6. Benarkah Lebih Baik?

221 25 7
                                    

Theme song : Loved You First - One Direction

"Cause i was the only one who loved you from the start.
But now when i see you with him it tears my world apart.

6. Benarkah Lebih Baik?

Teet.. teet.. teet..

Akhirnya bunyi yang sudah ditunggu-tunggu oleh semua siswa berdering dengan kerasnya yang kemudian di susul oleh riuhan para murid di kelas mereka masing-masing.

"Gimana, Sen? Besok pulang sekolah bisa nemenin gue buat nyari buku nggak?" Angga bertanya disela-sela kesibukannya menata buku ke dalam tas.

"Boleh, tapi gue nggak janji ya. Takut gak bisa nepatin."

"Heem, iya deh." Angga berdiri dari bangkunya dan menata rambut berjambulnya. "Pulang bareng siapa?"

"Gue? Ng, gue, gue biasanya balik naik angkot sih. Kenapa emang?"

Angga menggaruk tengkuk lehernya yang memunculkan kerutan di dahiku. Kenapa sih ini anak?

"Kalo lo mau sih, kalo enggak ya gue enggak maksa nih ya. Lo gak usah gak enak kalo mau nolak gue. Gue kan niatnya cuman nawarin. Terus juga--" ucapnya terpotong oleh selaanku.

"Udah buruan ngomong. Belibet amat sih! Keburu sore nih," desakku yang mulai tidak sabaran.

"Oke, oke. Sabar dulu ngapa, susah tau ngumpulin mental buat ngomong." Ia berhenti untuk menarik napas panjang dan memghembuskannya perlahan-lahan. "Lo-mau-nggak-balik-bareng-gue?" ucapnya dalam satu tarikan napas.

"Hah? Ngomong apaan sih lo? Cepet amat ngomongnya. Pelan-pelan aja ngapa, biar otak gue bisa mencernanya dengan baik."

Dia menghela napas. "Lo. Mau. Nggak. Balik. Bareng. Gue?" ulangnya dengan penuh penekanan disetiap kata.

Aku menahan tawaku yang hampir meledak dibuatnya, "astaga, Angga. Lo mau ngomong kayak gitu aja ribet amat sih ya. Gue bisa balik sendiri kok, Ngga. Serius deh."

"Tapi gue pengen ngabisin waktu bareng-- ma-maksud gue, gue pengen tau rumah lo gitu," ujarnya sedikit terlihat gugup.

Namun aku tak mau ambil pusing memikirkan sikap anehnya itu. Lama kelamaan pasti juga aku akan terbiasa dengannya 'kan?

"Iya deh, kali ini," balasku singkat.

Selama dalam perjalanan menuju parkiran motor, aku mendapatkan cukup banyak pandangan tak suka dari orang-orang yang melihat kami berdua. Tidakkah Angga sadar akan tatapan para singa itu? Dan tidakkah ia tahu bahwa ia telah menempatkanku di posisi yang membuatku merasa tidak nyaman? I'm not an attention seeker.

Persetan dengan semuanya.

Tak lama kami berjalan, akhirnya kami tiba di parkiran motor. Selagi menunggu ia mengeluarkan motor, aku mengecek ponselku melihat apakah ada pemberitahuan masuk. Dan kenyataannya? Nihil.

Aku tertawa miris terhadap kebodohanku sendiri, memangnya notifikasi siapa yang sedang kamu tunggu, Sen? Pikiranku terus mengejek.

"Hey! Bengong mulu, buruan naik!"

Segera aku naik ke motor milik Angga. Dan motor Angga melesat membelah jalanan yang cukup ramai. Terasa beda, ketika naik motor bersama Edgar dan dengan Angga.

Ah, bodoh! Kenapa juga aku harus membanding-bandingkan mereka berdua? Dan kenapa juga aku masih terus saja memikirkan Edgar yang telah menyakiti perasaanku? Satu hal lagi, mereka itu tidak pantas untuk dibandingkan karena mereka berdua itu berbeda, tentu saja Angga jauh lebih baik daripada Edgar.

HEART OF DARKNESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang