Page 10

5.1K 296 0
                                    

Dahi Aruna mengerinyit ketika bahunya terasa menabrak sesuatu serta bajunya yang basah terkena cairan berwarna hijau lengket.

"OH MAY GOSH!"

Aruna mendongak dan menemukan wajah merah Rebecca serta mulut yang tertutup rapat dan gigi yang bergemelutuk. Rebecca menunjuk Aruna dengan telunjuknya dan berkata sinis,

"Lo tuh ya! Kalo jalan liat-liat! Punya mata ya dipake! Jangan di pajangin aja."

Aruna menyipitkan matanya lalu menurunkan telunjuk Rebecca yang masih mengarah padanya.

"Ngaca dong! Lo juga numpahin jus lo yang enek ini, kena baju gue nih! Lengket banget lagi, ew."

"Lo yang salah, kutu! Lo nabrak gue yailah jus gue tumpah gimana sih."

Aruna menghela nafas, "okeh, gue salah. Gue minta maaf."

Aruna mengalah. Memang, ia berjalan dengan menunduk lebih tepatnya, memijat jari-jari tangannya yang mendadak keram.

Rebecca tersenyum. Senyum licik yang ia berikan.

"Gue bakalan maafin lo, tapi ada syarat nya."

Mata Aruna menyipit curiga, "what?"

Rebecca terkekeh menyeramkan.

"Gini, lo kan deket banget tuh yah,sama Aira, Revan, Rafa, Adrian dan oh! Alva, kakak kelas kec--"

"Lama lo."

Aruna hendak melanjutkan perjalanannya menuju kantin ketika suara Rebecca terdengar kembali.

"Suruh Aira ke taman belakang pulang sekolah."

Aruna berbalik.

"Ngapain?"

Rebecca menatap Aruna jengkel, "tinggal sampein aja susah banget sih."

"Kalo Aira nanya alasannya apa, gue jawabnya gimana?"

Rebecca mengedihkan bahunya, "ya terserah lo. Bukan urusan gue."

"Kenapa gue lakuin itu?"

"Kalo lo mau dimaafin gue sih ya lo harus lakuin itu. kalo gak mau, emang lo gak punya malu apa? Udah nabrak orang, iya sih lo udah minta maaf, tapi kan gue belom maafin elo. Jadi, kalo mau gue maafin ya lakuin aja tuh yang tadi gue suruh."

Aruna memutar bola mata, "emang gue babu disuruh-suruh."

Rebecca menggeram frustasi, "lakuin aja sih elah."

Karena Aruna adalah tipe orang yang tidak ingin mencari masalah yang ujung-ujungya akan meresahkan dirinya dan ingat Aruna itu cinta damai.

Dengan begitu, Aruna menjawab, "okeh."

Rebecca tersenyum menjijikan yang membuat Aruna segera berlari menuju toilet untuk membersihkan bajunya.

°°°

"Lama banget sih Run," ucap Adrian ketika Aruna duduk dikursi kosong di sisi Rafa serta Alva.

"Biasa ada problem dikit tadi." Kata Aruna, ia mencomot kentang goreng milik Alva yang membuatnya mencibir.

"Terus, baju lo kenapa basah?" Tanya Rafa dengan tangannya menyentuh baju Aruna.

Aruna menggeplak tangan Rafa,

"Kena jus punya nenek rombeng tadi,"

"Nenek rombeng?" Dahi Aira berkerut.

"Rebecca." Jawab Aruna.

"Rebecca anak IPA itu bukan? Yang ngejar-ngejar Revan dari kelas sepuluh itu?" Tanya Adrian.

Alva mengangguk yang memang pernah bertemu dengan cewek yang bernama Rebecca itu, "Ratu cabe-cabean Garuda tuh."

Dahi Aira masih berkerut penasaran, "yang mana sih?"

Revan merangkul bahu Aira. "Udah, yang gak tau, diem aja."

Aira memanyunkan bibirnya, membuat Revan terkekeh.

Mata Aruna jelalatan meneliti tiap detil dan sudut sekolah SMA Garuda ini. Hingga matanya menatap sepasang mata hazel yang begitu ia rindukan.

Tangan Aruna dengan refleks melambai tetapi tak ada balasan dari sepasang mata hazel tersebut malah sekarang dirinya pergi dengan membawa nampan berisi makanan yang telah ia pesan.

Alvaro Anderson.

Adik kecilnya.

Setelah kejadian dimana adiknya itu datang kerumahnya dan mengamuk disana dan dengan berakhir dengan Aruna yang pingsan.

Setelah Aruna bangun ia menyadari bahwa Varo menjauhinya. Aruna memaklumi itu. Mungkin jika Aruna menjadi Varo ia akan melakukan hal yang sama jika orang yang ia sayangi ternyata menyembunyikan hal yang sangat besar darinya.

Aruna mengubur wajahnya dilipatan tangannya.

Tangan Alva menarik kunciran Aruna pelan membuat Aruna mendongak.

"Kenapa?" Tanya Alva lembut.

Aruna menggeleng.

"Kelas nyok! Lima menit lagi juga masuk." Kata Rafa sambil berdiri.

Revan mengangguk lalu berdiri diikuti oleh yang lain.

Tangan Aira ditahan oleh Aruna membuat Aira berbalik mengahadap kearahnya.

"Kenapa, Run?"

Pertanyaan Aira membuat langkah Revan, Rafa, Alva serta Adrian terhenti dan menatap mereka penasaran.

"Kaliam duluan aja. Biar Aira sama gue nanti." Ucap Aruna.

Alva mengangguk lalu melanjutkan langkah kakinya begitu pula dengan yang lain.

"Kenapa, Run?" Masih dengan pertanyaan yang sama.

Aruna tersenyum, "nggak, nggak papa. Nanti kalo pulang bareng sama yang lain aja ya? Jangan nungguin supir lo jemput."

"Kenapa emang?"

"Udah turutin aja apa kafa gue ya?"

Aira mengangguk, "iyah deh. Nanti aku telpon pak Amir nya biar gak usah jemput aku."

Senyum Aruna merekah, "Nanti gue pulang gak bareng kalian ya, ada urusan dulu bentar. Tolong bilangin sama yang lain ya. Males gue kalo ngomong sama mereka, banyak nanya nantinya."

Aira lagi-lagi mengangguk dan mengangkat jempolnya,

"Oke."

••••

Holla gaes!

Update lagi nih ue. Gaes, baca juga dungs cerita ue yang judulnya "the Changes" :D

Buat yang udah vote makasih :* dan yang belom, ayo dungs vote :D

Makin hari makin gaje aja gak sih?

Udah dulu ye, bye!

Salam♥

Popifuzia_


24, Agustus 2016.

Dear TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang