Page 4

6.7K 341 2
                                    

"VARO NANA!! GUE KANGEN BANGET SAMA KALI-- Aduduh" Teriakan runa yang menggelegar di kediaman tuan rumah Frans, tiba-tiba terhenti karena saking bersemangat nya ia sampai tersandung pada ujung karpet yang berada dirumah itu.

"Mom, tadi pas di pesawat Varo malu-maluin!" adu seorang perempuan yang sudah berumur sekitar 20 tahunan itu. Sedangkan remaja laki-laki yang kini tengah duduk disampingnya melirik perempuan itu tajam.

"Kenapa emang, Nad?" tanya perempuan yang lebih tua yang biasa mereka panggil Bunda atau Mommy itu. Della, suami frans sekaligus bunda dari dua bersaudara, Alva Edison sang kakak dan Alvaro Anderson sang adik serta Mommy dari seorang gadis bernama Aruna Valerie. Dan perempuan yang bernama Nadia adalah sepupu dari alva maupun alvaro.

"Ituh, Varo berantem gak jelas waktu dibandara." ucap nadia, kini frans, della dan alva menatap varo meminta penjelasan. Sedangkan yang ditatap hanya cengengesan gak jelas,

"Hehehe.. Itu aku dibandara ketemu sama rival waktu SMP. lagian, dia ngajak ribut, yaudah main tonjok-tonjokan deh." Varo mengedikkan bahunya serasa tak bersalah. Kedua orang tua Varo serta alva menghela nafas lelah.

Ini bukan kali pertama Varo dikabarkan suka banget berantem. Kedua orang tua Varo sengaja mengirim Varo ke Amerika dan bersekolah disana dengan harapan Varo bisa berubah dengan belajar hidup mandiri tetapi, harapan tak sesuai kenyataan ketika Nadia menelpon subuh tadi bahwa ia dan varo akan kembali ke Jakarta. Nadia sebenarnya ke jakarta hanya untuk seminggu saja menemui kedua orang tuanya, berlibur beberapa hari lalu kembali melanjutkan study nya di Amerika. sedangkan varo, ia kembali ke jakarta untuk menetap dengan kedua orang tuanya dan meninggalkan sekolahnya di Amerika sana, katanya enggak betah lama-lama di negri orang.

"Runa mana mom?" tanya nadia.

"Mungkin bentar lagi dateng." ucap Della.

"Gue kangen banget deh sama runa." kata Varo

" Lo mah kangen bully runa kali," celetuk alva. Varo nyengir kuda menanggapi ucapan abangnya itu.

"Kamu jangan sering-sering jailin runa." Frans berucap tiba-tiba. Varo mengerutkan keningnya bingung.

"Kenapa emang, Pah?"

Seolah sadar apa yang telah ia katakan Frans buru-buru menggeleng, "enggak, enggak kenapa-napa."

Varo masih menatap papanya dengan tatapan sangsi.

"VARO NANA!! GUE KANGEN BANGET SAMA KALI--"

Bukk...

Hingga suara nyaring seseorang dan dibarengi suara benda yang jatuh mengagetkan mereka semua. Saling berpandangan, seolah tahu apa yang harus mereka lakukan yakni mencari benda apakah yang jatuh itu hingga membuat suara nyaring seseorang yang sangat mereka kenali adalah runa terhenti. Mereka semua berlari keasal suara hingga, terlihatlah disana runa yang sedang memegang lututnya. lagi-lagi. Lutut nya yang sudah memar dan juga sakit pastinya kini bertambah sakit ketika memar itu bergesekan dengan alas karpet yang kasar. Lutut nya hari ini benar-benar tidak beruntung. Dua kali berbenturan dengan ubin yang pastinya sangat keras itu.

"Aduhh.. Hobi banget sih nih lutut nyium lantai." gerutu runa dengan tangan yang memegang lututnya dan meniup-niup lututnya yang terluka berharap rasa sakitnya sedikit berkurang. Hingga della yang datang dengan wajah khawatir, menghampiri runa dan berjongkok didepan gadis itu

"sayang, kamu gak papa?. Ayo mommy bantu berdiri." della memapah runa menuju kursi.

"Varo, kamu ambilin kotak P3K di kamar bunda ya." suruh della ketika varo dan yang lain sudah ada duduk di kursi yang sama dengannya.

Dear TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang