Page 6

5.8K 299 1
                                    

"KAK! KAK RUNA! BANGUN! MATAHARI DAH NONGOL NOH, KAK RUNA! BANGUN ELAH!"

Runa mengerjapkan matanya dan mata yang tadi susah untuk terbuka seketika terbelalak melihat siapa yang berada disampingnya.

"Lo ngapain?! Pagi-pagi udah ngerusuh aja."

Runa berucap dengan jengkel ketika Varo, melompat-melompat diatas kasur Runa.

"Pagi kata lo kak?" Varo berucap tak percaya, Varo lalu beranjak dari kasur dan menyingkap tirai kamar Runa.

Dan cahaya mentari pagi langsung menyapa Runa yang mau tak mau menutup mata dengan telapak tangannya.

"Silau tau."

"Iya kak makanya, cepet mandi, sekolah. Itu juga kalo lo inget sih, kak." Varo menghela nafas berlebihan dan membuat Runa memutar bola mata.

"Bawel." Runa beranjak dan menuju kamar mandi. Sambil menunggu kakaknya, Varo, menonton tv kesukaannya.

"Lo ngapain dah, pagi-pagi kesini? Bukannya hari ini lo masuk sekolah?" suara yang berasal dari arah tangga rumah mengalihkan pandangan Varo dari layar tv di depanya.

"Papa nyuruh gue buat kesini, berangkat bareng kesekolahnya bareng lo. Gue kira kebiasaan bangun siang lo udah hilang kak, makanya gue mau, tapi harapan tak sesuai kenyataan."

Runa mendelik. Ia kemudian mengambil roti yang sudah disiapkan bi Inah. Dan berjalan keluar rumah.

"Varo tengil! Buruan nanti kita telat." teriak Runa dari dalam mobil Varo yang sudah terparkir sejak tadi pagi.

Varo mendesah, "yang telat siapa, yang marah-marah siapa. Hah, dunia memang aneh."

A R U N A

"Ro, cepet! Nanti gerbangnya keburu ditutup. Tuh liat bu Enneng udah nungguin gue aja keliatannya."

aku menunjuk seorang guru yang berbadan besar alias gemuk, sedang berdiri disamping gerbang sekolahku. Ditangannya bertengger penggaris kayu. Dan sebentar lagi pasti aku akan merasakan bagaimana penggaris itu melayang mengenai tubuhku.

Varo yang berada disebelahku melaju kan mobil nya dengan cepat hingga mobil Varo berhasil berhenti tepat di depan gerbang sekolahku yang sudah tertutup rapat.

Bu Enneng, selaku guru BK disekolahku memberi kode kepada pak satpam untuk membukakan gerbang sekolah.

Bu Enneng mengetuk pintu mobil dan aku maupun Varo turun dari mobil.

"Aruna! Kamu tuh yah, bisa gak sih, sehari aja gak telat?!" sembur Bu Enneng padaku, lalu matanya beralih pada Varo, dan kembali padaku,"dia siapa?" bisik bu Enneng padaku dengan sorot mata genit dan ingin tahu.

Aku memutar bola mata. Dasar ganjen. Bu Enneng itu umurnya tuh udah nggak muda lagi, tapi kelakuan nya kayak anak-anak SMP yang gak tahan kalo liat yang bening-bening.

Varo yang sedari tadi menunduk, seketika mendongak mendengar bisikan dari bu Enneng yang bukan seperti bisikan melainkan memberi kode.

"Saya Alvaro bu. Murid baru." ucap Varo sembari tersenyum. Bu Enneng mengangguk dan tersenyum menjijikan.

Sungguh, aku sedikit tak suka pada bu Enneng. Karena, dia itu seperti mempunyai kebiasaan mengamuk jika bertemu dengan ku. Dan juga, kebiasaan genit pada laki-laki yang tingkat kegantengan nya diatas rata-rata. Seperti Revan, Rafa, Adrian, Alva.

Bu Enneng, menghadapku dan ketika itu pula aku membuat bubble dengan permen karet yang aku kunyah. Dan meletus tepat dihadapannya.

"ARUNA!!!"

Dear TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang