Theme song : What do you mean - Justin Bieber.
"When you don't want me to move
But you tell me to go
What do you mean?"3. Aku Baik, Terima Kasih
Edgar yang telah menyadari keberadaanku melangkah mendekatiku dan memintaku untuk menepi. Aku menurutinya dan mengekorinya berjalan kemana ia akan membawaku.
"Apa?" tanyanya to the point ketika kita berada di ujung koridor.
Sekarang aku yang mati kutu. Sialan, lidahku terasa kelu tiba-tiba. Ah, kenapa begitu sulit mengucapkan kata-kata yang sudah menyesakkan pikiranku sedari tadi.
Aku mengatur napasku yang sempat berantakan. Aku menghembuskan napasku perlahan sebelum angkat bicara, "sorry, Gar."
Ia mengangkat satu alisnya memintaku untuk memberikan penjelasan lebih jauh.
"Gue kemarin gak maksud buat--" ucapanku tersela karena kata-katanya.
"Lo gak maksud tapi lo juga lakuin. Jadi percuma aja lo minta maaf karena semua udah terlanjur terjadi, dan lo tahu apa? Gue nyesel kemarin udah nolongin lo," ucapnya menohok.
"Dan lo gak perlu khawatir lagi, karena gue juga akan pergi kok. Gue gak akan menghampiri orang yang nggak ngeharepin keberadaan gue." Dia berbicara sarkastik namun dengan pandangan ke arah lapangan--tidak menatapku.
Tubuhku menegang mendengar respon darinya. Dia benar-benar kecewa dengan sikapku kemarin. Astaga, tidak bisakah ini menjadi lebih buruk lagi?
Aku menundukkan kepalaku ketika air mata ini tanpa sadar terjatuh. Tanganku dengan segera menghapusnya sebelum Edgar menyadarinya.
"Tujuan lo cuman bilang sorry doang 'kan? Dan lo udah ngucapin dan melaksanakannya dengan baik. So, lo bisa balik ke kelas lo sekarang dan gue juga mau balik ke kelas gue. Karena bel baru aja bunyi. Oke?"
Ia berjalan melalui ku menuju ke kelasnya. Sedangkan aku, masih mematung di sini dengan perasaan yang sangat berantakan.
Aku harus bagaimana sekarang?
Setelah tahu bahwa kelasku telah dimulai, aku jadi enggan untuk masuk dan menjadi pusat perhatian siswa satu kelas, dan akhirnya ku putuskan untuk berjalan ke tolitet.
Sesampainya di toilet aku segera membasuh wajahku yang sempat sembab karena menangis. Setelah selesai membasuh wajahku, perubahan signifikan terjadi--aku merasa menjadi lebih segar dan pikiran serta perasaanku menjadi lebih tenang.
Karena tidak mungkin aku menghambiskan waktu satu jam pelajaran di toilet, aku memutuskan untuk menuju ke perpustakaan untuk melanjutkan membaca buku Pulang yang sempat tertunda tadi. Lembar demi lembar ku baca dengan cepat. Aku menikmati buku ini, sampai-sampai aku lupa waktu.
5 menit lagi bel pergantian jam aku berbunyi. Jadi aku harus bersiap-siap menuju ke kelas.
Kring.. kring.. kring..
Setelah mendaratkan tubuhku di bangku, sebuah suara menginterupsiku. "Eh, Sentimeter, lo di suruh nemuin Bu Yuma karena lo bolos kelas dia tadi," kata Dodit--ketua kelasku.
Ia mulai mengejek namaku lagi.
"Oh, sekarang?"
"Enggak, pas istirahat kedua entar."
KAMU SEDANG MEMBACA
HEART OF DARKNESS
Teen FictionSegala hal di dunia ini bisa saja terjadi, mungkin memang tak pernah terbayangkan di detik sebelumnya. Tapi kalau sudah takdir menginginkan itu terjadi, kita bisa apa? Kita ini hanya tokoh yang bermain dalam sebuah drama, dan Tuhanlah yang mengatur...