menguncinya di toilet.
Kuseka ribuan tetes air mata yang tanpa Ku sadari telah mengalir melewati pipiku menuju rahang bawahku.
Mulai Ku sentuh tuts piano yang berwarna putih itu, kemudian duduk di kursi kecil yang berada tepat di sampingnya. Ku mainkan tuts-tuts itu dengan semua jemari di kedua tanganku. Aku tak tahu bagaimana aku akan memainkannya,Ku tekan asal tuts piano itu dengan semua jemari yang ada di kedua tanganku. Tapi, tak ada melodi yang keluar dari nyanyian tuts yang Ku tekan itu.
Ku pegang kepalaku kesal dengan kedua tanganku. "Nyi..i..u..uu..tt", suara pintu itu terdengar sangat jelas menghapus lamunanku. Secara spontan Aku menoleh ke arah orang yang baru saja membuka pintu itu secara cepat. Tampak seseorang berbadan tinggi berjalan ke arahku, refleks Aku langsung berdiri sembari menatapnya.
"Nona Alice...."
"Siapa Kamu?!!" Aku mulai takut saat Dia menyebutkan namaku. Dia semakin dekat ke arahku, hingga wajah aslinya tampak sangat jelas. Dia tampak seperti lelaki sejati dengan jas berwarna hitam yang dikenakannya. Bola mata hazel yang begitu indah menimbulkan ciri khas unik di kedua matanya."Maaf Nona Alice, Aku bukan orang yang perlu ditakuti," katanya dengan suara serak yang sungguh lebih serak dari suaraku.
"Bagaimana Aku tidak takut, suaramu membuatku ngeri mendengarnya," Dia tampak tak ingin menjawab kata-kataku barusan. Ku mulai mengalihkan pembicaraan, "Apa kamu orang yang tersesat sama sepertiku di tempat ini?""Sayangnya, Aku tidak sedang tersesat, tapi----," "Dia anakku," lelaki tua yang biasa ku panggil Kakek itu, datang menghampiriku, dan memotong rangkaian kata-kata yang akan disampaikan oleh lelaki muda yang saat ini berada di depanku.
"Benarkah? Aku tak percaya, dan Kakek belum pernah mengenalkannya padaku,"kataku bernada meminta penjelasan. "Kakek ingin memberi tahu padamu, tapi saat itu kamu menginjak kaki Kakek, dan kemudian lari,"
Aku hanya menggaruk kepalaku yang tak gatal arti malu."Saat kutukan itu berlangsung, Kakek membawanya ketempat persembunyian yang aman, sehingga prajurit kerajaan Gray Sky tidak melihat kami, sayangnya istriku yang sudah kena kutukan menyuruh kami untuk bersembunyi," Katanya panjang x lebar
"Berarti orang kurus, eh maaf. Orang yang berbadan kering, dan kurus dengan rambut kering terurai yang berada dikediaman Kakek itu adalah istri Kakek?,"( part 7)
"Ya, Dia istriku. Dulu Dia sangat pandai bermain piano, juga suara merdu yang membuatku sangat terkagum, tapi Raja David itu malah mengutuknya menjadi manusia yang, hiks..hiks," Kakek itu menangis walau sangat pelan sambil tersungkur di atas lantai kayu di audio ituAku mencoba untuk menenangkannya, dengan mengelus punggung bongkoknya. "Raja David akan memusnahkan negeri ini, apabila Dia belum puas atas apa yang Ia lakukan pada rakyatnya, Dia akan membuat negeri ini menjadi negeri terkuat dengan rakyat yang hancur tanpa suara,hiks..hiks.."
"Apa?!?" Aku terkejut dengan apa yang sudah ku dengarkan barusan. "Apa Dia tidak senang bila negeri ini penuh dengan melodi?" Tanya ku bingung disertai amarah. "Kakek tidak tahu, nak. Kakek berharap kamu mau membantu kami, dan menyelamatkan istri kakek, hiks..", tangisan kecil itu terdengar sangat tulus. Aku merasa Ia sangat mencintai istrinya.
Lelaki muda yang sudah bermenit-menit berdiri di dekat piano itu pun memegang lengan sang lelaki tua yang saat ini sedang tersungkur untuk mengajaknya berdiri.
"Baiklah, anakku yang bernama Frans ini akan membantumu untuk menyelamatkan negeri ini,"kata lelaki tua itu setelah bangkit dari tempat dimana Dia tersungkur. Aku hanya tersenyum, dan mengangguk arti mengerti.***
Sudah lama Aku mengajar rakyat Voiceless untuk bernyanyi, tapi suara mereka tetap serak sama seperti suaraku yang sungguh sangat serak bahkan semakin parah. Aku yakin kami bisa mengalahkan kutukan itu walau suara kami masih tetap seperti ini."Hu..u..u h..o..o," Ku dengar suara mereka yang begitu membuatku takut.
"Apa kami mulai bisa menyanyikan lagu itu, Nona Alice?", seorang perempuan dari mereka bertanya padaku. "Hmn..Aku yakin kalian akan bisa. Walau suara kalian belum begitu baik,"Aku tersenyum pada mereka untuk memberikan semangat lebih.
"Permisi.."suara serak itu terdengar jelas, bernada meminta izin. Frans melemparkan senyuman lembutnya bagai ingin mengambil alih pembelajaran ini. "Oke, kita akan belajar bernyanyi,"ajaknya dengan bersemangat. Aku merasa Dia akan membantuku kali ini.
●●●
Pelajaran bernyanyi telah dilakukan. Hanya mata yang terus tertuju pada sebuah piano yang sepertinya tak mengizinkanku memainkannya."Ada apa Nona Alice?" Suara unik Frans terdengar semakin dekat denganku. Aku hanya menoleh dengan raut datar yang saat ini memolesi wajahku.
"Aku tak bisa memainkan piano ini lagi, karena," aku diam tak melanjutkan kata-kataku lagi, aku tak ingin menitikkan satu iotapun air mata karena apa yang sudah kudapat saat ini."Baiklah, aku mengerti. Kita akan mempelajarinya bersama," kata-kata itu, senyuman itu membangunkanku dari keterpurukan yang baru saja menghampiriku. Dia menyentuh lembut tanganku untuk menekan tuts dengan melodi yang diketahuinya.
***
Kini saat dimana aku memulai apa yang harus kumulai. Ya, menuju kerajaan Gray Sky.
"Nak, kamu siap?" Pertanyaan lelaki tua yang biasa kusebut Kakek itu tak membuatku ragu sedikitpun. "Aku siap!" Jawaban itu yang kulontarkan bagai mengeluarkan jutaan harapan.Ya, aku bersama Frans, dan lima rakyat Voiceless yang saat ini menyamar menjadi pelayan kerajaan menuju kerajaan Gray Sky. Hanya lima rakyat saja, karena ratusan orang lainnya menyerah karena takut.
Kami berjalan menuju tempat itu dengan peta yang saat ini menjadi pedoman kami. Kami mencoba untuk menjauhi prajurit kerajaan itu agar tak tertangkap. Tetesan keringat, membuahkan hasil yang tak sia-sia. Akhirnya kami sampai di kerajaan itu.
Kerajaan itu dipenuhi ribuan prajurit yang sangat erat menjaga area itu. Aku, dan Frans bersembunyi tepat di samping sebuah gerobak padi dengan kuda yang diikat di depannya, sedangkan lima rakyat Voiceless itu bersembunyi di balik pohon. Tiba-tiba mataku tertarik ke sebuah pohon yang di saat ini di jaga puluhan orang prajurit.
Ku coba melihatnya jelas dengan melangkah sedikit. Kulihat daun pohon itu yang berwarna perak dengan buah yang berwarna emas. Tapi kulihat lagi dengan bergeser dua langkah untuk melihat jelas pohon itu. Ya, buahnya tak sepenuhnya berwarna emas, tapi silver seperti logam pun menyelimuti sebagian dari buah itu. Akar pohon yang terlihat besar tampak menjulur ke seluruh permukaan tanah. Ku melangkah sedikit lagi untuk melihatnya, tapi..
aku menginjak sesuatu."Siapa di sana?!" Teriakan itu menbagetkanku.
Haii...sory ya readersku, soalnya lama update.☺ aku janji part selanjutnya akan aku update secepatnya..😊😊 Love you ❤
2 juli 2016
Dian RospitaNo plagiator please!!😯
☺☺☺
KAMU SEDANG MEMBACA
Music Change Me
FantasySeorang perempuan yang sering bertindak tidak baik di dunia nyata, sekarang berubah menjadi perempuan yang baik dan berani di tempat yang tidak pernah di lihatnya, dan berjuang di sana. Di manakah tempat itu? mengapa ia berjuang di tempat itu? An b...